AKU PATUNG BAGIMU

POV Alyn.

"Kamu ingin cerai dariku kan. Kalau begitu lakukan tugasmu sebagai seorang istri. Layani aku." Ucapan mas Arya yang membuat bulu kuduk ku berdiri.

Aku tidak mau kehilangan kesucianku di saat akan bercerai darinya. Aku berusaha memberontak. Tapi mas Arya terus saja mengoyak pakaianku.

"Mas jangan mas. Aku mohon jangan mas, jangan." Aku memohon tapi mas Arya tidak peduli.

"Kamu milikku. Cuma milikku. Aku akan menjadikanmu milikku seutuhnya." Ucapan mas Arya di telingaku.

Mas Arya kehilangan akal. Di rumah sakit, ini tidak pantas di lakukan. Aku tidak berani berteriak karena takut mengundang tamu datang. Lalu apa yang akan ku katakan jika kami kepergok orang. Ini tidak lucu.

Saat mas Arya aktif melancarkan aksinya, dengan sekuat tenaga aku mengangkat wajah mas Arya. Dan tanganku yang bebas refleks mengayun dan menampar mas Arya.

Tamparan dariku berhasil menghentikan Aksi mas Arya. Mas Arya tercengang melihatku. Dia memegangi pipinya yang merah karena tamparanku. Mata mas Arya sudah merah tapi dengan ekspresi wajah yang sendu. Nafasnya sudah naik turun seperti orang sesak. Dia masih berada di atasku.

"Aku tidak percaya kamu bisa melakukan ini pada suamimu Alyn." Ujar mas Arya dengan suara yang lirih. Mas Arya turun dari ranjang dan menutupi ku dengan selimut.

Mas Arya pergi dengan rasa kecewa meninggalkanku yang masih setia menatap punggung mas Arya.

Entah kenapa aku merasa bersalah pada mas Arya. Apa aku sudah keterlaluan. Bukankah ini adalah hak mas Arya dan kewajiban ku sebagai seorang istri melayaninya.

Apa aku sudah keterlaluan berani menampar suamiku?

Lalu kenapa mas Arya tidak mau menceraikanku jika masih mencintai Suci. Seharian dia menemani Suci padahal aku disini yang sakit bukan Suci. Dia malah menyuruh Nadia menjagaku agar dia bisa bersama Suci.

*****

Berapa jam sudah berlalu tapi mas Arya tak kunjung menampakan batang hidungnya.

Aku di sini hanya berdua ditemani dengan Nadia yang sedari tadi sibuk mengotak ngatik laptopnya.

Mas Arya kemana? Apa dia sedang menemani Suci wanita simpanan itu? Apa mas Arya masih marah padaku karena aku sudah menamparnya?

"Nadia apa kau sibuk?..."Nadia yang mendengar pertanyaanku seketika langsung menutup laptopnya. Dia menghampiriku dan duduk di kursi sebelah ranjangku. Aku ingin mengobrol dengan Nadia tapi aku takut mengganggu pekerjaannya.

"Tidak Nona. Apa ada yang anda butuhkan?" Tanya Nadia padaku.

"Jangan terlalu bersikap formal padaku. Aku hanya butuh teman untuk mengobrol. Panggil saja aku Alyn. Aku bosan di rumah sakit."

"Baiklah Alyn." Ujar Nadia.

"Di mana mas Arya?..."Tanyaku.

"Sedang mengurus sesuatu." Jawab Nadia.

"Apa kamu sudah lama bekerja dengan mas Arya." Tanyaku pada Nadia.

"Saya bekerja dengan tuan Arya sudah 5 tahun." Jawab Nadia.

"Aku tidak terlalu mengenal suamiku walau aku ini istrinya, kami menikah karena di jodohkan. Apa kau tahu seperti apa kepribadian suamiku?..."

"Tuan Arya adalah orang yang baik. Dia juga bos yang sabar dan bijak. Dia selalu menomer satukan kesejahteraan karyawannya." Tukas Nadia.

"Benarkah!" Tanyaku yang masih ragu.

"Bahkan setiap bulan tuan Arya selalu memberikan donasi untuk panti asuhan." Nadia membuka laptopnya nan menunjukkan nominal jumlah transfer yang disalurkan di rekening yayasan panti asuhan. Aku tak percaya dengan jumlahnya yang begitu besar.

"Memangnya berapa penghasilan mas Arya setiap bulannya? sampai dia bisa menyumbangkan begitu besar uang tiap bulannya pada panti asuhan." Tanyaku yang penasaran.

"Tuan Arya memiliki banyak usaha dan cabang di mana mana. Dan masih banyak aset-aset yang dimiliki tuan Arya.Tuan Arya juga berinvestasi di perusahaan perusahaan yang maju" Nadia menjelaskan.

"Apa kamu tahu tentang hubungan Mas Arya dan Suci?''Tanyaku.

"Maaf Alyn tapi tuan Arya tidak terlalu terbuka padaku. Aku hanya melakukan tugas yang selalu ia berikan. Tapi untuk Suci aku sangat tidak menyukainya, karena menurutku Suci itu orang yang tidak masuk akal."Ujar Nadia.

"Tidak masuk akal! Maksudmu apa?" Tanyaku. Aku bingung.

"Maaf ya Lyn tapi aku tidak bisa menjelaskan lebih rinci karena itu bukan wewenang ku." Yah jawaban Nadia membuatku kecewa. Padahal aku ingin tahu sedalam apa hubungan mas Arya dan Suci.

"Kapan aku bisa pulang. Aku sudah merasa lebih baik. Aku sudah sehat." Tanyaku pada Nadia.

"Saat anda sudah sangat sehat. Itupun jika tuan Arya mengizinkan." Ucap Nadia. Nadia itu patuh sekali pada mas Arya.

"Baiklah. Lanjutkan pekerjaanmu. Maaf sudah mengganggu pekerjaanmu." Ujarku.

Nadia beranjak pergi dan kembali membuka laptopnya. Tangannya begitu lincah menari di atas laptopnya.

Waktu sudah petang tapi mas Arya tak kunjung datang. Hanya dokter dan perawat silih berganti memantau perkembangan kesehatanku.

*****

Petang berganti pagi. Sinar matahari mulai menyusup lewat celah jendela yang tertutup tirai.

Aku mulai bosan hanya duduk dan berbaring di ranjang rumah sakit tanpa kegiatan. Beruntung Nadia memberiku majalah yang dari tadi hanya ku bolak balik karena sudah ku baca berulang kali. Terutama di bagian tema "CARA MENJAUHKAN SUAMI DARI PELAKOR" Membuatku ingat dengan nasibku. Dan kenapa jurus ampuh mengusir pelakor adalah memuaskan suami dia atas ranjang. Jadi ingat tadi aku sudah menampar mas Arya karena urusan ranjang.

Pintu kamar mulai terbuka. Dan muncul mas Arya dari balik pintu itu. Dia berjalan menghampiriku. Kini ia berada di hadapanku menatapku. Aku pun mendongak menatap mas Arya karena mas Arya bertubuh tinggi. Apa mas Arya masih marah padaku. Apa yang akan dilakukan mas Arya? Apa dia akan balas menamparku.

******

Author

Kalau ada kata kata yang salah dan menyinggung dari novel saya, tolong ingatkan saya dengan cara yang bijak. Bukan menghujat atau menghina saya. Saya hanya manusia biasa yang tak luput dari dosa. Jujur hinaan bikin saya down. Tapi kalau tutur katanya Santun dalam menyampaikan letak kesalahan saya, saya pasti revisi apa yang menyinggung hati pembaca. Karena tujuan saya membuat novel adalah menghibur, bukan menghina siapapun.