NovelToon NovelToon
Ibu Pengganti Sang Pewaris

Ibu Pengganti Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Ibu Pengganti / Dark Romance
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Melon Milk

Cerita ini untuk pembaca dewasa. Baca dengan bijak❗


Cherry Gabriella mengambil satu keputusan nekat yang mengubah seluruh hidupnya, menjadi ibu pengganti bagi pewaris berhati dingin, Trevor Spencer.

Namun, ketika bayi mungilnya lahir, Cherry tak sanggup menyerahkan darah dagingnya, meski harus diburu oleh pria yang bisa membeli segalanya… bahkan nyawanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29

Mereka sudah tiba di rumah. Arnold sudah tertidur, jadi mereka pun berada di kamar, bersiap untuk tidur.

“Trevor, apa aku melakukan kesalahan?” tanya Cherry pelan.

Dia tak bisa memejamkan mata karena terus memikirkan hal itu. Kenapa Trevor menghindarinya? Kenapa tatapannya selalu terasa dingin?

“Tidak ada,” jawab Trevor singkat.

“Lalu kenapa kamu tidak memperhatikanku sejak menjemputku di acara wisuda tadi?” tanya Cherry lagi.

“Sudah kubilang, tidak ada apa-apa. Tidurlah.”

“Kalau aku memang salah, aku minta maaf. Aku harap kamu bisa memaafkanku. Aku tidak pernah berniat menyakitimu, Trevor. Aku berutang budi banyak padamu, dan ucapan terima kasih saja tidak cukup untuk membalas semua yang sudah kamu lakukan. Jadi, aku tidak akan pernah sengaja melakukan sesuatu yang bisa membuatmu terluka. Banyak orang bilang aku pintar, tapi sepertinya aku lambat dalam hal seperti ini. Aku tidak percaya mereka sebelumnya, tapi ternyata memang benar. Jadi… tolong maafkan aku atas kesalahanku, meskipun aku tidak tahu apa kesalahanku. Aku tahu kamu juga tidak suka sesuatu yang tidak jelas,” ucap Cherry lirih sambil menundukkan kepala.

“Angkat kepalamu,” perintah Trevor.

Cherry pun mengangkat wajahnya, menatap Trevor.

“Maaf,” bisiknya.

“Berhentilah meminta maaf. Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun. Ini semua salahku, jadi jangan menyalahkan dirimu,” kata Trevor tenang.

Cherry langsung memeluknya.

“Terima kasih… untuk semuanya. Terutama karena apa yang kamu lakukan untuk orang tuaku,” ucap Cherry tulus.

Trevor membalas pelukannya, melingkarkan tangan di punggung Cherry.

“Sialan rasa cemburu ini,” gumamnya pelan.

“Ayo tidur,” ajak Cherry lembut.

**

Keesokan paginya, Cherry dibangunkan oleh Arnold. Anak itu memang seperti alarm hidup; selalu bangun paling pagi dan memastikan orang tuanya ikut bangun.

Kini mereka duduk di meja makan, menikmati sarapan bersama.

“Papa, katanya Papa mau ngajarin aku dan Mama cara menembak. Kapan?” tanya Arnold bersemangat.

“Sayang, yang diajar Papa cuma Mama. Kamu nggak takut senjata?” tanya Cherry.

“Aku nggak takut, Ma. Waktu itu aku takut karena khawatir sama Mama dan Papa,” jelas Arnold.

“Aku akan mengajari kalian hari ini. Jadi habiskan dulu makanmu,” ujar Trevor.

“Hore!” seru Arnold girang.

“Kenapa kamu semangat banget sih?” tanya Cherry sambil tersenyum.

“Aku pengen belajar pakai senjata!” jawab Arnold antusias.

“Anak Mama berani sekali,” puji Cherry sambil mencium pipinya.

Setelah sarapan, mereka keluar rumah untuk latihan menembak. Di depan mereka, beberapa target berdiri berjarak. Trevor menyerahkan senjata pada Cherry dan Arnold. Cherry menerima dengan tangan gemetar.

Dia masih takut memegang benda itu. Setiap kali mengingat hari ketika dia menembak jantung lelaki itu, rasa bersalah itu kembali menghantam.

Cherry mengangkat tangannya, meniru cara orang memegang senjata seperti yang sering ia lihat di televisi.

Namun, sebelum menarik pelatuk, bayangan hari itu muncul lagi. Ia tahu, seharusnya dia tak perlu merasa bersalah, dia melakukannya untuk melindungi seseorang. Tapi bagaimanapun, dia adalah seorang mahasiswa hukum saat itu… dan dia telah membunuh seseorang. Seseorang yang juga berniat membunuhnya.

Mata Cherry membesar ketika seseorang memegang kedua tangannya dari belakang, mengangkatnya ke arah target, lalu menembakkan senjata itu. Pelurunya tepat mengenai sasaran.

“Apa yang menghentikanmu?” tanya Trevor tenang.

Cherry menarik napas. “Aku sudah jadi pengacara sekarang, tapi aku belajar menembak. Aku pernah membunuh orang… dan sepertinya ke depan akan ada lagi yang kubunuh.”

“Ini semua demi keselamatanmu. Anggap saja pembelaan diri. Kamu membunuh mereka karena mereka berniat membunuhmu. Kamu hanya mendahului karena kamu belum ingin mati. Kalau itu belum cukup, pikirkan alasan kamu melakukannya, orang yang ingin kamu lindungi. Setelah itu, kamu akan terbiasa,” jelas Trevor.

Apakah itu sebabnya orang-orang menyebut Trevor kejam dan tak berperasaan? Karena mereka mengira dia membunuh tanpa peduli? Padahal sebenarnya, dia melakukannya demi melindungi dirinya dan orang-orang yang ia cintai.

Trevor benar. Cherry melakukan ini demi Arnold, demi melindungi keluarganya dari bahaya.

Trevor melepaskan tangannya. Cherry menatap target, menarik pelatuk dengan mantap.

“Wow! Mama kena tepat di kepala! Mama jago banget!” seru Arnold kagum.

“Dulu Mama sering ikut Kakek berburu di hutan. Kakek ngajarin Mama pakai busur panah. Jadi kalau soal menembak, mata Mama udah terlatih, entah itu kepala atau jantung hewan buruan,” cerita Cherry sambil tersenyum.

“Itu yang menjelaskan kenapa kamu bisa menembak tepat ke jantung lelaki itu, padahal itu pertama kalinya kamu pegang senjata sungguhan,” komentar Trevor.

“Beneran, Ma? Hewan apa aja yang Mama sama Kakek buru?” tanya Arnold penasaran.

“Kadang babi hutan, kadang kelinci. Tapi sering juga pulang dengan tangan kosong,” jawab Cherry.

“Mama bunuh kelinci? Terus Mama makan kelinci juga?” tanya Arnold kaget.

“Kalau kamu hidup susah, Sayang, kamu nggak sempat mikirin apakah hewan itu lucu atau kasihan. Kalau kamu lapar, kamu harus makan. Bahkan dulu kakek pernah makan ular,” jelas Cherry.

“Mama juga kelaparan waktu itu?” tanya Arnold polos.

“Waktu Kakek masih hidup, dia nggak pernah biarin Mama kelaparan. Tapi setelah dia meninggal, kadang Mama harus skip makan karena kerja paruh waktu terlalu banyak. Tapi Mama nggak apa-apa, karena saat itu yang penting bisa nabung,” jelas Cherry lembut.

“Kasihan Mama…” ucap Arnold sambil memeluk ibunya erat.

“Tapi setelah Mama berusia dua puluh tahun, Papa-mu merawat Mama karena waktu itu Mama sedang mengandung kamu. Sejak itu, Mama bisa makan apa pun yang Mama mau,” hibur Cherry sambil tersenyum.

Saat hamil, Trevor menempatkannya di apartemen mewah, lengkap dengan perawat dan pembantu. Semua makanan yang diidamkan Cherry langsung dibeli atas perintah Trevor. Ia jarang datang, mungkin hanya sebulan sekali. Cherry juga tak perlu keluar untuk pemeriksaan karena dokter datang ke apartemen. Karena itulah ia bisa melahirkan Arnold dengan sehat di rumah sakit.

Seharusnya ia melahirkan di apartemen, tapi Cherry menolak. Ia tak ingin bernasib seperti ibunya yang meninggal karena melahirkan di rumah. Saat itu, ibunya terkena infeksi karena alat yang tidak steril. Maka, rumah sakit adalah pilihannya, bukan karena tak percaya pada dokter Trevor, tapi karena trauma.

Cherry dulu berpikir Arnold sehat dan tak mewarisi penyakitnya. Tapi ternyata, anaknya juga sering sakit, seperti dirinya.

“Papa benar-benar pahlawan Mama. Papa yang nyelametin Mama dari penderitaan,” kata Arnold sambil memeluk ayahnya.

Ponsel Cherry berdering, Edwin menelepon.

Cherry menjauh sebentar lalu mengangkat telepon.

“Halo, Cherry. Apa kabar?” sapa Edwin dari seberang.

“Aku baik-baik saja. Kamu sendiri gimana, Edwin?”

“Seperti biasa, masih tampan,” jawab Edwin santai. “Maaf, aku nggak sempat datang ke wisudamu. Lagi sibuk banget.”

“Nggak apa-apa. Lagipula memang nggak ada pesta,” jawab Cherry.

“Sayang sekali. Padahal harusnya kalian merayakannya,” kata Edwin.

“Tidak perlu. Kita sudah sempat merayakannya waktu itu, kan? Jadi, kenapa kamu menelepon?” tanya Cherry.

“Aku cuma mau bilang kalau besok aku nggak bisa datang. Jadi kamu yang harus ngurus Trevor, ya.”

“Kok bisa? Memangnya ada apa besok?” tanya Cherry bingung.

“Besok ulang tahun Trevor. Aku sebenarnya mau datang langsung, tapi bajingan itu malah ngasih aku setumpuk kerjaan dengan deadline mepet. Kayaknya dia sengaja biar aku nggak bisa ganggu dia di hari ulang tahunnya. Kalau dia di Jakarta sih gampang, tapi kalian di pulau. Buang-buang waktu kalau aku terbang ke sana. Jadi, kamu aja yang urus dia, oke?” jelas Edwin.

“Ulang tahunnya? Kenapa kamu nggak pernah bilang? Harusnya kita rayakan tiap tahun!” protes Cherry.

“Dia benci ulang tahunnya. Nggak ada yang tahu tanggal itu selain aku. Dia bahkan ngancam mau motong ‘milikku’ kalau aku kasih tahu orang lain. Aku nggak mau itu kejadian, makanya aku diem,” kata Edwin.

Cherry terkekeh. “Tapi sekarang kamu udah kasih tahu aku. Artinya kamu siap dipotong, ya?”

“Tentu aja nggak! Kamu nggak bakal biarin itu terjadi, kan, Cherry? Aku udah kasih tahu kamu, jadi kamu harus lindungi aku juga,” kata Edwin panik.

Cherry tertawa kecil. “Jadi itu sebabnya setiap tanggal 11 Maret aku sering dengar suara ribut dari kantor Trevor? Karena kalian selalu bertengkar waktu itu?”

1
Lauren Florin Lesusien
thur buat ini si cerry badas dikit trs peka dan ditak naik bin oon umur udh 24 trs udh punya anak udh tinggal bareng ama bapak dari anaknya trs tinggal diindonesia masak ga ngerti terlalu naif thur dari awal baca sampai ini episode hubungan nya dngan bapak anaknya ga ada kemajuan 🤬🤬
Mia Camelia
lanjut thor🥰
Anonymous
/Shame//Joyful//Shame//Joyful/
Anonymous
/Joyful//Shame//Toasted/
Anonymous
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Anonymous
🩷🩷🩷
Anonymous
oke
Anjani
/Casual//Casual/
halizerena
/Drool//Drool//Drool/
indhpermatas
/Facepalm//Facepalm/
Ayu Lestari
/Smirk//Smirk//Smirk/
azaliannya
/Smile//Smile//Smile//Smile/
DindaStory
oke sih
RaniBaca
ok
Miu Miu 🍄🐰
lanjut kak ♥️
Anonymous
lanjut 😍
Lina ayuu
oke
Silvi
👍👍👍👍
Sania Anugrah
oke
dayana
yey berhasil kabur
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!