NovelToon NovelToon
TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

TERJEBAK DALAM LUKA DAN HASRAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Reetha

Sudah 12 tahun sejak Chesna Castella Abram tidak lagi pernah bertemu dengan teman dekatnya saat SMA, Gideon Sanggana. Kala itu, Gideon harus meninggalkan tanah air untuk melakukan pengobatan di luar negeri karena kecelakaan yang menimpanya membuat ia kehilangan penglihatan dan kakinya lumpuh, membuatnya merasa malu bertemu semua orang, terutama Chesna. Di tahun ke 12, saat ia kini berusia 27 tahun, Gideon kembali ke tanah air, meski kakinya belum pulih sepenuhnya tapi penglihatannya telah kembali. Di sisi lain, Alan saudara kembar Chesna - pun memiliki luka sekaligus hasrat mengandung amarah tak terbendung terhadap masa lalunya sejak lima tahun silam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reetha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Rumah sakit.

Shenia duduk di kursi ruang tunggu, satu tangan menekan lembut perutnya, sementara tangan lainnya menggenggam amplop putih berisi hasil tes darah dan ultrasonografi yang baru saja ia terima.

Namanya dipanggil. Ia berdiri pelan dan masuk ke ruang konsultasi.

Dokter wanita paruh baya menyambutnya dengan senyum hangat.

“Selamat pagi, Nyonya Yerin,” sapanya, nama yang tertulis di paspor dan dokumen medisnya.

Shenia tersenyum tipis. “Pagi, Dok.”

Dokter memeriksa hasil di tangannya, lalu menatap Shenia dengan ekspresi lega.

“Semuanya baik. Kehamilan Anda sehat dan cukup kuat untuk usia empat minggu. Tapi mengingat kondisi Anda sebelumnya yang cukup stres, saya sarankan banyak istirahat dan asupan gizi yang seimbang.”

Shenia mengangguk cepat. “Saya akan menjaga, Dok. Saya janji.”

“Bagus,” ujar sang dokter, tersenyum. “Dan… selamat ya. Ada dua kehidupan di dalam tubuh Anda. Itu anugerah besar.”

Kata-kata itu membuat Shenia nyaris meneteskan air mata. Ia kembali menyentuh perutnya, sama sekali tak pernah menyangka jika kali ini ia hamil anak kembar. Shenia hanya mampu mengangguk.

Setelah konsultasi selesai, Shenia berjalan keluar ruang praktik dengan langkah ringan tapi hati bergejolak. Di lorong, ia berhenti sejenak, menatap hasil USG kecil di tangannya dua titik mungil hitam di layar itu seolah berbicara padanya.

“Lihat, Aaron…” bisiknya pelan, suaranya penuh kasih. “Mama dan kamu tidak sendiri sekarang. Adik-adikmu sedang tumbuh di sini.”

Ia menepuk dada lembut. “Dan suatu hari nanti, mereka yang akan menolongmu, Sayang.”

Namun, senyumnya perlahan memudar ketika pikirannya melayang pada nama yang harusnya mengetahui kebenaran ini, Alan.

Shenia menunduk, memejamkan mata sesaat. Ada air mata yang turun begitu saja.

Ia kemudian menyeka sudut matanya dan kembali melangkah. Wajahnya yang kini tampak lebih tenang, seorang wanita yang sedang melanjutkan perjalanan baru, dengan rahasia besar yang tak boleh terungkap.

__

Langit sore memantulkan cahaya keemasan ketika mobil hitam mewah berhenti di depan rumah besar keluarga Abram. Dari balik jendela, Rania sudah sibuk merapikan letak vas bunga untuk ketiga kalinya.

“Nyonya, keluarga Sanggana sudah tiba,” lapor salah satu pembantu.

“Ya Tuhan, akhirnya!” Rania berbisik pada suaminya, Miko, yang tampak lebih santai dengan secangkir teh di tangan.

“Tenang, sayang. Ini cuma pertemuan biasa.”

Rania menatapnya tajam. “Sayang, kamu bisa ya sesantai itu. Ini calon besan pertama kita. Aku sangat gugup.”

Pintu utama terbuka. Nyonya Vera melangkah masuk dengan anggun, diikuti Tuan Sanggana dan Gideon yang tampak elegan dalam setelan hitam sederhana. Tongkat di tangannya menambah kesan tenang sekaligus kharismatik.

“Silakan duduk, Tuan dan Nyonya,” ujar Miko ramah, bersikap formal tapi santai.

Senyum, sapaan, dan tawa kecil pun berganti. Tuan Sanggana menyalami Miko dengan hangat, membicarakan hal-hal ringan tentang bisnis dan masa lalu.

Namun, di tengah suasana itu, ada satu kursi di seberang Gideon yang masih kosong, milik seseorang yang belum hadir.

Rania sempat menoleh ke arah tangga dan berkata, “Chesna lagi siap-siap. Biasalah, anak gadis kalau dandan pasti agak lelet.”

“Wajar,” celetuk Nyonya Vera ringan, “namanya juga mau kedatangan tamu spesial, harus tampil menarik.”

Gideon cuma tersenyum kecil, meski di dalam dadanya mulai ada rasa sedikit gugup, sedikit penasaran.

Tak lama, langkah sepatu hak terdengar menuruni tangga. Semua kepala menoleh.

Di sana, Chesna muncul dalam balutan dress berwarna pastel lembut, rambutnya dibiarkan terurai dengan satu sisi diselipkan jepit kecil. Wajahnya segar, tidak berlebihan, tapi entah kenapa bagi seseorang di meja itu, waktu seakan berhenti.

Gideon menatapnya.

Tanpa sadar, tatapan itu tak bergeser bahkan satu detik pun.

Dunia serasa menyempit, hanya ada suara langkah Chesna yang perlahan mendekat.

“Maaf ya, sempat lama ganti baju,” ucap Chesna dengan senyum ramah, berusaha tampak tenang.

Namun saat ia menatap ke arah Gideon, pria itu masih diam, memandanginya seperti sedang menatap sesuatu yang baru pertama kali ia lihat.

Nyonya Vera langsung berdeham kecil sambil melirik putranya, “Gideon, boleh kamu kedip dulu sedikit, Nak. Nanti dikira patung.”

Semua orang tertawa. Gideon cepat-cepat berdeham dan tersenyum canggung. Dan rona di wajahnya tak bisa berbohong.

Chesna hanya menunduk kecil, tersenyum malu sambil duduk di kursi yang sudah disiapkan. Tapi jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

Rania yang memperhatikan dari ujung meja langsung memberi isyarat mata pada suaminya.

“Sepertinya semua berjalan lancar, sayang.”

Miko mengangguk pelan.

Suasana pun perlahan mencair. Obrolan ringan kembali mengalir di antara kedua keluarga, sementara di sisi meja itu, dua orang yang dulu pernah punya kisah yang menggantung kini kembali duduk berseberangan saling menjaga jarak dengan sopan, tapi tak bisa menghindar dari tatapan-tatapan kecil yang menyelip di sela pembicaraan.

Miko dan Rania saling pandang, lalu Rania berbisik pelan pada Vera, “Kayaknya tidak perlu dijodohin deh, mereka sudah saling naksir.”

Vera menahan tawa sambil mengangguk. “Cuma belum sadar aja.”

Suasana yang semula tegang akhirnya jadi cair dengan tawa kecil dan candaan ringan. Namun di balik senyum-senyum itu, dua pasang mata terus saling curi pandang seolah ingin berkata banyak hal, tapi belum berani satu pun diucapkan.

Makan malam usai. Keluarga itu lanjut ke pembahasan yang lebih serius.

Lampu gantung kristal di ruang tamu besar keluarga Abram memantulkan cahaya lembut, menambah kesan megah namun hangat. Di sisi kiri duduk Tuan dan Nyonya Abram, sementara di sisi kanan Nyonya Vera bersama suaminya, Tuan Sanggana. Di antara mereka, tersaji teh harum dan kudapan ringan yang nyaris tak tersentuh.

Beberapa menit berlalu sebelum akhirnya Tuan Sanggana mencondongkan tubuh, suaranya dalam dan tenang.

“Jadi begini, Miko, Rania… kami ingin membicarakan sesuatu yang mungkin sudah kalian duga.”

Tuan Abram mengangguk pelan. “Tentang… anak-anak kita?”

Mama Gideon menatap Chesna. Senyum lembut lepas dari wajahnya. “Begini, Chesna… Gideon,” katanya menatap keduanya bergantian. “Kami berdua, orang tua kalian, sudah memikirkan ini. Kami rasa,  kalian berdua memikirkan langkah lain yang lebih serius.”

Suasana seketika hening.

Gideon menegakkan duduknya, mencoba tetap tenang.

Chesna menatap meja teh, jari-jarinya saling menggenggam di pangkuan.

Miko, dengan nada setengah bercanda, menambahkan,

“Ya, siapa tahu dari kerja sama bisnis Sanggana dan klinik Castella bisa lanjut ke kerja sama keluarga.”

Tawa kecil terdengar di sekeliling ruangan. Tapi dua orang yang jadi pusat pembicaraan justru saling melirik cepat, lalu sama-sama pura-pura menyesap teh mereka.

Rania memperhatikan itu, lalu mengangkat alisnya menggoda.

“Gimana, kalian berdua? Apa setidaknya kalian masih ada rasa?”

Chesna menelan ludah, lalu berkata dengan senyum sopan, “Kalau itu memang keinginan orang tua… aku tidak keberatan.”

Nada suaranya datar, tapi rona merah di pipinya tak bisa disembunyikan.

Gideon langsung menimpali, suaranya tenang tapi matanya tak bisa menyembunyikan cahaya kecil di dalamnya.

“Saya pun begitu, Tante. Saya menghormati keputusan orang tua. Lagi pula…” ia menatap sekilas Chesna, “kami sudah cukup saling mengenal.”

Kalimat itu sukses membuat Rania dan Vera saling pandang, lalu menahan tawa geli.

“Ah, syukurlah,” gumam Vera setengah berbisik pada Rania. “Ternyata anak-anak kita nggak terlalu susah diyakinkan.”

Gideon sempat menunduk, menyembunyikan senyum.

Chesna berpura-pura merapikan rambutnya, padahal telinganya memanas luar biasa.

Tuan Abram akhirnya berdiri, mengakhiri pembicaraan dengan nada hangat.

“Kalau begitu, kita anggap ini sebagai awal yang baik. Tentu, biarlah mereka berdua yang menentukan langkah selanjutnya.”

Gideon dan Chesna pun berdiri bersamaan. Tatapan mereka bertemu sesaat dan di balik ekspresi tenang itu, ada degup jantung yang berpacu lebih cepat dari biasanya.

Saat keluarga Sanggana berpamitan, Nyonya Vera sempat berbisik di telinga putranya, “Lihat? Mama bilang juga apa. Gadis itu masih menyimpan kamu di hatinya.”

Gideon hanya mendengus kecil, tapi tak bisa menahan senyum di sudut bibirnya.

Sementara dari dalam rumah, Rania menatap Chesna yang tampak melamun di ambang pintu.

“Kenapa senyum-senyum sendiri, hm?” godanya.

Chesna cepat-cepat menyangkal, “Nggak, Ma. Cuma… udara malamnya sejuk aja.”

Tapi senyum itu tak kunjung hilang bahkan sampai lampu ruang tamu dimatikan.

___

Bersambung... jangan lupa follow me ya kakak2 cantik dan ganteng.. oia kalian jangan lupa follow ya...

1
RaveENa
aku kira neneknya chesna sama kek neneknya gideon/Grin/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
RaveENa
ini kenapa sihh para nenek2 kepo bgt,ikut campur bgt.
bukannya nikmatin hr tua,ehh malah ikut campur urusan cucu2 nya/Left Bah!/
thor lidya biang gosip ya,apa2 selalu aja tau/Facepalm/
Reetha: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Dar Pin
haduh bangun tidur dibuat spot jantung 😄💪
Nurminah
sudah bau tanah aja bikin rusuh ceptin mati aja Thor nenek peot nya nyusahin aja
RaveENa: bikin emosi ya kak tu nenek2
total 1 replies
Dar Pin
haduh ada aja yg ngalangin 🤣
Nurminah
lanjutkan makin seruuuu
Eva Karmita
so sweet nya 💓💓💓💓💓💓💓😍
Mela Nurmala
slalu ingin baca... utk alan diperbanyak jg ya thor. penisirin pengen alan cepet2 tau klo di pny anak ternyata😄
Dar Pin
meleyot Thor hatiku tunggu gebrakan Alan nih ayo jangan kalah dengan pasangan satunya 👍😄
Ophy60
Alan....kerahkan orang² mu untuk mencari. Shenia sudah didepan mata.
Dar Pin
ayo Alan berjuang semoga cepetan ketemu titik terang biar bisa kumpul menjadi keluarga 💪😄
Dar Pin
deg deg hatiku Thor lanjut 💪
Umi Kolifah
ayo Thor pertemukan keduanya agar si kembar bisa sama2 membina keluarga yang bahagia
Nurminah
aku kira bakal kehamilan simpatik biar alan tambah gencar nyari sherina tau bakal jadi ayah
tari
ayo thor pertemukan alan dan shenia
tari
bacanya sambil senyum senyum nih thor😀🥰
RaveENa
meleyot aq bacanya...seneng bgt kl disuguhin yg manis2 kek gini.
thor kapan giliran alan??
Dar Pin
ketawa terus bawaannya thor JD semangat nunggu lanjutannya kawal sampai halal chesna Gidion 💪😄
Iin Wahyuni
lanjut thor💪
Dar Pin
mudah mudahan cepet ketemu Alan dan shenia ya JD ikut gregetan nih lanjut Thor 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!