Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Ponsel Alina berdering kencang ketika ia masih terlelap tidur, dan membuatnya terkejut, dengan mata yang masih tertutup rapat ia berusaha meraih ponselnya.
“Halo siapa nih,” jawab Alina malas.
“Al, kamu belum bangun?” tanya seseorang di seberang telepon.
“Raffa?” ucapnya terkejut setelah mendengar suara yang tak asing baginya, ia lalu melihat layar ponsel dan benar saja tertulis nama Raffa disana. “Ada apa kamu telepon pagi-pagi gini?” Tanya Alina heran.
“Aku sudah di depan rumahmu bisa kamu bukakan pintu untuk ku? jujur di luar sini dingin sekali,” jawabnya.
“Lagian kamu.. Sudahlah aku malas berdebat dengan mu tunggu sebentar aku kesana,” jawab Alina. Lalu menutup teleponnya.
Ia segera pergi menuju pintu rumahnya. Lalu membukakan pintu untuk Raffa. “Raffa astaga! Lihat tubuhmu sampai menggigil seperti ini. Baru jam 4 pagi ada apa sebenarnya?” Corocos Alina yang begitu keheranan melihat tingkah Raffa yang aneh.
“Aku tidak bisa tidur Alina, aku takut sesuatu terjadi padamu, aku takut orang jahat itu melakukan sesuatu padamu. Aku sungguh gelisah,” keluh Raffa. “Lihat lingkaran hitam di mataku aku sungguh tidak bisa tidur,” sambungnya. Lalu ia merebahkan diri di sofa karena kelelahan.
“Ya ampun, Raffa gak sampe segitunya kali Fa, kan kamu bisa telepon aku.”
“Itu saja tidak cukup bagiku, aku harus melihatmu dengan kedua mataku sendiri. Bisakah kamu duduk disini?” pinta Raffa sambil menunjuk sofa yang tampak kosong.
Tanpa ragu Alina langsung duduk di sana, lalu Raffa dengan cepat mendapatkankan Kepalanya di paha Alina. “Sangat nyaman,” ucapnya lega.
Alina menatap wajah Raffa yang terbaring di hadapannya. Cahaya lampu remang di ruangan Alina membuat gurat kelelahan di wajah pria itu semakin terlihat. Perlahan, ia mengulurkan tangan, jemarinya menyentuh kening Raffa, merasakan kehangatan yang masih tersisa di kulitnya.
“Kenapa kamu sampai melakukan semua ini, Fa?" suaranya bergetar, lebih seperti bisikan.
Mata Raffa tetap tertutup, tetapi sudut bibirnya melengkung dalam senyum samar. “Karena aku sangat mencintaimu," ucapnya lirih, suaranya penuh ketulusan meski hampir tidak terdengar.
Alina menghela napas panjang Dadanya terasa sesak, bukan karena kesedihan, melainkan sesuatu yang lebih dalam baru kali ini, ia merasa benar-benar dicintai, dengan tulus.
Hatinya berdebar, namun tangannya tetap berada di sana, di wajah pria yang kini menjadi dunianya. Perlahan, ia mendekat, bisa merasakan napas hangat Raffa yang membelai kulitnya. Ada keraguan dalam hatinya, tetapi ia memilih mengabaikannya.
Dengan lembut, Alina menutup matanya dan membiarkan bibirnya menyentuh bibir Raffa sebuah ciuman yang penuh kehangatan.
Setelah bibir mereka bersentuhan, waktu seakan melambat. Alina bisa merasakan kehangatan yang menjalar dari sentuhan itu, sebuah keintiman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Jantungnya berdetak cepat.
Raffa perlahan membuka matanya, menatap Alina dengan sorot penuh kelembutan. Ia tidak berkata apa-apa, hanya membiarkan keheningan di antara mereka berbicara lebih banyak daripada kata-kata.
Alina menatapnya, lalu tersenyum kecil. Aku juga mencintaimu Raffa,” ucap Alina dengan suara yang bergetar.
Raffa mengangkat tangannya, jemarinya menyentuh pipi Alina dengan gerakan penuh kasih. “Aku ingin segera menikahimu. Maukah kamu menikah denganku?”
Alina terdiam, merasakan getaran dalam dadanya.
Hujan gerimis mulai turun di luar,menimbulkan suara lembut di atas jendela kamar. Suasana pagi menjadi semakin intim, membawa mereka pada kenyataan bahwa cinta itu memang nyata.
Alina tersenyum kecil, lalu dengan suara lembut bertanya, “Apakah kamu sudah yakin denganku?"
Raffa menatapnya dalam-dalam, lalu mengangguk perlahan. “Aku ingin selalu bersamamu seperti saat ini.”
Tanpa sadar, Raffa menariknya dalam pelukan, erat dan penuh rasa syukur. Alina menutup matanya, menikmati kehangatan itu, membiarkan dirinya larut dalam rasa yang selama ini ia hindari.
Di luar, hujan semakin deras, seakan menjadi saksi bahwa kedua insan yang sedang jatuh cinta ini tengah merangkai kasih suci.
Aku akan segera mengumumkan pernikahan kita di minggu ini, aku akan menikahimu Alina.
“Apa secepat itu? bagaimana dengan persiapannya?”
“Semuanya aku yang atur tugasmu hanya berdandan yang cantik di acara pernikahan kita. Setuju?”
Alina hanya bisa menganggukkan kepalanya walaupun agar sedikit heran.
Dua minggu telah berlalu. Hari ini adalah pernikahan antara Alina dan Raffa, sesuai petunjuk Raffa Alina benar-benar tidak melakukan apa-apa untuk pernikahannya semuanya telah disiapkan oleh Raffa.
Pagi-pagi sekali ia sudah berdandan cantik dengan mengenakan gaun pernikahan putih dengan model gaun ball gown menambah kecantikan Alina.
“Masya Allah cantiknya calon pengantinku,” ucap Nadia yang kagum dengan mata berbinar.
Alima hanya tersenyum simpul mendengar pujian dari sang sahabatnya itu.
“Makasih Nad,” jawab Alina.
“Selamat yah Beb, akhirnya lo dapet laki yang baik gue yakin kali ini Raffa adalah yang terbaik buat lo,” ujar Nadia sambil memeluk sahabat nya itu.
Keduanya menangis terharu, tangisan bahagia yang selama ini diimpikan Alina.
“Acaranya sebentar lagi dimulai lo tunggu sini gue panggil Pak Bayu dulu buat siapin mobil,” ujar Nadia.
Ia bergegas mencari Pak Bayu untuk menyiapkan mobil yang akan di naiki Alina. “Pak Bayu!” teriak Nadia yang mencari di rumah katering.
“Iya, Mbak,” sahutnya dari dalam.
Nadia mengernyitkan dahinya ketika melihat sosok yang menghampirinya itu.
“Pak Bayu kenapa kok, pake masker sama topi tumben,” ucap Nadia heran.
“Iya, Mbak saya lagi kurang sehat,” jawab pria yang mengenal masker dan topi itu.
“Oh gitu, ya sudah sekarang siapkan mobil untuk Alina,” titah Nadia.
“Baik Bu,” jawab pria itu cepat.
Setelah mobil siap, Alina tanpa ragu masuk ke mobil itu sendirian. Dengan senyuman yang merekah di bibirnya.
“Yuk, jalan Pak Bayu,” pinta Alina.
“Baik Bu Alina,” jawab sang sopir.
Mobil itu mulai menjauh meninggalkan rumah Alina.
Sedangkan Nadia, dari rumah katering berlari kencang untuk menghentikan mobil itu sialnya mobil yang dinaiki Alina melaju sangat cepat.
“Tunggu!!” Teriak Nadia, tetapi masih tak bisa menghentikan laju mobil itu. Lalu seorang pria mengejar Nadia dari belakang. “Bagaimana ini Bu Nadia, Bu Alina di culik,” ucap Pak Bayu panik.
Terima Kasih yang sudah membaca jangan lupa like yah.. 🥰
atau ajak raffa seklian
tp aku beda sih dah bilang terakhir yo wes mau SMS mau tlp gk ku anggap kl perlu ganti nmer 😅