seorang perempuan yang mempunyai kesalahan untuk jatuh cinta terhadap seseorang, dari sekian banyaknya laki-laki di dunia ini mengapa ia pilih laki-laki itu untuk menjadi kekasih hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon naura hasna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 33
Ternyata Hasna diajak ke tempat di mana Fardhan sepupunya tinggal di sana yaitu di suatu kota Jawa Timur. Semua anggota keluarga inti Hasna ikut berangkat berlibur ke Jawa Timur untuk melepaskan kerinduan dan berziarah juga ke makam sepupunya Hasna itu.
Hasna juga sudah memesan tiket kereta agar lebih cepat sampai ke sana.
Gemuruh suara kereta api yang berwarna putih biru dan merah. Semua orang yang sedang menunggu sampai ke tujuannya seraya ada yang memegang ponselnya dan memainkan ponselnya masing-masing, ada juga yang sedang memakan satu cup mie sedih air hangat dengan ditemani secangkir kopi perpaduan manis dan pahit itu.
Ibu dan papa Hasna yang asik berbincang dengan topik pembicaraan sehari-hari.
...Kan ku pelajari...
...Tempat-tempat indah tuk pergi nanti...
...Romansa sederhana kita...
...Takkan pernah mati...
...Walau kita hanya...
...Menikmati senja di sudut kota...
...Berpegangan tangan berdua...
...Sederhana dan berarti...
...Kejamnya waktu...
...Terasa cepat berlalu...
...Lupakan dulu...
...Dan kau rasakan indahnya kita...
...Kan ku pelajari...
...Tempat-tempat indah tuk pergi nanti...
...Romansa sederhana kita...
...Takkan pernah mati....
Alunan musik butterflies era asyik menemani Hasna dalam menghirup udara di dalam kereta api tersebut.
"Aku mencintaimu mas—walaupun kamu sudah tenang di atas sana tapi rasa cintaku ini akan tetap abadi untukmu mas," tutur lembut Hasna membuat hatinya sendiri terenyuh dengan kata-kata kerinduannya. Lalu, tak sadar air mata itu tiba-tiba menetes ke bawah celana yang Hasna kenakan dengan berwarna putih polos.
Di samping kursinya ada sang ibu yang sedang menikmati suatu topik obrolan bersama papanya atau suaminya yang tiba-tiba kepalanya dan matanya kemudian sedikit menolehkan kepalanya untuk mengecek keadaan sang anak perempuannya yang sudah lama tidak diperhatikan sejak tadi.
"Nak, kamu baik-baik saja kan?" Ibuku sangat khawatir sepertinya melihat aku ketika sedang melamun, tatapanku menghadap ke depan lurus dan menikmati pemandangan yang sudah terlewati di kereta indah.
aku yang mendengar suara itu secara tiba-tiba dalam lamunanku menjawab dengan sedikit terbata-bata. "Eh iya bu, maaf tadi sempet ngelamun dikit."
"Jangan melamun terus dong nak—ini kan kita mau berlibur ke kota Jawa—kota itu impian kamu yang ingin kamu kunjungi kan? Sekarang kita akan mengunjunginya loh," Rani berusaha membujuk anak perempuan yang sedang melamun ke depan.
Tak lama kemudian Hasna menyudahi lamunannya—wajahnya menatap ibu yang sedang berusaha membujuk anaknya perempuan itu.
"Aku kalah bu—aku rindu sama dia!" Tangisan yang sangat sakit itu akhirnya keluar. Air mata berwarna bening yang berhasil membuat semua pipi basah.
Seolah tahu apa yang dimaksud oleh putrinya siapa seorang yang sedang dirindukannya. "Jangan seperti itu nak—ibu tahu kamu pasti sangat merindukan sepupu kamu kan—tapi kita sebagai manusia biasa hanya bisa berbuat secara terbatas—kita hanya bisa ikhlas dan mendoakan yang terbaik untuk almarhum."
"Mau ibu peluk gak? Anggap saja pelukan ibu ini adalah pelukan orang tersayang kamu dulu," lanjutnya.
Rani menawarkan sebuah pelukan hangat yang sepertinya sedang dibutuhkan oleh sang anak perempuannya itu.
"boleh."
Hasna memeluk erat ibunya—melepaskan semua beban atau overthinkingnya. Hangat pelukan seorang ibu memang dapat menenangkan dan terasa nyaman.
"lepasin semua masalah termasuk kerinduan kamu di dalam pelukan ibu nak," Rani mengelus dahi Hasna dengan sangat lembut.
Karena pelukan lembut itu—tanpa sadar Hasna sudah tertidur pulas di bahu Rani.
