Anggi Saraswati adalah seorang ibu muda dari 3 anak. Awal mula pernikahan mereka bahagia, memiliki suami yang baik,mapan,dan tampan merupakan sebuah karunia terbesar baginya di tengah kesedihannya sebagai yatim piatu penghuni panti.
Tapi sayang, kebahagiaan itu tak bertahan lama,perlahan sikap suami tercintanya berubah terlebih saat ia telah naik jabatan menjadi manajer di pusat perbelanjaan ternama di kotanya . Caci maki dan bentakan seakan jadi makanannya sehari-hari. Pengabaian bukan hanya ia yang dapatkan, tapi juga anak-anaknya,membuatnya makin terluka.
Akankah ia terus bertahan ?
Atau ia akan memilih melepaskan?
S2 menceritakan kisah cinta saudara kembar Anggi beserta beberapa cast di dalamnya dengan beragam konflik yang dijamin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.14 Cibiran Tetangga
Tak terasa sudah 1 Minggu berlalu sejak keluarnya Anggi dari kediaman Adam. Dan tanpa disadari Adam, titik baliknya akan segera dimulai sejak dijatuhkannya talak pada istri yang baik hati.
Awal-awal kehidupan Adam akan terasa masih baik-baik saja, tapi apakah itu akan terus berlanjut?
Ingat, roda itu berputar kadang di atas dan kadang di bawah, seperti itulah realita kehidupan. Bisa jadi saat ini Anggi yang berada di titik terendah, tapi saat nanti hanya yang di atas yang tahu. Apalagi setelah perbuatan dzalim yang telah dilakukan Adam, ibu, adik, dan selingkuhannya pada Anggi dan anak-anaknya.
Kata orang, karma itu ada. Kata orang, karma itu berlaku. Tapi apakah karma itu akan datang pada keluarga Adam yang dzalim?
.
.
.
Setelah kepergian Anggi, tampaknya Adam ,Bu Tatik, Sulis, dan Adinda sangat menikmatinya. Mereka sangat antusias mempersiapkan pernikahan Adam dan Adinda yang akan diadakan pada hari Minggu pagi.
Hari Minggu telah tiba, persiapan pernikahan Adam dan Adinda telah rampung 90% , penghulu dan beberapa saksi telah tiba, tinggal menunggu para tamu saja yang tampak hanya beberapa gelintir saja yang terlihat. Padahal Bu Tatik telah mempersiapkannya sematang mungkin. Ia pikir, pasti akan banyak tetangga yang berhambur datang mengingat rajinnya mantan menantunya membantu tetangga-tetangganya setiap ada hajatan dan kegiatan lainnya. Catat, mantan menantu. Bukan Bu Tatik, bukan pula Adam, tapi Anggi lah yang selalu tanpa pamrih membantu para tetangganya setiap dibutuhkan.
"Lho, kok tamunya cuma segini ma?" tanya Adinda. "Bukannya mama sudah mengundang semua warga komplek kita sampai komplek sebelah?" tanyanya lagi
"Nggak tau juga ,Din. Kok sedikit sekali, cuma 20'an orang. Itupun termasuk saksi. "
"Tetangga sebelah kayaknya juga nggak ada, ma?"
"Ah, yang itu nggak usah ditanyain. Kita numpang masang tenda depan rumahnya aja nggak boleh. Pelit bener." kesal Bu Tatik
"Kenapa gitu, ma? Masa' nggak boleh?" tanya Sulis ikut penasaran
"Karena kami ogah ngasi tempat buat nikahan orang jahat. Keluarga pendukung pelakor." ujar salah seorang tetangga yang kebetulan lewat di depan teras dimana Bu Tatik, Sulis, dan Adinda berbincang.
"Heh brengs*k, jaga mulut loe ya! Enak aja ngatain gue pelakor." bentak Adinda dengan wajah merah padam menahan emosi
"Idih, pelakor sok suci. Jelas- jelas pelakor tapi nggak mau ngaku. " cibir tetangga yang lain
"Aku bukan pelakor ,brengs*k." teriak Adinda makin emosi
"Lha, jelas-jelas tuh perut jadi bukti, tapi masih aja ngeles." kekeh ibu-ibu yang menyukai Anggi
"Nggak akan bahagia orang yang bersama dengan cara ngehancurin kebahagiaan orang lain , apalagi istri yang baik dan Solehah seperti Anggi. Ingat, doa orang yang dizolimi itu pasti diijabah. Liat aja, kami akan tertawa bahagia saat kehancuran kalian tiba nanti." sinis seorang ibu yang merasa sangat berhutang Budi pada Anggi.
Saat anak ibu Bu Sarah terkena demam berdarah, namun Bu Sarah tak memiliki uang sama sekali. Ia sudah mencoba meminjam ke beberapa tetangga tetapi tak ada yang mau meminjamkan karena tau Bu Sarah hanya single parent. Ia juga hanya bekerja sebagai buruh cuci, orang-orang ragu Bu Sarah dapat mengembalikan uang yang ia pinjam. Tapi tidak dengan Anggi, tanpa berfikir dua kali ,Anggi segera mengambil uang yang ia tabung untuk membayar uang sekolah Damar dan meminjamkannya pada Bu Sarah. Anggi juga membantu mengantarkan Bu Sarah dan anaknya ke rumah sakit dengan motornya. Padahal hingga sekarang, Bu Sarah belum bisa mengembalikan uang tersebut, tapi Anggi tak pernah menagih. Karena itu, Bu Sarah merasa sangat berhutang budi pada Anggi.
Tenggorokan Adinda terasa tercekat, begitu pun Adam yang tak sengaja mendengar cibiran demi cibiran yang mereka lontarkan pada Adinda yang secara tidak langsung juga itu mereka tujukan pada ia dan keluarganya.
Hal tersebut membuat Adam berfikir, apakah ia telah melakukan kesalahan dengan melepaskan wanita sebaik Anggi.
aku malah suka karakternya Stefani ibunya nata coco 😁
keibuan banget sabar banget 🥰
yang ada dendam merenggut jiwa dan hati diri
bukann tambah bahagia yang ada tambah menderita oleh dendam itu sendiri