"Hai Om, ganteng banget sih. mana lucu, gemesin lagi."
"Odel. a-ah, maaf tuan. teman saya tipsy."
Niccole Odelia jatuh cinta pada pandangan pertama pada seseorang pria dewasa yang ditemuinya di bar. meski mabuk, dia masih menginggat dengan baik pria tampan itu.
Edgar Lysander, seorang pengusaha yang tampan dan kaya. dia tertarik pada Odelia yang terus menggodanya. namun dibalik sikap romantisnya, ada sesuatu yang dia sembunyikan dari Odelia.
Akankah cinta mereka semulus perkiraan Odelia? atau Odelia akan kecewa dan meninggalkan Edgar saat mengetahui fakta yang disembunyikan Edgar?
ikuti terus kisah cinta mereka. jangan lupa follow akun Atuhor.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Addryuli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
Brak...brak...brak...
Odelia seketika bangkit dari tidurnya saat mendengar pintu kamarnya digebrak dari luar. Dia mengerjabkan matanya pelan sambil menggaruk lehernya.
"Odelia, dari tadi dibangunin nggak bangun-bangun. Kamu dicariin temen kamu dibawah."
"Hoamm." Odelia menguap sambil meregangkan otot-ototnya.
"Tck. Mama berisik banget sih."
Dia meraih ponsel yang ada diatas nakasnya. Seketika matanya melotot saat melihat jam diponselnya yang sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Astaga, udah jam sembilan." seru Odelia.
Tak sengaja matanya melihat banyak pesan serta panggilan tak terjawab dari Aston. Dia menyibak selimutnya lalu berlari menuju pintu. Dia membuka kunci pintu kamarnya kemudian berlari menuju ruang tamu.
Sampai disana dia melihat Aston tengah berbincang dengan mamanya.
"Nah ini yang ditungguin dari tadi." ucap Tessa.
Aston tersenyum saat melihat penampilan Odelia yang berantakan dengan rambut yang mengembang seperti singa.
"As, maaf banget gue baru bangun." ucap Odelia merasa bersalah.
"Nggak papa kok. Gue juga belum lama."
"Sana mandi, anak cewek jam segini baru bangun."
Odelia menatap mamanya kemudian mengangguk.
"Tunggu bentar ya, gue mandi dulu."
Odelia kembali berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Bagaimana dia bisa melupakan janjinya untuk jalan dengan Aston?
Odelia masuk ke kamar mandi lalu mandi secepat kilat, dia bahkan melewatkan bodycare rutinnya karena takut Aston menunggunya terlalu lama. Odelia memilih skirt sebatas paha berwarna beige dipadukan dengan kaos turtle neck tanpa lengan warna putih serta jaket denim sebagai outer.
Setelah selesai berpakaian, Odelia mulai mengeringkan rambutnya. Dia mengucir rambut panjangnya ala ekor kuda, sedikit menyisakan anak rambut bagian poninya agar terlihat manis. Odelia merias wajahnya tipis kemudian menyemprotkan parfume ke seluruh tubuhnya.
"Selesai." gumamnya.
Dia memakai sneakers dan mengambil tas kemudian memasukkan dompet dan ponselnya lalu keluar. Membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk dia bersiap.
Diruang tamu, Aston tengah ngobrol dengan mama dan papa Odelia.
"Jadi kalian bukan teman sekelas?" tanya Alan.
"Bukan om, kebetulan saya masuk IPA." Jawab Aston.
"Biasa lah pah, mau pacaran kan nggak harus satu jurusan. Beda gedung juga bisa." ucap Tessa menggoda Aston.
Aston menundukkan kepalanya malu. "Ah tante, bisa aja."
Tap.
Tap.
Atensi ketiganya teralihkan saat mendengar suara dari arah tangga. Odelia tersenyum ke arah ketiganya yang tengah menatapnya.
"Udah siap?" tanya Aston.
Odelia mengangguk. "Udah."
Aston kemudian berdiri lalu berpamitan dengan kedua orang tua Odelia. Setelahnya mereka berdua keluar dari rumah Odelia.
"Silakan masuk Odel." ucap Aston sambil membukakan pintu mobil untuk Odelia.
Setelah keduanya masuk, Aston melajukan mobilnya ke Mall. Mereka akan menonton yang baru saja rilis beberapa hari lalu.
Drrtt.
Drrtt.
Odelia merasakan ponselnya bergetar, dia membuka tasnya lalu mengambil ponselnya.
"Halo Ra."
"Sibuk nggak? Keluar yuk."
"Gue lagi jalan sama Aston." ucap Odelia lirih sambil melirik Aston yang fokus menyetir.
"APA? BUKANNYA LO.."
Odelia menjauhkan ponselnya dari telinga saat mendengar pekikan Zara.
"Tck, lo sama Cessa aja. Gue tutup dulu, bay."
Tut.
"Siapa?" tanya Aston.
Odelia menoleh. "Oh ini. Zara, dia ngajak keluar."
Tak ada lagi percakapan diantara mereka, Odelia membuka aplikasi hijau dan melihat Edgar sedang online. Dia segera mengetikkan pesan untuk Edgar.
Me: pagi om Edgar.
Odelia menggigit bibir bawahnya menahan senyum.
Ting.
Om Edgar : sudah hampir siang.
Tangan kanan Odelia mencengkeram ponselnya dengan erat. Dia senang bukan main saat pesannya mendapat balasan dari Edgar. Jika saat ini dia tidak bersama Aston, dia pasti sudah jingkrak-jingkrak dikasurnya.
"Ehem." Odelia berdehem pelan.
Me: lagi apa om?
Ting.
Om Edgar: (send pic) kerja.
"Nggak, ini nggak baik buat jantung gue." batin Odelia saat melihat foto yang dikirimkan Edgar.
Odelia tak bisa lagi menahan senyumnya, foto yang Edgar kirimkan barusan adalah foto selfie Edgar menggunakan kaca mata bening dengan menggunakan kaos berwarna hitam.
Sejak tadi Aston memperhatikan Odelia yang nampak gelisah dalam duduknya sambil tersenyum. Dia mengerutkan keningnya ketika Odelia terus fokus pada ponselnya.
"Ada apa Del?"
Odelia sedikit terkejut saat mendengar pertanyaan Aston.
"Ini lagi chatan sama Cessa sama Zara. Lagi bahas lucu-lucuan gitu. Iya."
Aston menganggukkan kepalanya. "Gue kira ada apa."
Odelia kembali menatap room chatnya dengan Edgar, dia segera membalas pesan itu agar Edgar tak menunggunya.
Me: yaudah om kerja dulu, bay.
Setelah membalas pesan Edgar, Odelia kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Beberapa menit kemudian mereka sampai di Mall.
Aston turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Odelia. Mereka berjalan masuk ke dalam Mall.
"Sarapan dulu yuk. Lo tadi belum sempet sarapan kan?"
Odelia mengangguk. "Boleh sih, tapi filmnya?"
"Masih ada satu jam lagi." ucap Aston sambil menatap jam dipergelangan tanganya.
Mereka mencari restoran untuk sarapan. Odelia hanya memesan jus serta sandwich untuk sarapan yang sudah kesiangan ini.
Setelah selesai sarapan, Aston mengajak Odelia untuk menukar tiket mereka. Aston juga membeli cemilan serta minuman untuk mereka nanti.
Saat film diputar, sesekali Aston menatap Odelia dari samping. Dia juga menatap tangan kiri Odelia yang berada di pegangan kursinya. Tangan Aston terangkat untuk memyentuh tangan Odelia namun saat hendak menyentuh tiba-tiba Odelia menarik tangannya untuk membenarkan rambutnya.
"Gimana filmnya Del?" tanya Aston saat mereka keluar dari bioskop.
"Bagus, rekomen banget buat yang suka film romantis."
"Mau beli apa gitu dulu nggak mumpung masih disini?"
Odelia menggeleng pelan. "Enggak sih."
Mereka melanjutkan perjalanan keluar dari mall, saat hendak mencapai pintu keluar tiba-tiba Aston melihat tantenya.
"Tante?" gumam Aston.
Odelia ikut menatap perempuan yang dibilang Aston adalah tantenya.
"Itu tante kamu?"
Aston mengangguk. "Iya, tapi kok.."
"Kenapa As?"
Aston segera menggeleng. "Ah, nggak papa. Ayo kita pergi."
Odelia kembali menoleh, dia menatap wanita itu yang terlihat biasa saja, mesra dengan pacar atau suaminya, entah. Tapi kenapa wajah Aston terlihat terkejut seperti itu? Aneh. Batin Odelia.
●
●
"Cie, yang habis first date sama crushnya."
"Iya nih, cie cie."
Odelia memutar bola matanya malas. "Apaan sih kalian berdua."
"Kok malu-malu gitu sih?"
"Tck, gue terpaksa ya. Gue terlalu sering nolak Aston, jadi nggak enak aja."
"Eh tapi, ntar dia salah paham lagi Del. Jan sampe dia ngira lo bales perasaan dia."
"Nggak lah Ces."
"Tapi yang dibilang Cessa ada benernya Del. Kalo emang nggak suka jangan digantungin, kasihan anjir."
"Heh Zara, gue nggak gantungin ya. Dia aja yang ngejar-ngejar gue."
"Terus tadi malem gimana? Sukses ketemuannya?"
"Cessa dibungkus sama kak Theo. Hahahha."
"JANGAN SEMBARANGAN NGOMONG YA NYAI."
"Hah? Beneran Ces? Wahh sahabat kita udah nggak gadis lagi Del."
"Sungkem dulu sama suhu Ra."
"Ih, kalian berdua ngeselin. Gue nggak dibungkus ya sama kak Theo, dia aja yang sengaja nglepas baju."
"Wow. Udah buka-bukaan Del."
"ZARA."
"Harusnya lo makasih sama gue Del, gue rela sampai berantakan kaya gitu cuma buat bela lo."
"Bela gue? Emang kenapa?"
"Solanya kak Theo manggil lo ondel-ondel, ya gue nggak terima dong."
"APA?? ONDEL-ONDEL?"
terdengar suara tawa dari kedua sahabatnya, Odelia mengenggam erat ponselnya. Dia tengah melakukan video call dengan Cessa dan Zara.
"Iya. Terus gue hajar aja tuh kak Theo makanya gue berantakan. Bukan karena dibungkus."
Ting.
Sebuah pesan muncul dari layar opo up Odelia.
"Guys, gue matiin dulu ya. Bay."
Odelia mematikan sambungan teleponnya, dia kemudian membuka chat yang dikirimkan oleh Edgar.
Seketika Odelia membelakan matanya. "Hah? Dia dapet dari mana foto gue?" gumam Odelia.
Me: om nguntit Odel?