NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:969
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Serena mencoba untuk menolaknya, tetapi ciuman Nicholas membuatnya kehilangan kendali. Mengapa tubuhnya tidak sinkron dengan pikirannya?

Serena benar-benar terlena dengan ciuman Nicholas yang memabukkan. Ini pertama kalinya dia merasakan sensasi ciuman saja sudah mampu membuat lututnya bergetar dan terasa lemas.

Tubuhnya limbung, dan Nicholas langsung menangkapnya dengan sigap. Jarak mereka menjadi sangat intim. Debaran jantung Serena sudah tidak terkontrol. Untuk beberapa detik, dia terpesona dengan ketampanan Nicholas.

"Tidak, sadarlah Serena! SADARLAH!" Serena berteriak dalam dirinya sendiri seraya mengerjap-ngerjapkan matanya dan berusaha bangkit, tetapi ternyata Nicholas masih belum melepaskannya.

"Kau berkata menolak, tetapi tubuhmu berkata lain, Salvatierra?" bisik Nicholas yang menundukkan kepala, lantas memberikan tanda merah di bawah telinga Serena.

"Ah," rintih Serena. Dia langsung mendorong dada Nicholas. "Apa yang kau—"

"Aku hanya mengingatkanmu, jika kau sudah menjadi milikku sejak malam itu. Jadi, jangan pernah membiarkan dia menciummu atau aku akan memberikan hukuman padamu." Nicholas mengusap pipi Serena.

Serena berdiri dengan tegak, lantas hendak menampar pipi Nicholas. "Dasar lancang!"

Namun, tangan Serena ditahan. Dia hendak menggunakan tangan satunya lagi, tetapi sayangnya kedua tangannya kembali terkunci oleh tangan kekar Nicholas. Dia sulit melepaskan kedua tangannya.

Nicholas tersenyum sinis. Dia menatap belahan dada Serena, perlahan turun ke bawah. Penampilan wanita itu memang tidak terlalu terbuka, tetapi cukup membuatnya cemburu karena Serena memperlihatkan lekuk tubuh yang seksi.

"Jaga cara pandangmu, Tuan!" ucap Serena kesal.

"Begitulah mata lelaki di dalam sana, Sayang! Jika kau tidak mau tubuhmu dilihat oleh para bajingan di sana, seharusnya kau memilih pakaian yang tidak mengundang pikiran para laki-laki! Apa anak ingusan itu tidak pernah melarangmu berpakaian yang benar?" tegur Nicholas. Dia mengusap bagian dada Serena dengan dua jari hingga jari itu masuk ke dalam dan menjepit pucuk yang sangat berharga.

Serena memejamkan matanya, membuat Nicholas tersenyum senang. Dia mendekat dan mencium leher Serena.

"Ja–jangan kasih tanda!" pinta Serena.

Nicholas semakin tersenyum dan berbisik, "Kalau begitu, kasih tanda di bawah saja!"

"Apa?" Serena terkejut saat menatap Nicholas. Pria itu kembali menciumnya, dan kini tangan pria itu mulai bergerak ke bawah, menciptakan irama dari gerakan intens pria itu membuat sang wanita merintih.

"Kau basah, Sayang! Aku bantu kamu menuntaskannya," bisik Nicholas sambil membawa Serena semakin bersembunyi di balik dinding.

"Nngggh!" Serena memejamkan matanya. Dia sulit menolak, padahal tubuhnya mengkhianati akalnya. Bersamaan dengan itu, suara Isabella datang memanggil suaminya.

"Nicholas? Sayang? Kamu di sini?" panggil Isabella. Tidak ada jawaban, sebab Nicholas membungkam bibir Serena dan masih terus menggerakkan tangannya dengan lembut di bawah sana.

Serena menjadi keringat dingin. Wajah Isabella terlihat jelas dari posisinya. Jantungnya berdetak kencang, tak karuan. Ketegangan ini membuat dirinya ternyata berhasil mencapai tujuan keinginan Nicholas.

Begitu Isabella pergi, Serena justru bernapas lega, disusul rasa malu dan kesal. Bisa-bisanya dia melakukan hal itu dengan Nicholas. Sungguh memalukan.

Nicholas tersenyum dan berkata, "Dasar nakal, tetapi aku suka! Kamu cukup nakal denganku saja!"

Nicholas membantu mengelap cairan di bagian bawah Serena dengan sapu tangannya. Jujur, hal itu membuat wanita itu sangat malu.

"Seharusnya kita tidak melakukan ini, Tuan! Ini terakhir kalinya, jangan menggangguku lagi. Aku sudah milik keponakanmu dan kau sudah memiliki istri!" Serena langsung pergi tanpa memperdulikan Nicholas yang hendak bicara.

"Kau!" Nicholas mengeraskan rahangnya.

Lengan Nicholas terulur, tangannya menyambar dan menahan pergelangan tangan Serena. Dia menariknya kembali dengan sekali sentakan, memaksa Serena untuk berhadapan dengannya lagi.

"Kau pikir semudah itu pergi setelah aku membuatmu mencapai puncak kenikmatan, Sayang?" Suara Nicholas rendah, nyaris mendesis, penuh dominasi.

Serena meronta, wajahnya memerah karena malu dan marah yang memuncak. "Lepaskan aku! Aku bilang ini yang terakhir. Aku tidak akan membiarkanmu merusak hubunganku dengan Gabriel, dan aku juga tidak mau menjadi perusak rumah tangga orang!"

"Merusak?" Nicholas tertawa sinis, tawa yang tidak sampai ke matanya. "Rumah tanggaku sudah rusak sejak awal, dan Gabriel—dia bukanlah keponakanku." Cengkeraman pada pergelangan tangan Serena menguat.

"Apa maksudmu?" tanya Serena, kebingungan mulai menggantikan amarahnya.

"Kamu adalah milikku, sejak malam itu. Aku menandaimu. Dan aku tidak peduli dengan apa yang kamu atau pria ingusan itu rencanakan. Kamu akan datang besok, jam tiga sore. Tempatnya di sini. Dan jika kamu berani menolak, aku pastikan Gabriel akan tahu semua rahasia yang kamu simpan." Nicholas mencondongkan tubuhnya, mengunci pandangan Serena. "Kamu tahu aku tidak main-main."

Ancaman itu menghantam Serena telak. Dia tahu betul betapa mudahnya Nicholas menghancurkan hidupnya. Rasa takut memaksanya untuk diam, kekalahan terlihat jelas di matanya.

Nicholas tersenyum puas, melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tangan Serena. "Bagus. Sekarang, pergilah. Jangan membuat dia curiga saat melihat tanda merah di lehermu, Sayang."

Serena memegangi pergelangan tangannya yang terasa nyeri. Dia melangkah mundur, menatap Nicholas dengan campuran kebencian dan ketakutan. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia berbalik dan berlari pergi, menyelinap kembali ke tengah keramaian acara dengan perasaan hancur.

Nicholas menyandarkan bahunya ke dinding, menyeka sudut bibirnya. Aroma parfum Serena masih tertinggal kuat di udara balkon.

*

*

Julian berdiri terpaku. Matanya membulat tak percaya ketika melihat sosok Nicholas memasuki ruangan acara, didampingi Isabella, sang istri. Padahal, beberapa jam lalu, putranya bersikeras menolak hadir dengan alasan urusan kantor.

"Nicholas? Kamu datang?" tanya Julian, nada terkejutnya kentara.

Nicholas hanya mengangguk singkat, ekspresinya kaku seperti biasa. "Aku berubah pikiran." Tatapan dingin Nicholas menyapu ruangan, mencari satu sosok yang menjadi alasan utama kehadirannya.

Tidak lama kemudian, Gabriel mendekat ke arah Julian, raut wajahnya tampak antusias. "Papa, kakek, aku ingin memperkenalkan seseorang yang sangat penting."

Wilton dan Julian saling pandang, penuh rasa ingin tahu. Mereka mengikuti langkah Gabriel menuju sisi lain ruangan, di mana Antonio, Melvia, dan Serena sedang berbincang dengan Robert.

"Selamat malam, Tuan Antonio," sapa Gabriel sopan. "Perkenalkan, ini Papa dan Kakekku, Julian."

Julian dan Wilton menyalami Antonio. Suasana terasa formal namun hangat meskipun mereka terkejut karena tidak menyangka akan hal ini.

"Dan Papa, kakek, " lanjut Gabriel, senyumnya mengembang bangga. "Perkenalkan, ini kekasihku, Serena Salvatierra."

Baik Julian maupun Wilton terkejut, saling bertukar pandang penuh makna. Mereka tak menduga jika Gabriel memiliki hubungan dengan putri tunggal Antonio.

Antonio menyambut pengenalan itu dengan senyum yang dipaksakan. "Selamat malam, Tuan Julian, Tuan Wilton. Hahah sungguh tidak menyangka sama sekali."

"Selamat malam, Nona Serena," sapa Julian dengan ramah. Wilton mengangguk sopan.

Di mata Julian, Serena memang cantik, perpaduan sempurna antara keanggunan dan pesona muda. Namun, apakah Gabriel benar-benar mencintai wanita itu?

Sementara itu, Antonio berusaha keras mempertahankan etika perjamuan. Meskipun dia harus menerima perkenalan ini dengan senyum, jauh di lubuk hatinya, dia masih sangat tidak menyetujui hubungan putrinya dengan Gabriel.

Sikap Gabriel yang terlalu santai, dan insiden mabuk-mabukan beberapa waktu lalu, membuat Antonio meragukan integritas pria muda itu. Namun, dia tetap menyembunyikan rasa ketidaksukaannya demi menjaga citra di depan Julian, seorang kolega penting.

Di sisi lain ruangan, Nicholas yang baru saja menyelesaikan percakapan basa-basi dengan beberapa tamu, kini melihat dengan jelas adegan perkenalan tersebut. Mata elangnya menangkap senyum bahagia di wajah Serena saat berada di samping Gabriel.

Rasa cemburu yang tadinya sempat mereda, kini kembali membakar hebat. Dia mengepalkan tangan di balik jasnya.

"Aku pergi ke kamar mandi dulu ," bisik Nicholas pelan pada Isabella yang berdiri di sampingnya.

to be continued

1
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!