NovelToon NovelToon
Dear, My Heartbeat

Dear, My Heartbeat

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Enemy to Lovers / Careerlit / Light Novel
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: DityaR

“Lo cantik banget, sumpah,” bisiknya. “Gue gak bisa berhenti mikirin lo. Pingin banget lakuin ini sama lo. Padahal gue tahu, gue gak seharusnya kayak gini.”

Tangan gue masih main-main di perutnya yang berotot itu. “Kenapa lo merasa gak boleh lakuin itu sama gue?”

Dia kelihatan kayak lagi disiksa batin gara-gara pertanyaan itu. “Kayak yang udah gue bilang ... gue gak ngambil apa yang bukan milik gue.”

Tiba-tiba perutnya bunyi kencang di bawah tangan gue, dan kita berdua ketawa.

“Oke. Kita stop di sini dulu. Itu tadi cuma ciuman. Sekarang gue kasih makan lo, terus lo bisa kasih tahu gue alasan kenapa kita gak boleh ciuman lagi.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DityaR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kasus Penjaga Toko

Gue tarik Ailsa mendekat, peluk dia erat, dan cium atas kepalanya. "Gue benaran minta maaf atas semua yang lo alamin. Kalau gue ketemu tuh orang, gue bakal hajar dia sampai puas."

Dia diam saja di situ, cuma keluar suara lirih dari bibirnya, dan gue peluk dia sampai napasnya mulai tenang.

Dia angkat kepala, matanya bengkak kena cahaya bulan. Tapi sumpah, dia cewek paling cantik yang pernah gue lihat.

"Nauru, gue percaya lo buat jaga cerita ini. Kalau lo cerita ke teman lo, atau ke siapa pun, itu bisa nyeret keluarga gue ke masalah besar. Semuanya ribet, dan selama dia tetap jauh dan dapat pengawasan, itu udah cukup buat gue. Lo nggak boleh cari dia atau ngelakuin apa-apa, janji ya?"

Gue angguk. "Selama dia nggak dekatin lo lagi, gue nggak bakal ngapa-ngapain. Tapi dia udah hubungin lo?"

Tatapannya langsung menghindar dari gue, dan dari situ gue sudah tahu jawabannya.

"Ceritain." Suara gue langsung keras. Soalnya, cowok kayak begitu aturan mainnya nggak sama kayak orang biasa.

"Gue nggak yakin itu dia. Tapi gue dapat beberapa pesan dari nomor nggak dikenal, nanya bisa ngobrol atau nggak, dan dia manggil gue 'A'. itu panggilan Jully ke gue dari dulu. Insting gue bilang itu dia."

"Lo bales?"

"Nggak. Gue langsung blokir tiap kali dia kirim pesan. Gue juga sudah bilang ke bokap, dan dia bilang bakal ngurus."

Ngurus apaan. Yang ada dia ngurus supaya nggak ganggu urusan bisnisnya doang.

"Yuk masuk." Gue ambil shake-shake-nya dan jalan balik ke rumah. Gue dorong pintu.

Buat gue, ini semua adalah wilayah baru. Ya, gue pernah pacaran. Tapi nggak pernah sama orang kayak Ailsa.

Manis, tulus, dan benar-benar baik.

Tapi punya keluarga yang ribet, yang entah bagaimana gue harus hadapi juga. Soalnya dia sayang sama mereka.

Gue tutup pintu pakai kaki dan bawa dia ke sofa. Terus gue tarik dia ke pangkuan gue. Dia buka jaketnya dan lempar ke sofa, terus menyembunyikan kepala di leher gue.

"Makasih udah cerita ke gue soal semua itu."

"Gue percaya lo. Dan gue juga harap lo percaya gue. Ceritain kenapa lo benci keluarga gue. Gue bisa nerima kok. Gue juga udah sering dicibir banyak orang. Cuma karena keluarga gue punya duit, bukan berarti hidup kita, tuh, Sempurna." Dia bangkit sedikit, menatap mata gue. "Kakak gue bobol kafe dan dia kecanduan narkoba. Bokap nyokap gue udah gak ngomong lagi sama dia. Terus ada teman dari ralasi bisnis keluarga yang nyerang gue tengah malam. Gue bukan cewek ringkih. Gue jauh lebih kuat dari yang lo kira."

Gue mengangguk. Dia benar. Dan karena dia sudah buka aibnya ke gue, gue juga harus jujur soal rahasia gue.

Gue tarik dia buat duduk lagi, taruh kepalanya di bawah dagu gue, biar bisa cerita tanpa harus lihat ekspresi dia. Soalnya kalau dia kelihatan sedih, bisa-bisa gue gak sanggup melanjutkannya.

"Ceritain, dong," bisiknya. "Kita gak bakal bisa lanjut kalau semuanya belum dibuka."

"Lo masih inget gak, dulu, bertahun-tahun yang lalu, waktu gue sama Hazerrie sempat bermasalah di Poyyan Daily?"

"Gue sempat dengar, tapi gue masih kecil waktu itu, jadi gak tahu detailnya."

"Bokap gue baru aja masuk penjara waktu itu, dan gue marah banget. Gue gak tahu gimana kita bakal bertahan. Bokap gue memang pecandu dari dulu, jadi pikiran gue kacau banget saat itu."

"Pasti berat banget ya. Lihat orang yang lo sayang jadi pecandu."

Gue diam sebentar, mengulang cerita hari itu bukan hal yang biasa gue lakuin.

"Gue waktu itu umur empat belas, dan mutusin buat bolos sekolah. Hazerrie, dia waktu itu tujuh belas, dan lo tahu sendiri, kita berlima tuh kayak sodara. Tapi karena Hazerrie paling tua, dia jadi kayak sosok bokap buat gue waktu itu."

"Gue bisa lihat kok, kalian dekat banget."

Gue mengangguk, melingkarkan tangan gue ke badannya, tarik dia lebih dekat. "Dia kabur dari sekolah buat nyusul gue yang lagi ngumpet di taman. Kita ngobrol, dia bilang semua orang bakal dukung gue, dan keluarga gue bakal baik-baik aja. Habis itu kita ke Poyyan Daily beli cemilan."

"Senang dengar dia ada buat lo," bisiknya.

"Kakak lo juga ada di sana, sama satu cowok lain. Gue gak kenal, bukan orang sini. Kakak lo umurnya seumuran Hazerrie, jadi lebih tua dari gue. Dan mereka ... kacau banget."

Dia duduk tegak, memperhatikan gue.

"Caspian mabok?"

Gue angkat alis.

"Kayaknya sih, mabok dan nge-fly. Bukan rahasia lagi waktu itu kalau Kakak lo doyan party, Ailsa."

Tatapan dia mencari-cari mata gue, dan gue kasih kode biar dia menyandar lagi. Soalnya, kalau dia terus-terusan menatap gue, gue gak bakal kuat lanjutin.

Gue usap-usap rambutnya.

"Gue nggak pernah nyangka dia ngelakuin hal-hal kayak gitu ... sampai waktu kecelakaan kapal itu."

"Ya, gue udah cukup sering ketemu sama orang yang mainan sama narkoba dan minuman keras, dan waktu itu kakak lo lagi kena dua-duanya." Gue telan ludah. "Poyyan tuh lagi nggak kerja hari itu. Katanya dia sakit di rumah. Yang jagain tokonya itu cuma si Onny, pegawai paruh waktu. Dan dia jelas nggak tahu cara menghadapi kakak lo sama temennya, soalnya mereka mulai ngamuk, ngejatuhin barang dari rak, dan ngerusak macam-macam."

"Astaga," bisiknya pelan. "Terus lo ngapain?"

"Hazerrie langsung ngeliat gue kayak kita harus cepat-cepat cabut dari situ. Terus kakak lo nyelipin sebotol minuman keras ke celana, dan Onny keluar dari balik kasir buat ngadepin dia."

"Gue nggak pernah denger soal ini sebelumnya."

"Onny mulai teriak-teriak, terus kakak lo malah ngeledek balik. Mereka dorong-dorongan, ribut. Gue sama Hazerrie langsung lari keluar. Kita cuma pengen kabur."

"Dan lo kabur?"

"Iya, awalnya kita kabur. Tapi kita balik lagi pas ngelihat Caspian dorong Onny sampai nabrak etalase minuman keras. Etalasenya rubuh, semua botolnya pecah. Si Onny jatuh, kepalanya duluan, terus ketiban etalase. Kakak lo sama temennya kabur sambil ketawa-ketawa."

"Astaga," katanya, suaranya gemetar. "Terus lo ngapain?"

"Gue sama Hazerrie... kita masih bocah banget waktu itu, ngerti kan? Gue takut, dan Hazerrie nggak ngomong apa-apa, tapi gue tahu dia juga takut. Kita lari balik ke dalam, dan ngelihat Onny udah nggak sadar. Kita langsung nelpon ambulance dan nunggu sampe bantuan datang."

"Dia selamat?"

"Iya, tapi dia kena pendarahan otak karena kepalanya kebentur. Dia seminggu dirawat di rumah sakit."

"Kenapa gue nggak pernah tahu soal ini? Caspian harusnya dapet masalah, dong. Siapa temennya itu?"

"Dia nggak pernah ngaku. Dan gue juga nggak pernah tahu siapa temennya. Kakak lo bilang dia nggak ada di toko hari itu. Katanya cctv pas banget lagi rusak, sesuai laporan polisi. Jadi gue sama Hazerrie yang disalahin. Kita ada di tempat kejadian waktu ambulans datang. Kita jelasin semuanya ke polisi, tapi mereka bilang kakak lo nggak ada di situ. Dia punya alibi kuat katanya lagi mancing bareng bokap lo. Bokap lo bahkan sempat jenguk Onny di rumah sakit. Dan pas Onny mulai bisa ngomong, dia malah ngedukung cerita itu. Jadinya gue sama Hazerrie yang kena getahnya. Kita disalahin karena bolos sekolah, ngerusak toko, dan Onny masuk rumah sakit."

"Terus. .. abis itu apa yang terjadi?"

"Kita dikirim ke tahanan anak. Katanya kita tuh berbahaya. Nggak ada satu pun dari kita yang punya keluarga buat belain waktu itu. Nyokap gue lagi kacau, cuma bisa nangis setiap hari. Bokap gue baru aja masuk penjara, jadi ya ... semua orang nganggep wajar aja kalau gue yang ngelakuin semua itu. Hazerrie sama Mohan dibesarin sama kakek-neneknya dan nggak punya tenaga lagi buat ngelindungin kita. Jadi Caspian dapet kambing hitam yang sempurna. Dan sejak hari itu, gue benci mereka semua."

1
Yuliana Purnomo
heemmmm bgtu menyakitkan kenyataan hidup Nauru
Yuliana Purnomo
heemm pantesan benci banget sm keluarga Ailsa,,emang separah itu fitnah mereka ke Nauru
Yuliana Purnomo
aku dah curiga kalau Ailsa trauma
Yuliana Purnomo
asyiiik dapet ciuman
Yuliana Purnomo
cie cie cie cie Nauru main sosor aja
𝚍𝚒𝚝𝚢𝚊𝚛: wkwkwk/Shy/
total 1 replies
Verro
Luar biasa.
nuna
yaaa kalian mulai dekat kan
nuna
modus bgt si
nuna
ketemu Nauru lg dah
nuna
pdahal yg ngerusk anaknya sendiri /Awkward/
nuna
si bocil ni kyknya gemesin bgt
nuna
wkwk
nuna
tuh kan
nuna
Ailsa diperkosa y
nuna
calon mamamu juga tu Ailsa wkwk
nuna
haaaha/Grin/
nuna
Masi g ngrti deh. bukanya Batari keluarga baik ya?
Erika
bgus
Yuliana Purnomo
lanjut
Yuliana Purnomo
👍👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!