Tiba-tiba saja nenek menyuruhku menikah dengan pria kurang mapan. Aku adalah seorang wanita yang memiliki karier mapan!! Apa yang harus aku lakukan? Kenapa nenek memilih laki-laki dibawah standarku? Apa sebenarnya tujuan nenek?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 22 - Amarah
Rizal merasa sangat marah. Dia marah karena Tia memperkenalkannya sebagai kakakk,
bukan suaminya. Dan dia juga marah pada laki-laki brengs*k yang mengaku-ngaku
sebagai calon pacar istrinya itu. Huuuhh, berani-beraninya mau mendekati
istriku?? Langkahi dulu mayatku!! Pikirnya geram.
Tia merasakan kemarahan Rizal. Selama perjalanan pulang, hanya keheningan yang ada
diantara mereka. Nenek juga menyadari ada yang tidak beres dengan hubungan
cucu-cucunya, tapi beliau memilih untuk diam dan tidak ikut campur masalah
cucunya.
Di motor pun Rizal masih terdiam. Tia menjadi
lebih takut. Dia lebih senang jika Rizal memarahinya, menumpahkan segala
kekesalannya dibandingkan harus didiamkan seperti ini. Dia merasa menjadi
wanita paling penuh dosa di dunia.
Sesampainya diirumah, Rizal meletakkan barang-barang belanjaan di dapur, kemudian dia
menelungkupkan badannya diruang tamu (baca : kamar tidurnya). Dia berusaha menghapus kemarahannya dengan mencoba
untuk tidur.
Namun tetap saja amarah itu masih memenuhi dadanya. Pria itu bernama Alex!! Apa
hubungan pria itu dengan istrinya? Apa mereka sepasang kekasih? Ahh..
Tidak-tidak, tadi laki-laki itu mengatakan bahwa dia adalah ‘calon pacar’,
berarti belum menjadi pacar. Bukan mantan pacar juga. Itu artinya nasib pria
itu hampir sama dengannya. Sama-sama belum mendapatkan hati Tia. Sama-sama
belum memenangkan hatinya. Apakah pria itu akan menjadi rivalnya sekarang??
Bagaimana perasaan Tia pada pria itu? Tia tidak tampak sangat membenci pria
itu. Apa istrinya sedang memberi lampu hijau pada pria lain?? Sepertinya
begitu, buktinya ketika dia ingin memperkenalkan diri sebagai suaminya,
istrinya itu langsung menutup mulutnya. Tidak ingin pria itu tahu hubungan
mereka yang sebenarnya. Trik apa yang harus dilakukannya agar wanita itu
memilihnya?? Apakah berpura-pura sebagai teman setia akan membuat wanita itu
menjadi miliknya? Sepertinya itu hal yang paling masuk akal untuk dilakukannya
sekarang. Bila dia bersikap sebagai suami pencemburu, wanita itu pasti akan
menjauh darinya. Dia harus membuat wanita ini mempercayainya dan hal itu bisa dilakukannya hanya dengan cara
berteman .
Dari balik pintu kamarnya, Tia berusaha mengintip Rizal yang berbaring diruang tamu
membelakanginya. Tampaknya suaminya itu masih menyimpan amarah padanya. Apa
yang harus dilakukannya?? Didiamkan seperti ini rasanya sangat tidak enak.
Dirumah ini hanya ada mereka berdua, jika salah satu saling mendiamkan rasanya
sangat canggung. Apa dirinya harus mendekati Rizal?? Menjelaskan bahwa tidak
ada hubungan apa-apa antara dirinya dan Alex??
Ahhh…Tapi diperjanjian tertulis, kedua belah pihak tidak boleh saling mencampuri
urusan satu sama lain. Lagian kan mereka sepakat untuk berteman. Lalu mengapa
Rizal harus marah?? Mereka kan memang tidak memiliki hubungan suami istri pada
umumnya. Mereka teman!! Kenapa seorang teman harus marah ketika dirinya
mengenalkan pria lain?? Tia mengehela napas panjang.
“Yaudah lah, mungkin besok perasaannya akan lebih baik. Sementara biarin saja lah
dulu.” Pikir Tia sembari menutup pintu kamarnya. HP-nya sedari tadi penuh dengan
suara notif WA masuk. Pasti Alex yang sedang menghubunginya. Namun Tia merasa
lelah hari ini. Dia lelah menghadapi kedua pria itu. Yang satu sedang marah
alias ngambek, sedangkan yang satunya lagi sedang agresif-agresifnya
mendekatinya. Tia memilih mengabaikan keduanya.
***
Untuk menebus kesalahannya, Tia bangun pagi. Biasanya dikala libur dia akan memilih
bangun siang, namun kali ini dia bangun pagi. Dia ingin membujuk Rizal dengan
makanan. Pagi-pagi sekali dia sudah menunggu pedagang sayur lewat. Biasanya
Rizal selalu memasak untuk mereka, namun kali ini sebaliknya.
Tia tidak begitu pintar memasak. Selama ini nenek berusaha mengajarinya memasak,
namun dia tidak pernah mau belajar. Pada akhirnya dia hanya bisa memasak
masakan sederhana.
Pagi itu Tia memasak sayur bening, goreng ikan dan sambal. Untuk membut sambal pun dia
harus nyontek resep di mbah go*gle. Dia tidak berharap masakannya akan enak,
dia hanya berharap masakannya bisa dimakan.
Sebenarnya Rizal sudah bangun dari pagi. Namun karena hatinya masih terbakar api cemburu
dan amarah, dia memutuskan untuk tetap memejamkan matanya. Dia sedikit kaget
ketika istrinya itu bangun pagi dan memasak untuk mereka. Memang istrinya itu
pernah memasak untuk mereka sekali. Tapi setelah itu tidak pernah memasak lagi,
dan dialah yang selalu masak untuk mereka. Kali ini ingin sekali dia bangun dan
menemani wanitanya itu masak. Tapi rasa gengsi dihatinya masih terlalu besar.
Dia tetap memutuskan untuk berpura-pura tidur.
“Mas, Mas… Bangun… Sudah siang.” Tia mengguncang-gunang tubuh Rizal dengan lembut. Rizal
menikmati hal itu.
“Hoaaaammm…” Rizal pura-pura terbangun. Dia berakting masih marah.
“Mandi Mas, terus sarapan.” Kata Tia. Sebenarnya Rizal ingin menciumnya. Untuk kedua
kalinya istrinya itu memasak untuknya. Meskipun masakannya tidak begitu enak,
tapi karena yang memasak orang tercinta, rasanya menjadi berbeda.
“Hemmmmm…” Rizal menjawab dengan menggeram, seolah-olah menunjukkan kalau dia masih marah.
Setelah mandi, mereka sarapan bersama dalam keheningan. Tia ingin sekali rasanya
meminta maaf, namun dia tidak tahu bagaimana cara memulai percakapan mereka.
“Boleh Mas tahu, pria tadi malam itu siapa Dek?” tanya Rizal tiba-tiba. Tia sedikit
gugup mendapatkan pertanyaan tiba-tib seperti itu.
“Errrr… te…temen Mas.”
“Beneran cuman temen?” tanya Rizal menyelidik. Tia merasa terinterogasi. Dia mulai
memberontak.
“Sepertinya Aku tidak wajib menjawab pertanyaan Mas. Ingat perjanjian Kita Mas. Kita tidak
boleh saling mencampuri urusan satu sama lain…”
“Kalau Mas Tanya sebagai teman apa Adek gak mau jawab juga?? Bukankah Adek menganggap
Mas sebagai teman??.”
“Beneran sebagai teman ya? Gak lebih kan ya?” Rizal mengangguk putus asa. Hahhh!!
Pertemanan brengs*k, sampai kapan mereka berdua akan berstatus sebagai teman?
Kapan mereka bisa seperti pasangan menikah lainnya?? Rizal benar-benar putus
asa.
“Ya, sebenarnya Aku belum terlalu lama kenal pria itu Mas…” Dan Tia pun menceritakan
awal mula perkenalan mereka.