Hidup Anaya tidak pernah beruntung, sejak kecil ia selalu di jauhi teman-temannya, dirundung, di abaikan keluarganya. kekacauan hidup itu malah disempurnakan saat dia di jual kepada seorang CEO dingin dan dinyatakan hamil setelah melakukan malam panas bersama sang CEO.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena cantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
melihat dari jauh
Malam itu, setelah Farah menidurkan anak-anak ia kembali ke dapur untuk menyiapkan beberapa bahan untuk membuat kue besok.
Namun di luar rumah, seseorang sedang memperhatikan nya dari kejauhan.
Jackson berdiri di balik pepohonan, wajahnya hampir tenggelam dalam gelap malam. Sudah hampir satu jam dia menunggu di sini, sejak suara tawa ceria anak-anak masih bergema. Betapa menggemaskan mereka saat bermain, seakan dunia ini hanya milik mereka.
Namun, ketika lampu kamar mereka mulai meredup, hatinya ikut meremas. "Sudah tidur, ya?" bisiknya pelan, berharap mereka mendapatkan mimpi yang tenang tanpa kekhawatiran.
Tiba-tiba, ia menangkap cahaya dari dapur yang masih menyala. "Dia lagi ngapain?" gumamnya bertanya-tanya.
Jackson mulai mengalihkan pandangannya mencari tempat yang bisa memberinya secercah jawaban tentang apa yang Farah lakukan malam ini.
"Bos, kita sudah kayak maling aja,"Ucap Bayu, asistennya, menegur dari belakang dengan nada setengah bercanda tapi jelas terganggu.
Jackson palingkan wajah, "Diamlah,” bisiknya dengan tegas.
Bayu menatap malas Jackson. Mereka terus berjalan mengendap-endap memang persis seperti Maling.
Setelah beberapa langkah berjalan, Jackson akhirnya bisa melihat Farah dari balik jendela dapur yang terbuka.
Matanya tak lepas mengamati setiap gerak-geriknya. Terkadang, ia tertawa kecil saat tepung yang dia pegang tak sengaja menyebar hingga mengenai wajahnya.
"Dia benar-benar menggemaskan," bisiknya dalam hati.
Ia tak mengerti mengapa hatinya bisa jadi begini saat melihatnya. Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Rasanya aneh, tapi jackson tidak bisa menolak perasaan ini. Kenapa bisa secanggung ini, sampai ia harus tertawa sendiri seperti orang bodoh?
Bayu, yang berdiri di sampingnya, tampak bergidik ngeri. Dia memandangnya heran, seperti tak percaya melihatnya yang jarang sekali tersenyum malah kini terlihat begitu ceria.
"Ternyata, cinta mampu membuat es kul-kul ini mencair, bisiknya dalam hati.
Jackson sendiri masih bingung dengan perasaan ini. Tapi satu hal yang pasti, saat ini ia tak bisa berhenti tersenyum melihat Farah. Entah sampai kapan ia akan terus seperti ini, tapi dia ingin menikmati setiap detiknya. itu.
Bayu memperhatikan Farah dengan seksama, mencoba mencari sesuatu yang aneh atau lucu darinya, tapi yang tampak hanyalah ketenangan biasa.
Namun, ada satu hal yang mengusik pikirannya—kenapa bosnya itu terus tersenyum sendiri seperti orang yang kehilangan akal? Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Ia merasa aneh, tapi tidak berani bertanya langsung.
Ketika Farah kesulitan memegang loyang karena tangan kanannya terluka dan hampir terjatuh, ia melihat Jackson yang hampir berlari menolongnya.
Namun, sebuah suara 'krek!' dari ranting yang terinjak memaksa Jackson segera bersembunyi.
Farah melihat ke arah semak-semak yang tampak gelap. Waspada. Farah terlihat panik, matanya cepat-cepat menoleh ke kanan dan kiri, lalu dengan sigap menutup jendela.
"Tunggu—" Jackson hampir memanggil, tapi tangannya terhenti di udara ketika melihat jendela tertutup rapat.
Dia menghela napas panjang. Ia paham rasa gelisah yang menggerogoti Farah.
Bayu menepuk pundaknya dan berkata, "Sabar, bos. Masih ada hari esok."
Tapi dalam hati, ia bertanya-tanya, seberapa berat beban yang sedang dia pikul?
"Kehidupan seperti apa yang telah kau jalani selama bertahun-tahun ini, fa?" gumamnya.
Jackson menunduk menahan air matanya yang hendak keluar, "Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf." Lirihnya.
Jackson berjalan ke arah tikungan yang ada di persimpangan rumah Farah. Ia melihat lampu jalan itu mati, sepertinya sudah lama tidak menyala.
Dengan hati-hati naik ke tiang, memperbaiki kabelnya sedikit demi sedikit hingga lampu itu akhirnya menyala kembali dengan cahaya temaram lembut.
Jackson turun, melihat lampu itu sudah kembali menyala. "Sekarang, kamu dan anak-anak bisa tidur dengan tenang," gumamnya.
Setidaknya, hanya ini yang bisa ia lakukan untuk mereka.