NovelToon NovelToon
Hasrat Terlarang Istri Yang Diceraikan

Hasrat Terlarang Istri Yang Diceraikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / One Night Stand / Selingkuh / Cerai / Romansa / Penyesalan Suami
Popularitas:16.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dark Vanilla

"perceraian ini hanya sementara Eve?" itulah yang Mason Zanella katakan padanya untuk menjaga nama baiknya demi mencalonkan diri sebagai gubernur untuk negara bagian Penssylvania.

Everly yang memiliki ayah seorang pembunuh dan Ibu seorang pecandu obat terlarang tidak punya pilihan lain selain menyetujui ide itu.

Untuk kedua kalinya ia kembali berkorban dalam pernikahannya. Namun ditengah perpisahan sementara itu, hadir seorang pemuda yang lebih muda 7 tahun darinya bernama Christopher J.V yang mengejar dan terang-terangan menyukainya sejak cinta satu malam terjadi di antara mereka. Bahkan meski pemuda itu mengetahui Everly adalah istri orang dia tetap mengejarnya, menggodanya hingga keduanya jatuh di dalam hubungan yang lebih intim, saling mengobati kesakitannya tanpa tahu bahwa rahasia masing-masing dari mereka semakin terkuak ke permukaan. Everly mencintai Chris namun Mason adalah rumah pertama baginya. Apakah Everly akan kembali pada Mason? atau lebih memilih Christopher

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dark Vanilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HTIYD - Flashback 2

“E-Everly.” Mason berusaha menahan tubuh istrinya dengan satu tangan, tapi wanita itu menepisnya.

Jantung Everly berdenyut menyakitkan.

Anika. Nama itu tidak asing. Mason pernah bercerita tentangnya—mantan kekasih yang tidak direstui keluarga karena perbedaan status. Mereka sudah berpisah sebelum Mason menikahi dirinya. Setidaknya, itulah yang dikatakan pria itu dulu.

Lalu bagaimana bisa sekarang Mason membawa bayi dari wanita itu?

“Kau bercanda, kan?” lirihnya, berharap ini hanya prank.

Tapi Mason menunduk semakin dalam.

Everly jatuh terduduk di lantai yang dingin. Air matanya mengalir deras. Tangisnya tertahan di tenggorokan, begitu menyakitkan hingga suaranya pun sulit keluar. Dengan susah payah menelan isakannya, ia kembali bertanya.

“Sudah berapa lama?” Suaranya hampir tak terdengar. Tapi ketika kesedihannya memuncak, ia berteriak. “Katakan, sudah berapa lama kau berselingkuh dariku?!”

Bayi di gendongan Mason terkejut, menangis karena suara Everly yang melengking.

Sontak, Mason mengayunnya perlahan, mencoba menenangkan bayi itu.

“Sssh… It’s okay, baby.”

Everly terdiam. Hatinya tercabik-cabik saat melihatnya.

Mason terlihat begitu lembut. Begitu menyayangi anak itu. Menepuk-nepuk pantat mungilnya dengan penuh kasih, seperti seorang ayah sejati.

"Mason—”

“Eve, aku berjanji akan menceritakan semuanya padamu. Biarkan aku menidurkannya di kamar terlebih dahulu.”

Everly tak sanggup berkata-kata lagi. Air matanya kembali jatuh, semakin deras. Melihat rasa sayang pria itu kepada sang bayi.

Everly tak tahu berapa lama ia terduduk di lantai. Hanya suara detak jam di dinding yang terdengar jelas di telinganya, seolah menertawakan waktu yang terasa begitu lambat bergerak.

Pikirannya kosong, namun dadanya terasa sesak.

Saat akhirnya Mason kembali, Everly sudah tak lagi menangis, tapi wajahnya tetap basah oleh air mata yang belum sempat ia seka. Pria itu berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan ekspresi bersalah.

"Eve..." suara Mason terdengar ragu, seolah kata-kata yang akan ia ucapkan selanjutnya bisa membuat segalanya semakin buruk.

Everly tidak menanggapinya. Ia hanya diam, dengan tatapan kosong pada meja makan yang telah ia hias sedemikian rupa untuk makan malam mereka.

Mason melangkah mendekat. Ia ingin duduk di samping Everly, namun wanita itu segera bangkit dan mundur selangkah, menjauh darinya.

"Jangan dekat-dekat," suaranya pelan, tetapi penuh ketegasan.

Mason menelan ludah. Ia tahu, apa pun yang akan ia katakan sekarang mungkin tidak akan cukup untuk menghapus rasa sakit yang Everly rasakan.

"Aku tidak berniat menyakitimu, Eve. Aku... aku juga tidak pernah berencana agar semua ini terjadi."

Everly mengangkat wajahnya, menatap Mason dengan mata memerah.

"Tidak pernah berencana?" ia mengulangi kalimat itu sambil tertawa kecil, sinis. "Lalu apa yang kau lakukan? Terpeleset ke ranjang wanita itu dan tiba-tiba dia hamil?"

Mason terdiam. Tidak ada pembelaan yang bisa ia berikan.

"Berapa lama, Mason?" suara Everly sedikit bergetar, menahan amarah yang terus menggelegak di dalam dirinya. "Kapan kau mulai berhubungan dengannya lagi?"

Mason menghela napas panjang sebelum akhirnya menjawab, "Tahun lalu tapi itu—”

Everly merasakan sesuatu menghantam dadanya begitu keras hingga napasnya tercekat.

"Jadi selama ini aku hanya orang bodoh yang kau nikahi karena kasihan?"

"Tidak, bukan begitu—"

"Lalu apa?!" Everly berteriak, suaranya penuh luka. "Apa aku hanya pengganti yang nyaman bagimu? Seseorang yang bisa kau jadikan istri sementara kau masih tidur dengan mantan kekasihmu?!"

Mason menggeleng, langkahnya maju, ingin menyentuh Everly, tapi wanita itu mundur lagi.

"Aku mencintaimu, Eve. Aku tidak pernah ingin menyakitimu."

"Kau tidak ingin menyakitiku?" Everly terkekeh lagi, tetapi air matanya kembali jatuh. "Tapi kau sudah melakukannya, Mason. Kau sudah menghancurkanku."

Mason terdiam, menundukkan kepala, tal tahu lagi harus mengucapkan apa. Hening merayap di antara mereka.

“Mari kita bercerai Mason.”

“Tidak Eve, kumohon.” Mason ketakutan, menggeleng keras.

“Aku ingin bercerai sekarang juga.”

Mason jatuh berlutut di kaki sang istri. “Everly. Tolong ampuni aku. Aku bersalah. Aku akui aku bersalah. Tapi jangan tinggalkan aku. Jangan ceraikan aku.”

“Aku sudah putus dengannya sebelum aku menikahimu. Namun, setahun yang lalu kami tak sengaja bertemu kembali, hanya beberapa kali .... tidak intens. Dan aku akui saat itu aku diliputi nafsu bodoh hingga melakukannya. Tapi aku berani sumpah hal itu hanya terjadi sekali, Eve. Dan aku… aku tak menyangka, jika itu akan membuatnya hamil.” Dikaki Everly Mason menjelaskan semuanya dengan air mata berurai.

“Everly, hajar aku, maki aku, tapi jangan tinggalkan aku, aku tak bisa tanpamu. Aku mohon sayang.”

“Lalu apa yang harus kulakukan sekarang, Mason. Menerima kau dan anak itu?”

“Everly, Anika tidak menginginkan bayi itu. Dia meninggalkannya, dia datang hanya untuk menyerahkan bayi itu kepadaku, dia bilang aku boleh menitipkannya ke panti asuhan jika aku tidak menginginkannya juga. Jadi aku membawanya ke sini.”

“Lalu kenapa kau tak melakukan itu?”

“Apa?”

“Kau berharap apa dariku? Merawat anak hasil perselingkuhanmu? Apa kau tak punya hati?

Kini Mason yang terdiam dan tertunduk lemas.

“Eve—

“Titipkan anak itu ke panti asuhan. Kalau kau tidak sanggup, cukup ceraikan aku.”

Mason kembali terdiam. Menatap Everly berharap menemukan belas kasihan dari wanita itu. Namun ekspresi istrinya datar dan dingin. Seolah menegaskan bahwa Mason tak punya pilihan lain.

Pria itu berdiri, menyeka air matanya. “Baiklah, beri aku waktu untuk mencari panti asuhan yang cocok untuknya.” ujar pria itu pada akhirnya. Lemas tak berdaya. “Tapi kau harus berjanji akan memaafkan aku, dan tidak meninggalkanku. Aku berjanji tidak akan mengkhianatimu lagi. Ini yang terakhir, Everly. Aku akan berubah. Aku janji.”

Mendengar ucapan Mason, Entah mengapa perasaan janggal menelusup hatinya. Kenapa dia jadi merasa dirinyalah yang jahat?

...(***)...

Everly sama sekali tidak mau membantu merawat bayi itu. Setiap kali mendengar tangisannya, ia menutup telinga rapat-rapat. Setiap kali melihat Mason berjuang sendirian mengganti popok atau menenangkan si kecil yang rewel di tengah malam, ia hanya diam. Bukan karena benci, tapi karena hatinya terlalu sakit untuk ikut terlibat.

Meski begitu, Everly tidak benar-benar membenci bayi itu. Ia hanya terluka setiap kali menatap wajah mungilnya yang mengingatkannya pada Mason dan wanita itu. Wanita yang pernah datang menemuinya untuk memberi selamat atas pernikahan mereka dulu.

Mason, di sisi lain, berusaha sebisanya. Walau kelabakan, ia tetap merawat bayi berusia satu bulan itu seorang diri. Tak sekalipun ia meminta Everly untuk membantunya. Ia memahami perasaan istrinya dan tidak ingin memaksanya menerima sesuatu yang terlalu berat untuk ditanggung.

Namun, ketika tiba hari di mana Mason harus menyerahkan bayi itu ke panti asuhan, Everly mulai merasa gelisah. Sepanjang perjalanan dengan taksi, ia mencuri pandang ke arah suaminya. Mason duduk di sampingnya, memeluk bayi itu erat, menatap wajah mungil itu dengan campuran kasih sayang dan kesedihan yang begitu nyata.

Perasaan aneh menjalar di hati Everly. Rasa bersalah mulai menelusup, menyadarkannya betapa kejam dirinya. Bisakah ia benar-benar membiarkan bayi ini tumbuh tanpa orang tua? Mengirimnya ke tempat asing, padahal ia masih memiliki seorang ayah yang jelas-jelas menyayanginya?

Setibanya di panti asuhan, seorang suster menyambut mereka dengan senyum lembut. Mason bersiap menyerahkan bayi itu ke dalam pelukannya, tetapi sebelum ia sempat melakukannya, Everly menyentuh pundaknya lembut.

"Mason, kau tak perlu melakukan ini."

Mason menoleh dengan ragu. "Eve?"

Everly menelan ludah. Ia bisa menahannya, rasa sakit itu dia yakin bisa menanganinya dan akan sembuh seiring waktu.

"Mari kita rawat dia bersama,” ujar Everly lagi.

Mason terdiam. Matanya mencari kepastian di wajah sang istri. "Tidak, aku tak mau kau tersiksa, Eve. Jangan memaksakan diri hanya karena aku."

"Ini bukan karena kau, Mason." Everly mencoba menata hatinya. "Anak ini tidak bersalah. Dia tidak pantas hidup di panti asuhan sementara dia punya seorang ayah yang begitu menyayanginya."

Mata Mason berbinar. "Everly..."

"Kita rawat dia bersama, hmm?"

Sekelebat kebahagiaan melintas di wajah Mason. Tanpa pikir panjang, ia menyerahkan bayi itu sementara kepada suster, lalu merengkuh Everly dalam pelukan erat.

"Oh Tuhan, Everly... betapa baiknya hatimu." Suaranya bergetar penuh haru. "Terima kasih, sayang. Terima kasih banyak. Aku berjanji tidak akan pernah melakukan kesalahan ini lagi. Aku akan menjadi suami yang lebih baik untukmu."

Everly hanya diam, membiarkan Mason mengecup wajahnya berkali-kali sebagai ungkapan syukur.

Mason mengambil kembali bayinya dari suster, mengecup kening mungilnya dengan penuh kasih. Senyumannya begitu tulus, begitu bahagia.

"Apa kau sudah menyiapkan nama untuknya?" tanya Everly akhirnya.

Mason mengangguk mantap. "Lilly Anne Zanela"

Everly menatap bayi mungil itu, menarik napas panjang. "Hai, Lilly. Aku Everly—"

"Ibu. Dia ibumu, Lilly," ralat Mason cepat dan penuh kebanggaan.

Everly terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Ibu," gumamnya pelan. Diam-diam menyimpan luka yang makin menganga.

...(***)...

"Sejak itu, aku mencoba menerimanya, berperan sebagai ibunya, dan berharap luka ini bisa sembuh. Tapi ternyata tidak, Chris. Aku justru semakin hancur hari demi hari. Setiap kali melihat anak itu, yang terbayang di kepalaku hanyalah perselingkuhan suamiku dan wanita itu. Aku menderita kecemasan yang parah. Bisakah kau bayangkan betapa depresinya aku? Harus berpura-pura bahagia di depan Mason, menjadi ibu yang baik untuk Lilly Anne, sementara di dalam diriku, aku menelan rasa sakit ini sendirian."

Christopher mendengarkan dengan saksama. Sementara itu, Everly telah duduk di tepi ranjang, memeluk lututnya sendiri, seakan berusaha menenangkan dirinya.

"Aku begitu jijik dengan pengkhianatan Mason sampai tubuhku bereaksi terhadapnya. Aku mengalami vaginismus* akibat trauma itu dan harus menjalani pengobatan cukup lama, Chris. Ketika aku akhirnya mulai membaik, aku memutuskan untuk menggunakan pil kontrasepsi agar aku tidak pernah memiliki anak dari pria itu."

Everly menghela napas berat. "Meskipun di mata orang lain kami tampak seperti pasangan yang bahagia, rumah tangga kami tidak pernah kembali seperti dulu. Aku masih mencintainya, tapi setelah semua yang terjadi... hari-hariku hanya sekadar melanjutkan hidup."

Christopher mengalihkan pandangannya ke arah Everly. "Lalu, apa kau akan memaafkannya lagi kali ini?"

Everly menatapnya balik, matanya masih sembab, tapi kali ini ada ketegasan di dalamnya. Sebuah senyum tipis terukir di bibirnya.

"Tidak. Aku akan melepaskannya. Aku siap melepaskannya sekarang."

1
Agus Tina
Ya Tuhan Everly ...
Susanti
nah ini yang bikin gedeg ayo cristoper buktikan kau layak untuk evely
Agus Tina
Oh Everly ... tidak apa2 ... jika memang itu satu2nya jalan untuk membersigkan nama keluargamu lakukanlah Eve .. dan semoga Mason benar2 menepati janjinta ... atau kalau othor bersedia membuat cerita seperti mauku 😏biarlah semuanya terbongkar sebelum Everly dan Madon kembali bersatu ... /Angry/
Agus Tina
Waduuh senakin memperkuat dugaan kalaubkematian ibu chris melibatkan suami dan kekasih gelapnya. Semangat thor ... kutunggu selalu up nya.
Vanilabutter
nggak tau kenapa, dari kemarin yang lolos review hanya chapter 53 , chap 54 masih nyangkut. Padhl chap tidak mengandung cabe. /Frown/
Agus Tina
Menjauhlah untuk sementara Evely, sembuhkan lukamu .. percayalah Cristipher juga terluka sama sepertimu ...
Susanti
kenapa sertiap ada masalah harus lari ke mabuk /Scowl/
Vanilabutter: karena begitulah budaya barat, kita budaya timur gak relate /Smile/
total 1 replies
Agus Tina
Kasihan Everly ... aku harap tabir kematian ibu Cris cepat terbuka biar semua menjdi jelas. Kalau memang ayah Everly bersalah biarkan ia peegi dan mengobati kembali luka yg datang padanya. Tapi kalau ini hanya sekedar konspirasi biarkan mereka bahagia san berikan balasan pada orang2 yg sudah begitu kejam membuat Eve menderita sekian lama ....
Safa Almira
suka
Agus Tina
Aku bingung ... up thor
Agus Tina
Aah ... semakin rumit. Lanjut up thor ...
Agus Tina
Rumit, kasihan Everly ... juga Cris. Dua orang yg sama2 berusaha menyembuhkan luka masa lalu ...
Agus Tina
Konflik yg lebih berat muncul. Semoga Christopher dan Everly bisa melalui badai ini. Aku yakin ada konspirasi dibalik kematian ibu Cristopher ...
Ditunggu upnya thor ...
Agus Tina
Masalah baru datang ... Everly semoga semua masalah berat berlalu dari hidipmu Everly ....
Agus Tina
Lily Ane gadis yang pintar, dia pasti mau mengerti keadaan keluarganya kini. Tinggal menunggu bom waktu masalah antra Cris dan keluarganya yang bisa saja ada kaitannya dengan Everly disana. Semangat thor selalu kutunggu bab selanjutnya ....
Agus Tina
Mason kenapa jahat sih, kenapa kamu harus datang lagi dengan mwnggunakan Lily Ane sebagai alasan? kasihan Everly hanya menjadi penopang disaat kau terluka, kesusahan
Agus Tina
Kasihan Lily Ane, thor biarkan Everly dg Cris tapi jangan buat Lily Ane membencinya ... Everly akan sangat hancur jika bayi yg dirawatnya berubah membencinya ...
Metana
bagus kata-katanya aku suka/Smile/
Agus Tina
Kopi untukmu ya thor biar tidak ngNtuk dan rajin upnya
Vanilabutter: makasih banyak ya dukungannya /Heart/
total 1 replies
Agus Tina
Menyesal kan sekarang? Belum nanti saat putrimu merindukan everly. Apa yg akan jamu lakukan Mason?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!