NovelToon NovelToon
THE SECRET AFFAIR

THE SECRET AFFAIR

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Neon Light

Seharusnya kehidupan Serena sempurna memiliki kekasih tampan dan kaya serta mencintainya, dia semakin yakin bahwa cinta sejati itu nyata.


Namun takdir mempermainkannya ketika sebuah malam kelam menyeretnya ke dalam pelukan Nicolás Navarro—paman dari kekasihnya, pria dewasa yang dingin, berkuasa, dan telah menikah lewat perjodohan tanpa cinta.

Yang terjadi malam itu seharusnya terkubur dan terlupakan, tapi pria yang sudah memiliki istri itu justru terus menjeratnya dalam pusaran perselingkuhan yang harus dirahasiakan meski bukan kemauannya.

“Kau milikku, Serena. Aku tak peduli kau kekasih siapa. Malam itu sudah cukup untuk mengikatmu padaku... selamanya.”


Bagaimana hubungan Serena dengan kekasihnya? Lantas apakah Serena benar-benar akan terjerat dalam pusaran terlarang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neon Light, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Gabriel pun kembali menjawab. "Tidak, Paman. Serena sangat pantas untuk saya! Benar, kan, Papa?"

Gabriel mencoba mencari pembelaan pada Wilton, sang ayah, yang kini tertawa kecil. "Ya, kita tidak pernah tahu, bukan, ke depannya seperti apa? Karena banyak rencana yang gagal di tengah jalan. Dan Gabriel, Papa rasa kamu belum paham. Maafkan atas kecerobohan anak saya, Tuan Antonio."

"Papa!" Gabriel menjadi terkejut dengan sikap orang tuanya. Ada apa ini? Ini bukan keinginan dia.

"Maaf saya menyela," ujar Nicholas tiba-tiba. "Saya rasa benar apa yang dikatakan oleh Nyonya Maria. Kalau Serena kemungkinan mendapatkan keberuntungan sesaat karena bisa mengenal Gabriel. Tetapi, menurut saya, Putri Tuan Antonio akan lebih beruntung jika bertemu dengan orang yang lebih tepat dan bisa menghargai. Bukan hanya pada Serena saja, tetapi juga keluarganya. Bukan begitu, Tuan Antonio?" Nicholas menatap Tuan Antonio dengan tersenyum.

Situasi semakin memanas ketika Nicholas berani memetik api, menyelamatkan harga diri keluarga Antonio dari pada Wilton.

"Ha-ha-ha, Anda selalu berhasil membuat saya merasa nyaman dengan Anda, Tuan Nicholas. Saya tidak tahu seberapa beruntungnya istri Anda dan Tuan Julian memiliki orang sebijak Anda! Saya harap anak saya, meskipun bukan anak kandung saya, dia bisa seperti Nyonya Isabella yang beruntung memiliki suami seperti Anda!" ujar Antonio yang merasa terobati dengan ucapan Nicholas.

"Tentu, Tuan. Anda akan segera mendapatkannya sebentar lagi," jawab Nicholas, ikut tertawa.

"Ya, kita lihat siapa yang jauh lebih beruntung," timpal Wilton dengan nada sinis.

"Papa?" tegur Gabriel. Rencana awalnya tidak seperti ini. Mengapa orang tuanya langsung menunjukkan rasa ketidaksukaan dengan hubungannya dan Serena? Dia pun langsung bangun dari tempatnya dengan hawa panas.

Sementara, Julian yang sejak tadi menyimak kini angkat bicara, untuk menengahi suasana yang terasa canggung. "Ya, ya, setiap orang memiliki keberuntungan masing-masing.”

To be continued

💞💞💞💞💞💞💞

Suasana rumah keluarga Wilton malam itu begitu tegang. Dinding-dinding besar yang biasanya dipenuhi kehangatan percakapan keluarga kini terasa dingin dan sunyi. Di ruang tamu yang luas, hanya terdengar suara napas berat Gabriel yang berdiri dengan rahang mengeras. Tatapannya tajam, menahan amarah yang hampir tak bisa dibendung.

“Kenapa Mama dan Papa bersikap seperti ini?” suaranya akhirnya pecah, serak dan penuh kekecewaan. “Bukankah Mama dan Papa sudah sepakat? Bukankah Mama dan Papa setuju dengan hubungan Gabriel dan Serena?”

Maria, yang duduk di kursi panjang berlapis beludru, menatap putranya dengan sorot mata campuran antara iba dan ketegasan. Wanita itu menarik napas dalam sebelum berbicara. “Ya, kami memang setuju hubungan kalian, Gabriel,” ucapnya tenang, namun nadanya tajam, “tapi tidak untuk sampai ke pernikahan.”

Gabriel terdiam sesaat, matanya membulat tak percaya. “Kenapa, Ma?” suaranya meninggi, gemetar karena menahan emosi. “Gabriel cinta sama Serena! Gabriel sudah menjelaskan semuanya pada Mama dan Papa—tentang siapa dia, tentang keluarganya, tentang masa lalunya!”

Maria menatap lurus ke arah putranya. Tatapannya kali ini dingin dan tanpa kompromi. “Dia hanya seorang anak adopsi, Gabriel. Tidak jelas asal-usulnya. Dia bukan darah kandung siapa pun. Mau bagaimana nanti pewaris keluarga Wilton jika kamu menikahi wanita seperti itu?”

Gabriel melangkah maju, menatap sang ibu dengan mata memerah karena amarah. “Ma! Bagaimana Mama bisa bicara seperti itu? Paman Antonio dan Bibi Melvia sudah menganggap Serena anak mereka! Mereka orang tuanya!”

Maria berdiri, suaranya meninggi, “Mama bilang tidak, ya tetap tidak! Kamu boleh berhubungan dengannya, tapi hanya sebatas status pacaran. Tidak lebih dari itu. Kalau sampai menikahinya, Mama tidak akan pernah restu!”

“Ma!” suara Gabriel nyaris pecah, namun sebelum sempat melanjutkan, suara berat dan berwibawa dari sisi ruangan memotong dengan tegas.

"SUDAH CUKUP, GABRIEL! PAPA SUDAH MENGATUR PERNIKAHANMU DENGAN KELUARGA DE ALVARADO.”

Tuan Wilton Navarro, pria paruh baya dengan jas hitam sempurna dan sorot mata tajam, berdiri dari kursinya. Suaranya menggelegar di seluruh ruangan, membuat udara seolah bergetar oleh kekuasaan yang dia miliki.

“Papa sudah memutuskan!” lanjutnya dengan nada tak bisa dibantah. “Kamu akan menikah dengan putri dari keluarga De Alvarado. Itu sudah diatur. Tidak ada lagi perdebatan!”

Gabriel membeku. Kata-kata ayahnya terasa seperti belati yang menusuk langsung ke dadanya. “De Alvarado?” ulangnya pelan, seakan tidak percaya. “Papa menjodohkan Gabriel dengan orang yang bahkan Gabriel tidak kenal?”

Gabriel terkejut. Tubuhnya membeku sejenak mendengar nama keluarga asing itu disebut. Rasa sakit dikhianati dan marah karena diatur meluap tak tertahankan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, Gabriel berbalik dan melangkah cepat. Dia keluar dari rumah itu dengan perasaan emosi yang membara. Suara pintu dibanting keras memecah kesunyian malam.

*

*

Malam itu rumah keluarga Antonio terasa jauh lebih sunyi daripada biasanya. Suasana yang seharusnya hangat berubah menjadi tegang dan penuh amarah yang menekan udara. 

Di ruang tamu yang luas, cahaya lampu kristal memantul di lantai marmer, menyoroti wajah Antonio yang merah karena emosi. Di hadapannya Serena duduk dengan wajah pucat dan mata sembab yang masih basah oleh air mata.

“Kamu dengar dan lihat sendiri bukan, Serena?” suara Antonio meninggi, dalam namun sarat kemarahan. Menunjuk ke arah Serena. “Itu pria yang selama ini kamu bela dengan sepenuh hati? Pria yang katanya akan melindungimu dan menghormatimu?”

Serena tak mampu menjawab. Dadanya terasa sesak. Bayangan pertengkaran antara Gabriel dan orang tuanya masih tergambar jelas di benaknya. Kata-kata kasar, larangan, dan keputusan sepihak yang ia dengar dari posisinya di pesta tadi membuat hatinya runtuh perlahan.

“Jawab, Serena!” bentak Antonio lagi, suaranya menggema di seluruh ruangan. “Sekarang paman minta kamu putuskan hubungan dengan pria itu secepatnya! Kamu dengar?”

Melvia yang sedari tadi berdiri di sisi putrinya segera memeluk bahunya dengan lembut, mencoba menenangkan getaran tubuh Serena yang penuh ketakutan. “Sudahlah, Pa,” bisiknya pelan, namun tatapannya pada suaminya penuh peringatan.

Namun, Antonio tidak berhenti. Napasnya memburu, suaranya semakin keras. “Kamu harus tahu mana yang pantas untuk kamu, Serena!”

Air mata Serena jatuh semakin deras. Setiap kata yang keluar dari bibir pamannya terasa seperti pisau yang menyayat hatinya satu per satu. Dia tahu Antonio tidak bermaksud jahat, tapi cara bicaranya membuat luka itu semakin dalam.

“Kamu harus fokus pada kuliah kamu!” lanjut Antonio dengan nada yang menekan. “Itu yang paling penting sekarang. Bukan cinta semu yang bahkan tidak punya masa depan! Paham kamu?”

Serena tetap diam, menunduk dalam diam. Suara tangisnya tertahan di tenggorokan. Melvia mengusap punggungnya lembut, tapi bahkan sentuhan hangat itu tidak cukup untuk menenangkan badai di dadanya.

“Kamu dengar tidak, Serena?!” bentak Antonio lagi, suaranya meledak, membuat Serena terlonjak kecil.

“Sudah cukup, Pa!” suara Melvia akhirnya meninggi. Tatapannya tajam pada suaminya. “Kamu tidak perlu membentak seperti itu. Aku tahu kamu kecewa, aku juga kecewa. Tapi membentak tidak akan menyelesaikan apa pun!”

Keheningan sejenak memenuhi ruangan. Hanya terdengar isak halus Serena yang berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah.

“Ya, Paman,” jawab Serena akhirnya dengan suara lirih namun jelas. “Serena mengerti.”

Antonio menatap ke arah keponakannya itu, napasnya mulai melambat. Ada rasa penyesalan kecil yang muncul di matanya, namun egonya masih terlalu tinggi untuk meminta maaf. “Heuh! Kamu sama Serena sama saja! Sekarang kalian tahu bukan? Bagaimana cara aku menilai orang? Tidak pernah salah!”

Serena hanya mengangguk lemah. Dia tahu tidak ada gunanya membantah. Dalam hatinya, cinta pada Gabriel masih kuat, tapi di hadapan dua orang yang sudah membesarkannya seperti anak sendiri, dia tidak sanggup melawan.

Melvia menatap wajah sedih Serena dan kemudian menatap suaminya dengan kecewa. “Kamu terlalu keras, Antonio,” ucapnya pelan. “Serena tidak salah mencintai. Orang tua Gabriel yang terlalu angkuh!”

Antonio tidak menjawab. Dia hanya menatap keluar jendela, ke arah halaman yang gelap, mencoba menenangkan amarahnya yang mulai mereda.

Sementara itu, Serena melepaskan pelukan Melvia perlahan, lalu berjalan menuju kamarnya. Setiap langkah terasa berat. Pikirannya penuh dengan kenangan tentang Gabriel — senyumnya, janjinya, dan semua kata-kata manis yang kini terasa hampa.

Begitu sampai di kamarnya, Serena menutup pintu dan bersandar pada dinding. Air matanya kembali jatuh tanpa bisa dihentikan. 

Namun, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Itu dari Nicholas. “Besok jam tiga, di taman kampus!”

Nicholas mengubah tempatnya, mungkin itu adalah tempat untuk sekalian belajar oleh pria itu. Dia pun tidak membalasnya dan langsung mengabaikan pesan Nicholas.

Namun di sisi lain kota, Gabriel sedang duduk di dalam mobil, menggenggam setir dengan wajah penuh tekad. Ia tahu keputusannya akan membawa badai, tapi dia tidak peduli. Cinta yang ia miliki untuk Serena terlalu besar untuk dihancurkan hanya oleh nama keluarga.

to be continued

1
noname
bagus dan sangat menarik ceritanya..ayo lanjut thor..yang banyak 💪
Macrina Catharina
Cerita yg sangat bagus. lanjut nya di tunggu yaaa 👍👍👍
Macrina Catharina
dibalik semua kejadian ada yg anehh antara sahabat ttp musuh...
noname
lanjut
Macrina Catharina
Suka banget ceritanya, tentang cinta dn seru...
Macrina Catharina
Novelnya bagus semkin penasaran.
Amelia Kesya
ap kah gebie musuh dlm selimut?
Haris Saputra
Keren banget thor, semangat terus ya!
Belle: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya, trmksh🙏
total 1 replies
Nana Mina 26
Terima kasih telah menulis cerita yang menghibur, author.
riez onetwo
Ga nyangka sebagus ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!