Kejahatan paling menyakitkan bukan diciptakan dari niat jahat, tapi tumbuh dari niat baik yang dibelokkan.
Robert menciptakan formula MR-112 untuk menyembuhkan sel abnormal, berharap tak ada lagi ibu yang mati seperti ibunya karena kanker. Namun, niat mulia itu direnggut ketika MR-112 dibajak oleh organisasi gelap internasional di bawah sistem EVA (Elisabeth-Virtual-Authority). Keluarga, teman bahkan kekasihnya ikut terseret dalam pusaran konspirasi dan pengkhianatan. Saat Profesor Carlos disekap, Robert harus keluar dari bayang-bayang laboratorium dan menggandeng ayahnya, Mark, seorang pengacara, untuk melawan kekuatan yang jauh lebih besar dari dirinya. Misteri ini bukan sekadar soal formula. Ini tentang siapa yang bisa dipercaya saat kebenaran disamarkan oleh niat baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Osmond Silalahi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayarannya Adalah Waktu
..."Ada harga yang harus dibayar untuk setiap detik yang ingin diperpanjang. Dan kadang, harga itu bukan milik orang yang membayarnya ... melainkan milik mereka yang dikorbankan."...
Kabut tipis menyelimuti dataran pegunungan Engelberg di pagi hari. Tapi bagi mereka yang berada di dalam bunker bawah tanah EVA Initiative, waktu tak mengikuti siklus alam. Di bawah lampu putih tak berperasaan dan dinding baja dingin, jam berdetak lambat atau terlalu cepat, tergantung dari sisi mana kau memandangnya.
Klaus Hollenberg berdiri sendiri di ruang observasi, memandangi layar besar yang menampilkan tiga subjek manusia yang sedang berada dalam tahap akhir percobaan batch ketiga. Mereka tidak bergerak. Tubuh mereka masih hidup, tapi denyut mereka tidak normal. Kulit mereka tampak terlalu pucat, terlalu tenang.
Di tangannya, segelas teh yang tak disentuh sejak dua jam lalu. Ia tak menyadari bahwa cairannya telah dingin.
Pintu di belakangnya terbuka. Elisabeth masuk, langkahnya ringan tapi waspada.
“Kita punya masalah,” katanya tanpa basa-basi. “Ada infiltrasi. Leonard sudah verifikasi. Beberapa data dicuri. Dan ... formula batch keempat menunjukkan kelainan reaksi.”
Klaus tidak menoleh. Ia hanya berkata, pelan, “Kalian menyebutnya kelainan. Tapi mungkin ... tubuh hanya sedang belajar.”
“Bukan itu maksudku,” kata Elisabeth. “Tubuh mereka menolak reaksi. Identik dengan autoimun. Seolah ... sistem di dalamnya mendeteksi sesuatu yang asing. Bahkan ketika formula itu seharusnya sudah diterima.”
Klaus perlahan menurunkan cangkirnya ke atas panel.
“Berarti mereka sudah masuk ke pusat pendingin.”
“Elisabeth, apa kau pernah berpikir ... bahwa waktu adalah kejahatan paling awal yang ditemukan manusia?”
Elisabeth terdiam. Klaus jarang berbicara seperti ini. Begitu filosofis, pelan, seperti seseorang yang berbicara dengan bayangan dirinya sendiri.
“Ketika aku berusia enam tahun,” lanjut Klaus, matanya masih terpaku ke layar, “aku biasa duduk di jendela loteng dan menghitung langkah kaki ayahku yang pulang dari pabrik logam. Setiap malam, langkah itu semakin pelan. Semakin pendek. Seolah dunia sedang mencuri sesuatu darinya. Setiap hari, ayahku semakin pendek ... bukan tubuhnya, tapi waktunya.”
Elisabeth perlahan menoleh, memperhatikan ekspresi di wajah Klaus.
“Ibuku bekerja sebagai pembersih. Di rumah-rumah besar orang kaya di Luzern. Ia pernah mengatakan padaku, ‘Jangan jatuh cinta pada buku, Klaus. Buku tak bisa membayar makanan.’ Tapi ... aku jatuh cinta pada satu buku yang kutemukan di tempat sampah di belakang sekolah elit. Buku biologi tingkat lanjut. Tak lengkap. Robek. Tapi di dalamnya ... aku membaca tentang telomer. Tentang kenapa tubuh menua. Tentang ... mengapa waktu menyiksa kita dari dalam.”
Kini Klaus menoleh, menatap Elisabeth dengan mata yang berbeda. Lebih dalam, lebih gelap.
“Aku melihat tubuh orang tuaku dihancurkan oleh waktu. Perlahan, tanpa suara. Seperti kutukan yang diwariskan hanya karena kami lahir miskin. Dan aku bersumpah pada saat itu, jika aku tidak bisa membeli waktu ... maka aku akan mencurinya.”
“Elisabeth,” ucapnya lebih pelan, “kau tidak ada saat aku menjual ginjalku untuk biaya masuk akademi. Kau tidak tahu bagaimana aku mencuri kartu perpustakaan hanya agar bisa membaca jurnal-jurnal yang disembunyikan di ruang dosen. Dan kau pasti tidak tahu bahwa ketika aku akhirnya mendapat beasiswa riset ... aku sudah tidak punya rumah untuk kembali. Hanya asrama dingin dan perut yang kelaparan.”
Elisabeth menunduk. Ia tahu Klaus adalah ambisi yang hidup, tapi ia tak pernah tahu cerita utuhnya.
Klaus melangkah ke depan layar. Menunjuk grafik biometrik yang menurun.
“Mereka yang mati karena formula kita ... itu hanya statistik. Tapi orang yang mati karena kemiskinan? Itu realitas yang dilupakan.”
Elisabeth mengerutkan kening. “Tapi jika kita gagal, dunia takkan ingat perjuanganmu. Mereka hanya akan melihat ... kekacauan.”
Klaus tersenyum samar. “Lebih baik dikenang sebagai iblis yang mencoba mengubah nasib manusia ... daripada malaikat yang pasrah pada waktu.”
Di Jakarta – Kantor Denny
Robert berdiri di depan layar besar, memperhatikan grafik yang diunggah dari chip biosinyal yang disisipkan di Engelberg. Efek Omega-R mulai terbaca. Reaksi autoimun yang muncul di tubuh-tubuh subjek percobaan memperlihatkan pola yang sesuai dengan simulasi.
Jesika memutar layar tablet. “Tiga subjek tidak menunjukkan perbaikan pasca-injeksi batch keempat. Sistem imun mereka memproduksi protein penghancur, seperti yang kita prediksi.”
Carlos masuk, membawa hasil analisis pertama dari sistem pemantauan.
“Ini bukan sekadar keberhasilan,” katanya sambil menyerahkan hasil cetakan grafik. “Omega-R bukan hanya membuat formula mereka ditolak. Ia ... membalikkan proses. Struktur molekul MR-112_A mereka mulai terurai dari dalam.”
Robert menarik napas panjang. “Artinya mereka takkan bisa menstabilkan batch baru ...”
“Selama tidak menemukan elemen pengunci dari MR-112_X, ya,” balas Carlos. “Dan kita masih memegang itu.”
Samuel, yang selama ini duduk diam di kursi pojok ruangan, akhirnya angkat suara.
“Tapi Klaus bukan orang yang menyerah. Dia bukan hanya manusia yang mudah menyerah. Dia misi yang berjalan. Dan sekarang dia tahu kita menginfiltrasi.”
“Lalu?” tanya Jesika.
“Lalu dia akan berubah. Tak lagi menyembunyikan ambisinya di balik eksperimen. Ia akan menjualnya. Membiarkan dunia tahu bahwa ‘keabadian’ bukan lagi fiksi. Ia akan menantang semua sistem moral yang kita punya...”
Samuel berdiri.
“Dan jika kita tidak hentikan dia sekarang, maka formula yang diciptakan Robert ... akan jadi bahan bakar perang genetik paling brutal yang pernah dikenal manusia.”
Kembali di Engelberg
Klaus kembali ke ruang kerja pribadinya. Dinding beton polos. Tak ada jendela. Hanya satu meja logam, satu kursi kulit, dan satu rak kecil berisi... buku.
Ia menarik satu buku tua dari rak. Sampulnya pudar, huruf-huruf di punggungnya hampir tak terbaca. Tapi ia tahu isinya di luar kepala.
“Mechanism of Cellular Aging – 1956,” gumamnya.
Di halaman pertama, sebuah catatan lama dalam tulisan tangan:
"Waktu tidak bisa dihentikan. Tapi ia bisa dipelajari."
Klaus menutup buku perlahan, seolah takut suara halaman akan membangunkan sesuatu yang telah lama tertidur dalam dirinya. Hening kembali mendekap ruang kerja. Namun pikirannya tak diam.
Ia berbisik, lirih nyaris tak terdengar.
“Ada rasa yang aneh ... seperti sesuatu sedang bergerak di luar jalur. Seperti bayangan yang tak pernah kulempar … mulai mendahuluiku.”
Ia menatap tangan kirinya, bekas sayatan lama masih membekas samar di sana.
“Aku tidak takut gagal … tapi aku takut saat kemenangan sudah di depan mata, aku baru sadar yang kutukar... bukan waktuku, tapi jiwaku.”
Tak ada yang menjawab. Dan untuk pertama kalinya, Klaus merasakan sesuatu yang lebih dingin dari baja bernama keraguan
Ia memanggil Leonard melalui interkom.
“Siapkan batch kelima. Dan temukan siapa yang menyusup ke sistem. Jika perlu ... panggil Rahman kembali dari Jerman. Aku ingin tahu siapa yang bermain dalam bayanganku.”
“Dan kalau kita gagal lagi?” tanya Leonard dari seberang.
Klaus menatap kosong.
“Maka kita buat kegagalan itu ... terlihat seperti pilihan.”
,, biasany org2 yg menciptakan formula/ obat itu untuk menyembuhkan seseorg yg dia sayang