NovelToon NovelToon
Pewaris Dendam

Pewaris Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Nikah Kontrak
Popularitas:302
Nilai: 5
Nama Author: Lautan Ungu_07

Tujuh belas tahun lalu, satu perjanjian berdarah mengikat dua keluarga dalam kutukan. Nadira dan Fellisya menandatangani kontrak dengan darahnya sendiri, dan sejak itu, kebahagiaan jadi hal yang mustahil diwariskan.

Kini, Keandra dan Kallista tumbuh dengan luka yang mereka tak pahami. Namun saat rahasia lama terkuak, mereka sadar… bukan cinta yang mengikat keluarga mereka, melainkan dosa yang belum ditebus.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Ungu_07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 28 Perasaan Yang Tumpang Tindih

Pintu di buka lebar. Lampu-lampu uning kecil di nyalakan. Bau kopi yang baru di seduh bercampur dengan tanah basah sisa hujan siang tadi.

Alka baru datang, tas asal disampirkan ke bahu. Ia langsung menjatuhkan diri ke atas kursi dekat meja kasir, kaki selonjoran dan menghembuskan napas panjang.

"Capek," keluhnya dramatis. "Kuliah sehari rasanya kayak sekolah seminggu."

Cakra yang berdiri di belakangnya langsung menggeleng, ia masih merapikan kursi-kursi yang masih terbalik.

"Baru juga mulai. Jangan lebay." sahut Cakra.

Liona meletakkan ponselnya pelan di meja kasir, melepas ikat rambutnya sebentar, lalu mengikatkan nya lagi. "Nggak usah ngeluh, katanya mau memperbaiki hidup."

Alka mendongak, senyumnya muncul. "Gue lelah karena memperjuangkan masa depan." ia diam sebentar, matanya menatap Liona. "Dan memperjuangkan kamu."

Liona refleks melirik. "Alkaaa."

Nada itu membuat Alka semakin senyum, ia berdiri, mendekati Liona, bersandar di meja kasir. "Kenapa? Salah ya ngagumin ciptaan Tuhan?"

"Najis," sahut Liona cepat, tapi ujung bibirnya terangkat lebar, bahkan pipinya memerah.

Cakra meniup kopi yang masih panas, lalu melirik ke Alka. "Kalau mau flirting tunggu cafe rame. Biar sekalian jadi hiburan."

"Lo iri," Alka menunjuk. "Karena nggak ada bahan gombal."

"Gue punya martabat." jawab Cakra cepat, lalu menyesap pelan kopinya.

Alka nyengir lebar. "Berarti lo kalah jauh,"

Suara motor datang membuat mereka noleh. Dan tak lama satu mobil taksi. Jehan dan Alesha turun dari sana. Sementara Athar sudah berjalan masuk.

"Awas, awas. Gue butuh yang adem, otak gue udah ngebul." Athar melempar tasnya asal, lalu ngambil minuman di lemari pendingin.

Jehan dan Alesha kini ikut masuk. Jehan mendorong kursi roda dengan wajah datar, Alesha tersenyum tipis, tapi matanya langsung jatuh ke Alka yang posisinya terlalu dekat dengan Liona.

Di belakang mereka, Lista kini baru masuk. Menyimpan tas pelan. Lalu duduk di sebelah Cakra, ia tak berbicara sedikitpun, hanya hembusan napas panjang yang terdengar.

"Ka, lo dari tadi di sini?" Alesha tersenyum, suaranya lembut.

"Iya," jawab Alka cepat. "Kita pulang cepat karena gue rasa cafe lebih butuh gue daripada kampus."

Athar langsung mendengus. "Lebih butuh tempat buat berduaan sama Liona juga maksudnya, ya kan?"

Alka melirik tajam. "Berisik, lo."

Jehan menarik kursi, duduk membelakangi tembok dan menghadap ke Alesha. Tapi tatapan Alesha masih jatuh ke Alka.

"Sha, Dokter Ratni udah minta lo belajar berdiri." kata Alka, ia baru ingat pesan Dokter Ratni kemarin.

Alesha langsung tersenyum, lebih lebar dari sebelumnya. "Ia emang? Ka, lo harus tanggung jawab, bantuin gue belajar berdiri."

Alka mendengus, tapi juga tersenyum. "Iya, pasti."

Liona diam. Tapi tangannya sibuk ngelap meja yang masih bersih.

"Jangan mau, Ka." sahut Athar cepat.

"Kenapa?" tanya Alka bingung.

"Belajar berdiri itu rawan banget, terus lo juga pasti refleks meluk, kalau Alesha nggak seimbang." Athar berhenti sebentar, menegakkan duduknya. "Masih mending jatuhnya ke tanah, gimana kalau jadinya malah jatuh cinta. Abis deh lo sama Jehan."

Alka berdecak sedikit kesal, tatapannya langsung jatuh menusuk ke Jehan. "Nggak lah, lagian hati gue udah jatuh duluan ke dia." Alka melingkarkan tangan ke leher Liona.

"Kok jadi gue," protes Liona, ia sedikit mendongak natap Alka. Tapi senyumnya nggak nolak.

Cakra noleh ke Alesha. "Kenapa nggak sama pacar lo aja?" sahut Cakra yang ikut bersuara.

Alesha menarik napas, kedua tangannya saling menggenggam, gugup. "Yaa... ini kan tanggung jawab Alka. Ngapain harus repotin cowok gue."

Cakra hanya mengangguk, lalu nyenggol lengan Lista pelan. "Gue bilang juga apa. Ini bukan cafe, ini arena PvP." bisiknya.

Lista terkekeh kecil. "Mending diem, lihatin aja."

Menjelang sore itu, cafe masih sepi. Hanya suara mereka yang ramai di dalam. Dan jam dinding yang berdetak pelan. Di balik obrolan dan candaan itu. Ada senyum Jehan yang di paksakan, diamnya menahan cemburu. Dan perasaan saling tumpang tindih tanpa ada yang benar-benar berani jujur.

Hawa sore itu terasa begitu dingin. Jalanan masih basah ketika Varel memarkirkan mobilnya di depan sebuah gedung bertuliskan. Telent&Entertainment Agensy.

"Ini yang kemarin kamu bilang?" tanya Renata pelan.

Varel mengangguk. "Iya. Mereka lagi buka pendaftaran trainee. Nggak besar-besar banget... tapi reputasinya bersih."

Varel dan Renata kini keluar dari dalam mobil itu. Melangkah berdampingan menuju ruangan yang akan dia datangi.

Di dalam ruangan itu, suasana cukup menenangkan. Beberapa staff sibuk dengan laptop dan berkas. Varel duduk berhadapan dengan seorang perwakilan dari agensi, laptopnya terbuka.

"Ini kandidat yang mau kami ajukan," kata Varel sambil memutar video.

Layar menampilkan Alka. Gerakan luwes, ekspresinya hidup. Napasnya kelihatan terkontrol meski gerakannya berat.

Renata memperhatikan reaksi staff itu. Alisnya sedikit terangkat, tatapan fokus.

"Dia belum pernah ikut agensi?" tanya staff itu.

"Belum," jawab Varel singkat. "Tapi dia konsisten latihan. Dan punya semangat yang bagus."

Staff itu diam beberapa detik, lalu mengangguk pelan. "Kami simpan datanya. Nanti kami hubungi lewat email."

Varel mengangguk, ada senyum samar di di bibirnya. Renata menggenggam tali tas erat. Harapan kecil, tapi nyata.

Keduanya kini keluar dari ruangan itu, langkahnya terasa berat karena mebawa harapan.

"Semoga aja kali ini Alka lulus," kata Renata pelan.

Varel noleh sebentar, tatapannya kembali lurus. "Aku usahain."

Renata menatapnya, bibirnya terangkat tinggi. Setelah beberapa kali menyaksikan Alka yang terus berusaha sendirian, kali ini akhirnya Varel ikut turun tangan. Menjadi pegangan atas impian Alka selama ini.

1
Apaqelasyy
Keren banget plotnya.
Lautan Ungu_07: Awww makasih udah baca🎀 seneng banget ada yang notice alurnya.💝💝
total 1 replies
Willian Marcano
Buatku melek sepanjang malam.
Lautan Ungu_07: Aduhh, kasihan matanya... tapi makasih loh, udah baca cerita ini.😅🥰🎀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!