NovelToon NovelToon
Pengasuh Boneka Tuan Zergan

Pengasuh Boneka Tuan Zergan

Status: tamat
Genre:Cintapertama / CEO / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh / Ibu susu / Tamat
Popularitas:17.4k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Demi melunasi hutang ayahnya 120 juta, Juwita terpaksa menjadi pengasuh boneka milik Tuan Zergan, pria kaya raya yang terkenal aneh sekaligus misterius.
Siapa sangka, di balik sikap gilanya, Zergan justru jatuh cinta padanya. Dan bersama lelaki itu, Juwita menemukan rahasia besar tentang hidupnya yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Liontin Huruf G

“Di mana orang tuamu?” tanya Zergan sambil menatap lurus ke jalan. Pertanyaan itu keluar begitu saja, padahal selama ini ia hanya tahu Juwita sendirian, ditemani satu nama yang pernah ia dengar Desi. Baru kali ini ia benar-benar ingin tahu.

Juwita terdiam, bibirnya sempat terbuka tapi tak ada suara. Ia sibuk menyusun kalimat agar tidak terdengar menyedihkan.

“Sekarang kau sudah tidak menjaga Princess lagi. Sesekali kau boleh pulang… seminggu sekali mungkin. Aku akan izinkan, kalau kau mau,” ucap Zergan, seakan memberi keringanan.

Juwita tersenyum tipis, tangannya meremas rok hitam yang dipakainya. “Hehe, makasih ya, Tuan. Tapi saya tidak punya tempat untuk pulang. Paling ibu-ibu kontrakan yang nyari saya. Barang-barang masih ada di sana, tapi uang kontrakan tetap jalan sih.”

Zergan melirik sekilas. “Orang tuamu di mana?”

Juwita menarik napas dalam, lalu tersenyum getir. “Ibu saya meninggal waktu saya masih bayi… katanya begitu. Bapak saya pergi setelah terlilit hutang, dan tidak pernah kembali.”

Hening. Mobil hanya berisi suara mesin dan desah napas mereka. Di dalam hati, Zergan merasakan sesuatu yang menusuk. Hidup Juwita seperti ditopang kesedihan. Ia jadi teringat lagi pada Princess.

“Kau mau ke kontrakanmu? Ambil barang-barang yang penting,” kata Zergan akhirnya.

“Tidak usah, Tuan. Nanti Tuan malah malu lihat tempat saya. Mobil mewah ini saja sudah aneh berhenti di sana.”

“Aku akan ikut. Kau tidak perlu khawatir.”

Sesampainya di depan kontrakan, Zergan terdiam. Bangunan kecil itu tampak lusuh, dindingnya mengelupas. Pantas saja saat pertama kali datang, Juwita seperti gadis jalanan.

“Tuan, tunggu di mobil, ya. Saya turun sebentar.”

Tetangga-tetangga langsung menoleh, terutama ibu-ibu. Pandangan mereka penuh penasaran begitu melihat Juwita turun dari mobil mahal, lalu makin heboh saat melihat sosok Zergan di balik kemudi. Bisik-bisik mulai terdengar.

Zergan tidak betah hanya menunggu. Ia melihat Juwita mengangkat pot kecil dan mengambil kunci rumah dari bawahnya. Dengan langkah panjang ia ikut turun, menyeberang tanpa mempedulikan tatapan orang. Sudah biasa jadi pusat perhatian, tapi kali ini ia merasa benar-benar ingin tahu tentang gadis itu.

Pintu kontrakan rendah, membuatnya harus sedikit menunduk. Begitu masuk, Zergan terdiam. Ruang sempit itu terasa sesak. “Astaga… hidup macam apa ini…” gumamnya lirih.

“Tuan, kau masuk juga?” tanya Juwita sedikit kaget. Ia sedang memungut sebuah map tipis dari lemari reyot.

“Kau ambil apa?”

“Ijazah.” Juwita tersenyum hambar. “Tuan tahu sendiri kan, kerja di negara ini perlu ijazah.”

“Kau tidak butuh itu. Denganku, kau sudah dapat kerja dengan gaji lebih dari cukup.”

“Ya, tapi… buat jaga-jaga.”

Zergan menyipitkan mata, suaranya berubah tajam. “Kau berniat pergi?”

Juwita buru-buru menggeleng. “Tidak, saya senang bekerja dengan Tuan. Saya sadar masih punya hutang. Tapi masa depan siapa yang tahu? Ijazah ini hanya untuk berjaga-jaga.”

“Tidak,” potong Zergan tegas. “Tidak ada jaga-jaga. Kau akan tetap bersamaku.”

Juwita terdiam, menatap Zergan. Ada sesuatu di balik ucapannya seolah bukan hanya masalah hutang atau pekerjaan, melainkan rasa enggan kehilangan.

Setelah urusan selesai, Zergan keluar sebentar untuk berbicara dengan pemilik kontrakan. Tanpa banyak kata, ia langsung melunasi uang sewa satu tahun ke depan. Juwita tertegun mendengarnya.

“Tuan, kenapa dibayar panjang sekali? Saya kan belum tentu tinggal di sini lagi.”

“Biar saja. Anggap ini aman. Kalau bapakmu tiba-tiba muncul, setidaknya dia punya tempat untuk kembali,” jawab Zergan singkat. Nada suaranya membuat Juwita terdiam, karena diam-diam ia memang memikirkan hal yang sama.

Saat hendak merapikan barang-barang, Zergan menoleh. Pandangannya tertuju pada sesuatu di tangan Juwita. Sebuah liontin kecil berbentuk huruf G, dengan sisa kilau samar yang sudah pudar dimakan waktu.

“Apa itu?” tanyanya.

Juwita menatap benda itu sebentar, lalu tersenyum tipis. “Ini saya temukan dulu waktu kecil. Katanya, benda ini dari tas Ibu… yang katanya memang milik beliau. Awalnya kalung, Tuan. Tapi dulu saya bodoh, saya copot rantainya buat mainan. Ketahuan Bapak, dan… kalungnya dijual. Untung saya sempat menyembunyikan bagian ini.” Ia mengecup sekilas huruf kecil itu, seakan merawat kenangan yang rapuh. “Syukur masih ada sisa kenangan dari Ibu.”

Zergan mendekat, menatapnya dalam-dalam. “Kalau begitu, kita beli rantainya. Jadikan dia kalung lagi. Pakai, dan jangan pernah dilepas.”

Juwita buru-buru menggeleng. “Eh, jangan, Tuan. Saya sudah biasa menyimpannya begini. Tidak apa-apa.”

“Tidak,” potong Zergan datar, tapi penuh tekanan. “Hari ini kita ke toko perhiasan. Aku libur. Kita buat itu jadi utuh kembali.”

Nada suaranya membuat Juwita terdiam. Kalimatnya bukan permintaan melainkan keputusan. Seolah-olah dunia harus mengikuti maunya.

Dan Juwita? Hanya bisa menggenggam huruf kecil itu erat-erat, sambil bertanya-tanya… mengapa seorang pria seperti Zergan begitu peduli pada hal sekecil ini.

Sebelum dipasangkan, pegawai toko mengambil liontin berbentuk G dari tangan Zergan dengan hati-hati. Ia membawanya ke meja kecil, lalu menuangkan cairan pembersih khusus dan mengelap liontin itu dengan kain halus.

“Silakan ditunggu sebentar, Pak,” ucapnya sopan.

Tak butuh lama, kilau liontin itu semakin jelas terlihat. Ada pantulan cahaya yang begitu tajam saat tersorot lampu kristal toko, seakan menari di permukaan emasnya. Terlihat samar ada beberapa potongan kecil berlian yang tertanam di dalam huruf G itu.

Pegawai toko sempat menahan diri untuk tidak terlalu banyak berkomentar. Biasanya ia akan memuji kualitas barang, tapi begitu matanya bertemu dengan tatapan Zergan, ia segera tahu benda itu memang berharga, dan pria di hadapannya jelas bukan orang sembarangan.

Sementara itu, Juwita justru menatap liontin itu polos, kagum semata karena “bercahaya lebih indah.” Ia sama sekali tidak menyadari kalau kilauan itu adalah berlian. Baginya, ini hanyalah kenangan satu-satunya dari ibunya yang sudah meninggal.

“Cantik, kan?” Zergan berkomentar singkat.

“Eh, iya… kayak baru lagi. Ternyata benda lama bisa bersinar begini ya, Tuan,” jawab Juwita polos.

Zergan hanya mengangkat sudut bibirnya tipis. Ia menatap liontin itu sejenak, dan dalam benaknya teringat pada gelang yang pernah ia pikirkan untuk diberikan kepada Juwita. Namun, ia tahu belum saatnya. Belum waktunya memperlihatkan niat itu.

Ia mengalihkan pandangan kembali pada rantai yang dipasang pegawai, lalu memberi instruksi tegas, “Pilih rantai yang sederhana tapi kuat. Yang bisa dipakai lama.”

Pegawai segera mengeluarkan beberapa pilihan, dan Zergan langsung menunjuk salah satunya tanpa ragu.

Dan saat rantai itu sudah terpasang pada liontin, kilau berlian di dalam huruf G semakin jelas.

Begitu rantai selesai dipasangkan, pegawai menyerahkannya kembali. Zergan mengambil kalung itu, lalu tanpa berkata banyak ia berdiri di hadapan Juwita.

“Kepalanya tunduk,” ucapnya singkat.

Juwita menurut, wajahnya sedikit memerah saat merasakan jemari Zergan yang dingin menyentuh lehernya. Rantai itu kini melingkar, liontin G berkilau indah di dadanya.

“Sekarang lebih pantas,” kata Zergan pelan, menatap puas.

Juwita menunduk melihat pantulan liontin di kaca meja, senyumnya kecil, tak menyangka benda lama yang ia anggap kenangan biasa kini tampak begitu berharga.

1
Cicih Sophiana
bintang lima menyusul thor ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ meluncur
Cicih Sophiana
Tamat ya thor gak nunggu sampe Juwita punya baby.. hadiah untuk othor VOTE dan bunga untuk Juwita 🌹😍🌹
Cicih Sophiana
waduh mas kawin sampe segitunya Wit... mas kawin aja gak bakal abis tujuh tanyakan dan tujuh pengkolan 🤭😍😍
Cicih Sophiana
bahagia ya Ju ayas pernikahan nya... semoga bahagia sampai akhir usia
Cicih Sophiana
Justin ayo tundukan Jesika... jgn menyerah ya semangat💪🏻💪🏻
Cicih Sophiana
klo Jesika di kasih duit I m jg paling cuma dua jam habis Justin...
Cicih Sophiana
bikin drama seru jg untuk kalian bertempat...
Cicih Sophiana
semoga kamu bahagia yah Juwi mendapatkan suami yg baik dan bertemu keluarga kandung pula... lengkap sudah kebahagiaan mu Juwi
Cicih Sophiana
wah mau suami seperti Zergar walau dia duda aq ikhlas... thor kirim satu yah buat aq yg seperti Zergar...
Cicih Sophiana
semoga Juwita bisa di selamatkan...
Cicih Sophiana
tuh kan Indira klo orang jahat kualat kan... mau mati aja susah apa hidup
Cicih Sophiana
bagus Zergan sekarang sdh tau siapa cecunguk itu... buang dia ke Amazon ngerepitin aja🤭
Zainab Ddi
selalu 💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻😍😍 author untuk bekarya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
ya cepet amat tamaty endingy bagus akhirnya bahagia tapi ngak kis Jessica nih 🙏🏻😍🙏🏻🙏🏻💪🏻
Cicih Sophiana
ayo Zergan selidiki siap yg mencekai Juwita... klo sdh di temukan jgn di kasih ampun... masukan dia ke hotel prodeo
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😘
Zainab Ddi
wah keren banget itu masa kawinnya Juwita bikin semua orang kaget🤣🤣🤣
Cicih Sophiana
semoga Juwita baik baik aja agar dia bisa bertemu orang tua kandung nya... dan semoga si Indira tertangkap
Cicih Sophiana
good Job Zergan buat apa sampah di pungut lagi... selingkuh tdk ada maaf lg itu wanita mau pun pria... sampah tetap aja sampah buang ke tempat nya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!