NovelToon NovelToon
Cerita Horor (Nyata/Fiksi)

Cerita Horor (Nyata/Fiksi)

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Matabatin / Kutukan / Tumbal
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: kriicers

Villa megah itu berdiri di tepi jurang, tersembunyi di balik hutan pinus. Konon, setiap malam Jumat, lampu-lampunya menyala sendiri, dan terdengar lantunan piano dari dalam ruang tamu yang terkunci rapat. Penduduk sekitar menyebutnya "Villa Tak Bertuan" karena siapa pun yang berani menginap semalam di sana, tidak akan pernah kembali dalam keadaan waras—jika kembali sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kriicers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9•

...Bayangan di Ujung Lorong:...

Malam itu, rembulan pucat menyinari Kota Pekanbaru, menembus celah-celah awan kelabu yang berarak lambat di langit Riau. Di sebuah sudut kota, berdiri kokoh Asrama Putra Melati, sebuah bangunan tua berlantai tiga yang menyimpan berbagai kisah dan kenangan para mahasiswa Universitas Riau dari berbagai angkatan. Bagi Arya, mahasiswa semester tiga Fakultas Ilmu Komputer, asrama ini bukan hanya sekadar tempat tinggal sementara, melainkan juga panggung utama bagi serangkaian kejadian aneh yang mulai menghantuinya sejak beberapa minggu terakhir.

Arya menempati kamar 217, sebuah kamar di lantai dua yang terletak persis di ujung lorong selatan. Lorong ini selalu terasa lebih dingin dan sunyi dibandingkan lorong lainnya, terutama setelah tengah malam. Lampu-lampu di sepanjang lorong seringkali berkedip tidak menentu, menciptakan bayangan-bayangan panjang yang menari di dinding kusam berwarna krem. Sejak awal menempati kamar ini, Arya sudah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Udara berat dan dingin selalu menyelimuti lorong itu, bahkan di siang hari yang terik sekalipun.

Kejadian pertama yang membuat bulu kuduk Arya berdiri adalah suara langkah kaki samar yang seringkali terdengar dari ujung lorong, tepat di depan kamarnya. Suara itu selalu muncul tengah malam, ketika seisi asrama sudah terlelap dalam mimpi. Langkah kaki itu pelan, menyeret-nyeret, seolah ada seseorang yang berjalan dengan tubuh lemah dan lunglai. Awalnya, Arya mengira itu hanyalah ilusi pendengarannya atau mungkin salah satu temannya yang begadang. Namun, suara itu terus berulang setiap malam, semakin lama semakin jelas dan mengganggu.

Suatu malam, rasa penasaran Arya memuncak. Ketika suara langkah kaki itu kembali terdengar, ia memberanikan diri untuk mengintip dari celah pintu kamarnya. Lorong tampak gelap dan sunyi, hanya diterangi oleh rembulan samar yang masuk melalui jendela di ujung lorong. Namun, saat matanya mulai terbiasa dengan kegelapan, Arya melihat sesuatu. Di ujung lorong, tepat di bawah cahaya rembulan yang redup, berdiri sesosok bayangan hitam. Bentuknya samar, tidak jelas, namun terasa kehadirannya yang dingin dan mengancam. Jantung Arya berdegup kencang, keringat dingin membasahi telapak tangannya. Ia menarik diri kembali ke dalam kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.

Keesokan harinya, Arya menceritakan pengalamannya kepada Bima dan Rendy, kedua teman sekamarnya. Bima, yang dikenal dengan sifatnya yang rasional dan tidak percaya hal-hal mistis, hanya menanggapi cerita Arya dengan senyuman sinis. "Mungkin kamu hanya kecapekan, Ya. Jangan terlalu banyak begadang main game," ujarnya sambil tertawa kecil. Sementara itu, Rendy, yang lebih sensitif terhadap hal-hal gaib, tampak lebih tertarik dan sedikit khawatir. "Aku pernah dengar cerita tentang lorong selatan ini. Katanya, dulu pernah ada mahasiswa yang meninggal di salah satu kamar di sana," kata Rendy dengan nada pelan.

Malam-malam berikutnya, gangguan di lorong selatan semakin menjadi-jadi. Tidak hanya suara langkah kaki dan penampakan bayangan, Arya juga mulai mendengar suara bisikan lirih yang seolah memanggil namanya. Suara itu terdengar sangat dekat, seolah berbisik tepat di telinganya, meskipun ia sedang sendirian di dalam kamar. Arya mulai merasa tertekan dan sulit tidur nyenyak. Ia menjadi lebih sering keluar kamar dan berkumpul dengan teman-temannya di ruang tengah asrama hingga larut malam, hanya untuk menghindari lorong selatan yang mencekam.

Suatu malam, ketika Arya dan Rendy sedang belajar bersama di kamar, tiba-tiba lampu di seluruh asrama mati. Suasana langsung berubah menjadi gelap gulita dan mencekam. Terdengar teriakan-teriakan kecil dari beberapa kamar. Arya dan Rendy menyalakan senter dari ponsel mereka. "Sepertinya mati lampu," kata Rendy dengan nada sedikit khawatir. Tiba-tiba, dari arah lorong selatan, terdengar suara pintu kamar yang tertutup dengan keras, disusul oleh suara tawa pelan yang menyeramkan. Arya dan Rendy saling bertatap muka, merasakan bulu kuduk mereka meremang.

Dengan memberanikan diri, mereka berdua keluar kamar dan berjalan perlahan menuju lorong selatan. Sinar senter mereka menari-nari di dinding, menciptakan bayangan-bayangan yang semakin memperburuk suasana. Ketika mereka tiba di ujung lorong, mereka melihat pintu kamar 215 terbuka sedikit, dan dari celahnya terlihat kegelapan yang pekat. Suara tawa itu terdengar lagi, kali ini lebih jelas dan lebih dekat. Arya dan Rendy saling berpegangan erat, ketakutan menyelimuti hati mereka.

Tiba-tiba, dari dalam kamar 215, muncul sesosok bayangan hitam yang sangat tinggi dan besar. Bayangan itu bergerak perlahan menuju Arya dan Rendy, seolah hendak menerkam mereka. Arya dan Rendy reflek mundur dan berlari sekuat tenaga kembali ke kamar mereka, membanting pintu dan menguncinya dari dalam. Mereka berdua terduduk lemas di lantai, terengah-engah dan ketakutan.

Keesokan harinya, Arya dan Rendy memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang sejarah lorong selatan dan kamar 215. Mereka bertanya kepada beberapa senior di asrama dan penjaga asrama yang sudah lama bertugas. Setelah mencari informasi dari berbagai sumber, mereka menemukan sebuah cerita mengerikan. Beberapa tahun yang lalu, seorang mahasiswa bernama Rendi (ya, namanya sama dengan Rendy teman Arya) meninggal dunia di kamar 215 karena bunuh diri akibat depresi berat. Sejak saat itu, banyak penghuni asrama yang mengaku sering melihat penampakan dan mendengar suara-suara aneh di sekitar lorong selatan.

Mendengar cerita itu, Arya dan Rendy semakin yakin bahwa mereka sedang berhadapan dengan arwah penasaran mahasiswa yang meninggal di kamar 215. Mereka merasa kasihan dan ingin membantu arwah itu tenang. Mereka mencoba berbagai cara, mulai dari berdoa bersama hingga meminta bantuan seorang ustadz untuk membersihkan lorong selatan. Namun, gangguan-gangguan itu tidak juga berhenti.

Suatu malam, Arya kembali mendengar suara bisikan lirih yang memanggil namanya. Kali ini, suara itu terasa sangat dekat, seolah berbisik tepat di telinganya dari arah belakang. Arya menoleh ke belakang, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Rendy berdiri tepat di belakangnya, dengan tatapan mata kosong dan senyuman aneh yang menghiasi wajahnya.

"Arya... kamu tidak akan bisa pergi dari sini," bisik Rendy dengan suara serak yang bukan miliknya.

Arya terdiam membeku, tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengarnya. Ia memperhatikan dengan seksama wajah Rendy. Ada sesuatu yang aneh, sangat aneh. Gerak-gerik Rendy tidak seperti biasanya. Tatapan matanya kosong, tanpa ekspresi, dan senyumnya terasa dipaksakan dan menakutkan.

"Rendy, kamu tidak apa-apa?" tanya Arya dengan suara bergetar.

Rendy tidak menjawab. Senyumnya semakin lebar, dan matanya menatap Arya dengan tatapan yang membuat bulu kuduk Arya berdiri. Tiba-tiba, Rendy mengulurkan tangannya ke arah Arya, dengan kuku-kuku jarinya yang tampak memanjang dan menghitam.

Arya reflek mundur, mencoba menjauhi Rendy. Namun, Rendy terus mendekat, langkahnya pelan namun pasti. Arya merasakan hawa dingin yang sangat menusuk dari tubuh Rendy. Ia mulai menyadari sesuatu yang mengerikan.

"Kamu... kamu bukan Rendy," kata Arya dengan nada gemetar.

Senyum di wajah Rendy semakin lebar, dan tawa pelan yang menyeramkan kembali terdengar. "Kita akan bersama selamanya, Arya..." bisiknya.

Tiba-tiba, Bima muncul dari belakang Rendy dan menepuk pundaknya. "Hei, Rendy, kamu ngapain malam-malam begini? Arya sudah tidur dari tadi," kata Bima dengan nada bingung.

Rendy yang berdiri di depan Arya tiba-tiba menghilang begitu saja, seolah lenyap ditelan udara. Arya terdiam terpaku, menatap Bima dengan tatapan kosong.

"Arya? Kamu kenapa? Kamu pucat sekali," tanya Bima khawatir sambil memegang bahu Arya.

Arya menggelengkan kepalanya perlahan, masih belum bisa mencerna apa yang baru saja terjadi. "Bim... tadi... tadi ada Rendy di sini... dia..."

Bima mengerutkan keningnya. "Rendy? Bukannya dia sedang pulang kampung sejak kemarin sore karena ada urusan keluarga?"

Seketika itu juga, Arya merasakan dingin yang luar biasa menusuk tulang sumsumnya. Ia teringat semua kejadian aneh yang dialaminya di lorong selatan. Suara langkah kaki, bayangan hitam, bisikan lirih, dan penampakan Rendy dengan tatapan kosong. Semua itu...

Arya menatap Bima dengan tatapan penuh ketakutan. "Bim... selama ini... bayangan di ujung lorong... itu bukan arwah mahasiswa yang meninggal... tapi..."

Arya tidak sanggup melanjutkan kata-katanya. Ia baru menyadari kebenaran yang mengerikan. Sosok yang selama ini menghantuinya di lorong selatan... adalah penjelmaan dari sisi gelap dirinya sendiri, ketakutan dan kecemasan yang selama ini terpendam dan kini mengambil wujud yang mengerikan. Dan 'Rendy' yang dilihatnya tadi... adalah manifestasi dari rasa bersalah dan trauma bawah sadarnya, karena ia tahu bahwa Rendy sedang tidak ada di asrama.

Lorong selatan yang sunyi dan mencekam itu ternyata hanyalah cerminan dari kegelapan yang ada di dalam benaknya sendiri. Bayangan di ujung lorong... adalah bayangan dirinya sendiri, menghantuinya dari dalam.

Sejak malam itu, Arya tidak pernah lagi melihat penampakan aneh di lorong selatan. Namun, ia tahu bahwa bayangan itu akan selalu ada, bersembunyi di sudut-sudut pikirannya, siap untuk muncul kembali ketika ia kembali larut dalam ketakutan dan kecemasan. Dan malam-malam di Asrama Putra Melati, bagi Arya, tidak akan pernah sama lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
Kriicers
terimakasih bagi yangg sudahh membaca ya gaes ,apakah enak di gantung?😭🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!