Spin-off dari Istri Amnesia Tuan G
Dalam beberapa jam, Axello Alessandro, seorang aktor terkenal yang diidamkan jutaan wanita jatuh ke titik terendahnya.
Dalam beberapa jam, Cassandra Angela, hater garis keras Axel meninggal setelah menyatakan akan menggiring aktor itu sampai pengadilan.
Dua kasus berbeda, namun terikat dengan erat. Axel dituduh membunuh dua wanita dalam sehari, hingga rumah tempatnya bernaung tak bisa dipulangi lagi.
Dalam keadaan terpaksa, pria itu pindah ke sebuah rumah sederhana di pinggiran kota. Tapi rumah itu aneh. Karena tepat pukul 21.45, waktu seakan berubah. Dan gadis itu muncul dengan keadaan sehat tanpa berkekurangan.
Awalnya mereka saling berprasangka. Namun setelah mengetahui masa lalu dan masa kini mereka melebur, keduanya mulai berkerjasama.
Cassie di masa lalu, dan Axel di masa kini. Mencoba menggali dan mencegah petaka yang terjadi.
Mampu kah mereka mengubah takdir? Apakah kali ini Cassie akan selamat? Atau Axel akan bebas dari tuduhan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Joy Jasmine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 ~ Mulai Mencari Tahu
Nihil.
Saat Darren melangkah lebih maju, tak ada seorang pun di sana. Hanya ada rerimbunan rumput yang tingginya mendekati lutut pria itu.
Namun bagi Darren, itu sudah biasa mengingat ia yang sering berpetualang di alam. Pria itu hanya memandang ke sana ke mari memastikan instingnya yang biasanya tajam kali ini meleset.
Sementara Axel yang bersembunyi dengan berbaring di balik rimbunnya rerumputan, tak sabar menunggu Darren pergi. Karena berbeda dengan Darren, ia belum pernah bermain rumput meski saat keluarganya belum berada dulu. Kini tubuhnya terasa gatal-gatal dan menusuk-nusuk.
"Sial, kapan dia pergi? Aku udah enggak tahan," umpat Axel di dalam hati. Rasanya tangannya sudah tidak tahan untuk menggaruk dan kakinya sudah tidak tahan untuk berlari dari dalam sini.
Darren menyipitkan keduanya matanya, sekali lagi memastikan tidak ada apa-apa. Akhirnya ia hanya melengos sebelum beranjak dari sana.
Namun Axel belum bisa bangun, hingga Darren telah masuk ke dalam mobil. Dan mendengar mesin mobil yang menderu meninggalkan tempat ini, Axel baru sedikit bergerak. Pria itu mengintip dari selah rumput, matanya bertemu kakek Jecky yang masih berada di sana.
Dengan terburu-buru ia menyusut hingga tak sadar ia tengah bersembunyi di daratan yang miring. Tubuhnya berguling, namun tangannya menutup mulut agar tidak bersuara.
.
.
.
3 Desember 2024.
Cassie yang tengah membalut lengannya yang terluka saat menolong Elodie, pikirannya sama sekali tidak sinkron. Tangannya boleh saja terus memutar kain kasa di lengan, namun pikirannya terus terbayang kejadian aneh yang menyatakan ia akan mati sebentar lagi.
"Terlalu sulit untuk dipercaya. Tapi aku mengalami dan melihat dengan mata kepalaku sendiri." Cassie bergumam dengan kening yang berkerut.
Tangannya terus bergerak hingga tanpa sadar mengenai lukanya yang mulai kering. "Sshh, shiit!"
Gadis itu melempar kain kasa dengan kesal. Membiarkan lengannya yang belum terbalut dengan benar itu kembali meluruh.
"Aku harus cari tau! Pria itu bilang, selain aku, ada orang lain yang meninggal juga. Siapa, ya? Aa, istri bosnya." Seketika kedua bola mata Cassie membesar.
"Istri CEO Hill Entertainment, Ferlinda Hilton. Itu berarti wanita yang aku buntuti beberapa hari yang lalu! Apa ini ada hubungannya dengan suaminya yang berselingkuh?"
Gadis itu mengerutkan keningnya, memikirkan masalah yang tampaknya begitu rumit. Setelah memutuskan akan berbuat apa, ia segera meraih jaket dan memakainya. Mengambil kunci mobil dan berjalan dengan langkah cepat.
Lima belas menit kemudian, ia sudah berdiri di dalam gedung agensi. Dengan memakai topi dan masker, matanya menatap sekitar. Terbiasa mengintai, gadis sama sekali tidak menarik perhatian orang-orang.
Ia lalu duduk dengan santai di kursi tunggu, dan mengeluarkan ponsel sebagai pelengkap. Namun matanya terus memperhatikan sekitar.
"Sudah berapa lama?"
Cassie mengetik sebuah pesan di ponselnya. Mengirim pada seseorang yang mengabarkan kalau Ferlinda mengunjungi perusahaan hari ini.
"Setengah jam lebih. Aku dengar ada ribut-ribut, mungkin sebentar lagi keluar."
Gadis itu menutup layar ponselnya setelah membaca pesan balasan. Kini kedua matanya terus memperhatikan sekitar.
Yang sama sekali tidak orang tahu, ia adalah pendiri grup hater garis keras para artis terkenal. Terdiri dari ratusan ribu anggota yang tersebar di mana-mana. Bahkan salah satunya adalah cleaning service di perusahaan ini.
Saat dirinya masih begitu serius, ekor matanya menangkap seseorang yang ia cari. Ia menghela napas sejenak, sebelum kembali mengambil ponsel dan berpura-pura berteleponan.
Ia bangkit berdiri, mulai melangkah dengan terus memperhatikan ke mana Ferlinda pergi. Namun mulutnya juga berbicara pelan, seakan ia hanya fokus pada panggilan di ponselnya.
Hingga setelah mengikuti cukup lama, Ferlinda berbelok ke arah parkiran. Cassie langsung menaruh ponselnya ke dalam saku. Menurutnya sekarang adalah waktu yang tepat untuk menemui Ferlinda.
Ia mempercepat langkah saat melihat Ferlinda sudah membuka kunci mobilnya. Namun saat melangkah beberapa saat lagi, tangannya tiba-tiba ditarik dengan kencang.
"Hah!" Refleks Cassie merasa jantungnya seakan jatuh ke dasar perut.
.
.
.