NovelToon NovelToon
Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Balas Dendam Istri, Selingkuh Dengan Ayah Mertua

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Reinkarnasi / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:23.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pannery

Noura mati dibunuh suaminya dan diberi kesempatan hidup kembali ke-3 tahun yang lalu. Dalam kehidupannya yang kedua, Noura bertekad untuk membalaskan dendam pada suaminya yang suka berselingkuh, kdrt, dan membunuhnya.

Dalam rencana balas dendamnya, bagaimana jika Noura menemukan sesuatu yang gila pada mertuanya sendiri?

"Aah.. Noura." Geraman pria itu menggema di kamarnya. Pria itu adalah Zayn, mertua Noura yang sering menyelesaikan kebutuhan diri sambil menyebut nama menantu wanitanya.

"Kenapa dia melakukan itu sambil menyebut namaku..?" Noura harus dihadapkan mertua gilanya yang sudah duda. "Anaknya gila.. ayahnya juga lebih gila, eh tapi.. besar juga ya kalau dilihat-lihat."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pannery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lebih baik mana?

Setelah menyelesaikan kebutuhan dirinya. Zayn segera menelpon Darrel untuk mengurusnya.

Darrel langsung mengangkatnya dengan senang, "Halo ayah! Ada apa menelponku?"

"Datanglah ke kantor jam 3 sore dan bawa berkas yang sebelumnya kutugaskan." Pinta Zayn dengan tegas.

"Siap ayah!" Jawaban Darrel sungguh bersemangat.

- Darrel yang ternyata masih dirumah Mia -

Darrel sedang bersantai di sofa bersama Mia. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahunya, bermain dengan ujung dasinya sambil merengek manja.

"Kamu udah mau ninggalin aku aja?" Mia mengeluh, pelukannya semakin erat.

Darrel menghela nafas, sedikit tidak sabar. "Aku bahkan belum sempat pergi karna kamu menangis tadi," jawabnya dengan sedikit kesal.

"Aku harus pergi sekarang, Mia." Darrel berusaha beranjak namun, Mia justru semakin mendekat.

Tangan Mia yang kecil dan lembut mulai bermain di sepanjang dada Darrel, membelai dengan gerakan yang membuat nafasnya tertahan sesaat.

"Main sama aku sekali lagi, ya..." Bisik Mia dengan nada menggoda, bibirnya hampir menyentuh telinga Darrel.

Mata Darrel sedikit menggelap, dorongan primal dalam dirinya bangkit. Ia menatap Mia dengan intens sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya dan menekan gadis itu ke sofa.

"Hanya sebentar," bisik Darrel dna langsung membuka kain yang melekat pada dirinya.

Mia tersenyum puas sebelum tangannya naik ke leher Darrel, menariknya lebih dekat.

- Di kantor Zayn -

Sementara itu, Zayn duduk di kantornya, menyesap anggur merah dengan tenang. Matanya berkilat tajam, memikirkan banyak hal.

Setiap gerakan tubuhnya penuh perhitungan, tetapi di dalam dirinya, ada sesuatu yang masih mengganjal.

Noura, wanita itu masih memenuhi pikirannya, membuatnya tidak tenang.

Tangannya menggenggam gelas lebih erat. Bayangan wajahnya, aroma parfumnya, serta suara gemetarannya masih terngiang di benaknya.

“Sialan...” desisnya pelan.

Zayn berusaha mengendalikan dirinya, tetapi semakin ia mencoba, semakin rasa frustrasi itu menekan.

Zayn sangat menginginkan Noura. Ia ingin memilikinya sepenuhnya, tanpa ada penghalang apa pun.

Menutup matanya sejenak, Zayn melemparkan kepalanya ke belakang, berusaha menenangkan diri.

Beberapa saat berlalu..

Zayn yang sudah menyelesaikan pekerjaannya segera melirik jam di tangannya. Jarum pendek sudah melewati angka tiga, bahkan hampir menyentuh angka empat.

Wajahnya mengeras, rahangnya mengatup rapat. Darrel terlambat dan itu membuat Zayn kesal.

Pria itu mengetukkan jemarinya di atas meja, menahan gejolak emosi yang hampir meledak. Nafasnya panjang dan berat, mencoba menekan amarah yang sudah mendidih di dalam dadanya.

Namun, sebelum ia sempat mengambil ponselnya untuk menelepon, suara ketukan pintu terdengar.

Tok. Tok. Tok. 

"Ayah, ini aku." Suara Darrel terdengar dari balik pintu, terdengar santai dan tanpa beban.

Tanpa menjawab, Zayn bangkit dengan gerakan tajam dan membuka pintu dengan ekspresi dingin.

Pandangannya menatap tajam ke arah Darrel yang berdiri di ambang pintu. Namun, anak itu hanya tersenyum kecil, seolah keterlambatannya bukanlah masalah besar.

"Aku masuk yaa.." Tanpa menunggu izin, Darrel masuk dengan santai, tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Darrel mengedarkan pandangan ke ruangan yang megah, lalu dengan seenaknya duduk di sofa kulit di sudut ruangan.

"Wah, kantor ayah keren juga. Nyaman banget," ujarnya santai, membiarkan tubuhnya tenggelam dalam empuknya sofa.

Zayn mengepalkan tangan, menahan amarah yang mendidih dalam dirinya. "Kau terlambat," ucapnya dingin. Nada suaranya tajam dan menusuk.

Darrel hanya mengangkat bahu, tidak terlihat terganggu sedikit pun. "Aduh, ayah santai aja dong. Aku ini kan anak ayah sendiri."

BRAK! 

Zayn menutup pintu dengan keras, suara dentuman kayu bergema di ruangan. Itu adalah caranya melampiaskan kekesalannya.

"Tidak ada yang seperti itu jika sudah berurusan dengan pekerjaan!" Suara Zayn meninggi, menciptakan tekanan yang menyesakkan di ruangan.

"Ayah nggak asik banget," gumam Darrel, lalu mengeluarkan sebuah map dokumen dari tasnya. "Ini tugas darimu, ayah. Aku sudah mengerjakannya."

Zayn meraih dokumen itu dengan ekspresi tajam. Ia membuka lembaran demi lembaran, matanya menyapu isi laporan dengan cepat.

Tetapi, semakin lama Zayn membaca, ekspresinya semakin menggelap.

Dengan gerakan cepat, Zayn melempar dokumen itu ke wajah Darrel. Lembaran kertas berhamburan ke segala arah.

"Kamu main-main dengan data perusahaan?!" Bentaknya, matanya berkilat marah.

Darrel tampak bingung, matanya sedikit melebar. "Apa maksud ayah? Aku sudah mengisinya dengan benar—"

"Ini salah semua!" Zayn melangkah cepat, meraih kerah kemeja Darrel dan menariknya hingga anak itu terhuyung.

"Data ini berantakan! Tidak ada satu pun yang valid!" Bentak Zayn dengan keras.

"Ayah, tunggu! Aku—"

Zayn tak mendengarkan. Dengan satu dorongan kuat, ia membanting Darrel ke sofa dengan kasar. Wajahnya penuh amarah.

"Aku tidak sudi mengangkatmu menjadi CEO perusahaan. Masa mengerjakan data seperti ini saja tidak bisa."

Darrel menatap ayahnya dengan raut frustasi. "Ayah! Ini... ini ulah Noura! Bukan salahku!"

Zayn terdiam sejenak, lalu ekspresinya semakin gelap. "Noura?" Suaranya rendah, tetapi penuh ancaman. "Jadi kamu menyuruhnya mengerjakan ini?!"

Bugh! 

Tanpa peringatan, tinjunya melayang. Darrel terhuyung ke belakang, rahangnya nyeri akibat pukulan keras itu.

"Berani-beraninya kau menyeret Noura dalam urusan ini!" Zayn kembali menghantamkan tinjunya, membuat Darrel tersungkur di lantai. Nafasnya memburu, tangannya mengepal kuat.

"Ayah! Cukup!" Darrel merintih, berusaha bangkit, tubuhnya terasa remuk.

Namun Zayn tidak peduli. Ia mencengkeram kerah kemeja Darrel sekali lagi.

Deg!

Saat kerah kemaja Darrel diangkat, terlihat banyak bekas merah yang sangat pekat. Disana Zayn benar-benar emosi, ia menggertakan rahangnya lalu membanting Darrel kembali ke lantai.

Suara tubuhnya menghantam lantai menggema, disertai erangan tertahan dari Darrel. Nafasnya berat, matanya penuh murka.

"Kamu perlu diberi pelajaran!"

Darrel terbatuk, darah mengalir di sudut bibirnya. Ia menatap ayahnya dengan pandangan tak percaya.

Tubuhnya sakit, tapi lebih dari itu, hatinya terasa seperti ditikam. Sementara itu, Zayn mengatur nafasnya, mencoba menahan diri agar tidak kehilangan kendali sepenuhnya.

"Jangan pulang ke rumah sebelum kamu bisa mengerjakan semuanya dengan benar!" Ucapnya dingin sebelum berbalik, meninggalkan Darrel yang terkapar di lantai dengan tubuh penuh luka.

Zayn naik pitam, bukan hanya karena dokumen yang berantakan, tetapi juga karena bekas merah itu.

Apa mungkin Noura yang melakukannya? Jika begitu. berarti Noura telah membohonginya? Padahal Noura janji tidak melakukan apapun dengan Darrel.

Dengan amarah yang membara, Zayn pulang ke rumah dengan wajah tegang.

Di sisi lain, Noura sedang asyik mencoba memasak makanan untuk dirinya sendiri. Ia mengenakan kaus biasa dan celana pendek, bersenandung kecil sambil menuangkan bumbu ke dalam wajan.

"Haa, aku juga harus cari kelas bela diri secepatnya," ucapnya santai, menikmati waktu sendirinya.

BRAK!

Tiba-tiba, pintu terbuka dengan kasar.

"Eh? Siapa yang pulang?" Noura sedikit terkejut. Ia mengira itu Darrel, tapi ternyata bukan.

Ternyata yang pulang Zayn. Pria itu masuk dengan langkah berat, melepas jasnya dengan gerakan kasar lalu melempar tasnya ke sofa.

"Hai Daddy." Sapa Noura ringan, namun ia segera menyadari ada yang berbeda. Zayn tidak seperti biasanya.

Wajah Zayn dingin, auranya begitu gelap, penuh kemarahan yang menekan ruangan. Noura mengernyit, merasa ada sesuatu yang salah.

Tanpa aba-aba, Zayn melangkah mendekat dan tiba-tiba menci-um Noura dengan g4 - nas, bukan dengan kelembutan seperti biasa.

Noura terkejut, hampir kehilangan kendali. Tangannya mendorong Zayn, namun pria itu justru semakin erat menahannya.

Kedua tangan Zayn mulai menjalar, menyelusup dengan paksa.

"Daddy, apa yang—"

Tiba-tiba, Zayn menarik rambut Noura, membuat wajah mereka bertatapan langsung. Tatapan tajam pria itu menusuk ke dalam mata Noura yang dipenuhi kebingungan dan ketakutan.

"Berani-beraninya kamu membohongiku, huh? Kamu akan menanggung akibatnya," desis Zayn dengan suara rendah, penuh ancaman.

"Hah? Apa—Apa maksudmu, Daddy?!" Noura tergagap, berusaha memahami situasi.

Namun, Zayn tidak memberi waktu untuk berpikir. Ia terus melanjutkan, tanpa peduli pada jeritan protes Noura.

"Kamu harus memilih nanti, mana yang lebih baik Noura.. Aku atau suamimu?" Bisik Zayn dengan nada rendah.

1
nur adam
ljut
nur adam
lnjut
nur adam
lnjut.. crita bgs thoor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!