Karena kesulitan ekonomi membuat Rustini pergi ke kota untuk bekerja sebagai pembantu, tapi dia merasa heran karena ternyata setelah datang ke kota dia diharuskan menikah secara siri dengan majikannya.
Dia lebih heran lagi karena tugasnya adalah menyusui bayi, padahal dia masih gadis dan belum pernah melahirkan.
"Gaji yang akan kamu dapatkan bisa tiga kali lipat dari biasanya, asal kamu mau menandatangani perjanjian yang sudah saya buat." Jarwo melemparkan map berisikan perjanjian kepada Rustini.
"Jadi pembantu saja harus menandatangani surat perjanjian segala ya, Tuan?"
Perjanjian apa yang sebenarnya dituliskan oleh Jarwo?
Bayi apa sebenarnya yang harus disusui oleh Rustini?
Gas baca, jangan lupa follow Mak Othor agar tak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian Bab 33
Padahal Ratih sudah dua kali mencapai puncaknya, tetapi Jarwo masih saja belum merasakan apa-apa. Hambar dan saat dia melihat wajah Ratih saja, membuat dia muak sekali. Ratih sampai turun dari tubuh pria itu dan merebahkan tubuhnya di samping Jarwo.
"Kamu kenapa sih, Yang?"
"Nggak apa-apa, aku hanya lelah."
Jarwo memiringkan tubuhnya, dia membelakangi Ratih. Pria itu bahkan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, Ratih tetap tidak mau menyerah. Dia cepat-cepat memeluk suaminya itu dari belakang.
"Mau mencobanya lagi?"
"Gak usah, udah peot."
Ratih menelusupkan tangannya untuk memegang milik pria itu, ternyata memang sudah tidur kembali. Suasana kembali menjadi canggung, tetapi tidak lama kemudian Ratih bersuara.
"Malam ini kamu mau ajak anak kita untuk jalan-jalan?"
Tentu saja yang dimaksud dengan anak kita adalah tuyul, karena kemarin Jarwo sudah tidak mencari uang. Makanya Ratih menanyakan tentang hal itu, Jarwo nampak menggelengkan kepalanya.
"Maksudnya kamu malam ini tidak mau mencari uang juga?" tanya Ratih penasaran.
Ada kesal yang menyergap hatinya, tetapi dia tidak bisa marah karena takut kalau Jarwo nanti tidak akan mau mencari uang lagi. Bisa bahaya kalau pria itu terus ngambek, apalagi sampai mengungkit masalah dirinya yang kepergok pergi dengan seorang pria.
"Ya,'' jawab Jarwo.
Ratih langsung duduk, kemudian dia meminta suaminya itu agar melihat dirinya. Jarwo mau tidak mau langsung ikut duduk, lalu dia menatap wajah istrinya dengan lekat.
"Ada apa sih?" tanya Jarwo kesal karena istrinya itu tidak mengerti keinginannya.
Rasanya lelah juga jika harus setiap hari menjalani pesugihan seperti ini, setelah bertemu Rustini tiba-tiba saja dia ingin bertaubat. Dia ingin menjalani kehidupannya dengan normal.
Jarwo bahkan ingin hidup dengan wanita itu, tetapi tidak bisa begitu saja melepaskan Ratih. Makanya kini dia sedang menimang-nimang apa yang harus dia lakukan, jika Ratih bisa diajak kerjasama, mungkin dia akan berusaha untuk melupakan Rustini.
Lagi pula jalan yang dia lalui dengan Rustini belum terlalu jauh, masih bisa dipatahkan dengan kelakuan Ratih dengan segala perubahannya menuju kebaikan.
"Apakah kamu lupa kalau malam ini adalah malam di mana anak-anak kita harus meminum darah?"
Jarwo terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya, karena selama 3 bulan sekali memang dia harus memberikan darahnya kepada tuyul tuyul peliharaannya itu.
Namun, malam ini sungguh dia tidak ingin melakukan hal tersebut. Kalau bisa malam-malam selanjutnya tidak perlu, dia ingin menjalani hidupnya dengan tenang dan juga bebas.
"Kamu aja, aku sedang tak mau melakukannya."
"Mas!" pekik Ratih.
"Yang, aku mau bicara serius sama kamu. Bisa?"
Ratih sebenarnya begitu kesal terhadap Jarwo, tetapi dia juga tidak ingin membuat pria itu marah. Akhirnya wanita itu menganggukkan kepalanya, dia penasaran juga dengan apa yang akan dikatakan oleh Jarwo.
"Mau bicara apa?" tanya Ratih.
"Uang kita sudah sangat banyak, bagaimana kalau kita berhenti saja dari pesugihan ini?"
Ratih tentunya kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Jarwo, dia sudah keenakan hidup dengan bergelimang harta. Bagiamana mungkin dia harus melepaskan sumber penghasilannya?
Terlebih lagi dia begitu mudah mengganti syarat pesugihan itu, dia tak perlu cape menyusui tuyul. Dia tak perlu cape menjadi wanita yang harus melayani genderuwo, dia hanya perlu menghitung uang penghasilan yang dia dapatkan dalam tiap harinya.
Walaupun dia harus merelakan Jarwo menikah dengan banyak wanita, tetapi dia tak khawatir kalau Jarwo akan macam-macam. Karena setiap wanita yang dinikahi oleh Jarwo itu hanya untuk keperluan pesugihan saja.
Ratih pernah ngintip bagaimana wanita yang menjadi pemuas genderuwo itu, saat sedang melakukan hubungan intim, wanita itu memang terlihat begitu keenakan, tetapi setelahnya wanita itu akan merasakan kesakitan yang luar biasa.
Selain karena dimasuki oleh milik makhluk halus itu yang begitu besar, cara mainnya juga sangat kasar. Ratih bergidik, beruntung setan itu mau tidur dengan wanita lain. Yang terpenting masih istri dari Jarwo.
"Apa? Berhenti dari pesugihan ini? Kamu gila?"
"Aku gak gila, Sayang. Kita tak boleh terus terlena dengan uang pesugihan ini, bukankah kita sudah dimudahkan oleh sang pemilik tuyul kalau ingin berhenti. Tinggal balikin tuyulnya aja, kalau untuk pesugihan genderuwo kita juga bisa berhenti dengan melakukan ritual dengan dukun."
Ratih menggelengkan kepalanya dengan kuat, bagaimana mungkin dia memutuskan untuk berhenti dari kenikmatan dunia ini. Kenikmatan dunia yang tidak perlu dia jalani dengan susah payah.
"Nggak bisa, Sayang. Uangnya lama-lama akan habis, kalau kita tetap melakukan pesugihan, uang akan terus mengalir dengan deras."
Jarwo ingin menangis mendengar apa yang dikatakan oleh Ratih, karena ternyata istrinya itu begitu bersikeras untuk terus melakukan pesugihan. Dia sampai merasa kalau yang ada di hadapannya bukanlah istrinya, bukanlah wanita yang dulu sangat dia puja.
Jarwo kecewa mendengar apa yang dikatakan oleh istrinya, karena ternyata Ratih begitu haus harta.
"Untuk harta bisa kita dapatkan dengan usaha, uang yang kita dapatkan kita pake modal aja, Yang. Kita bisa mendapatkan uang berkali-kali lipat dari usaha," bujuk Jarwo.
Buktinya dengan dia membuka restoran saja, Jarwo bisa mendapatkan uang yang begitu banyak dari hasil menjual makanan cepat saji itu. Kalau misalkan dia membuat usaha yang banyak, Jarwo yakin akan lebih banyak lagi hasil yang dia dapatkan.
"Tak mau, Yang. Aku tak mau, pokoknya pesugihan ini harus tetap berjalan."
"Oh, ternyata kita sudah tak sejalan. Kita pisah saja kalau gitu," ujar Jarwo.
Mata Ratih langsung melotot mendengar apa yang dikatakan oleh Jarwo, karena pria itu merupakan pria bucin yang rela melakukan apa saja untuk dirinya. Namun, kali ini wanita itu mengajak dirinya untuk berpisah.
"Hey! Mana boleh pisah, nggak boleh. Pesugihan ini harus tetap berjalan dengan kamu, kamu tak boleh ceraikan aku."
"Ck! Aku tak paham dengan kamu, kamu sekarang semakin serakah!"
Jarwo dengan cepat memakai bajunya, lalu dia pergi dari sana. Dia sudah tak sanggup lagi berdekatan dengan istrinya, Ratih ingin mengejar pria itu, tetapi Ratih yang tak memakai apa pun kesulitan untuk mengejar suaminya.
"Sial! Kenapa dia bisa berubah pikiran seperti itu?" tanya Ratih kesal bercampur penasaran.
**
Jangan lupa komen biar Mak Othor makin semangat up-nya 🥰
ntar kamu ngamuk gak liat Jarwo bahagia dengan Tini