Seorang pengasuh di tempat penitipan anak menarik perhatian si kembar akan kebaikan hatinya.
"Ayah, kami ingin ibu pengasuh itu menjadi ibu kami."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 'Reservasi baju'
Hari ini Luna dan Revan mengunjungi butik untuk pengukuran baju pernikahan. Beberapa butik di kunjungi. Revan tak menyukai model-model bajunya.
Luna telah merasa jenuh dengan Revan ini. Lelaki ini tak dapat Luna perkirakan. Dia ingin kembali ke rumah. Tak ingin terlalu lama lagi. Sudah lima jam berputar-putar mencari pakaian yang cocok untuknya saja. Bahkan si kembar juga mulai jenuh dengan tingkah ayahnya ini.
"Ayah, ini sudah butik yang ke lima. Kenapa belum ada satu pun yang ayah inginkan?" tanya Rara kesal.
"Iya sayang, tahanlah. Ayah juga sekalian ingin mencari baju untuk kalian berdua. Kita harus memakai baju yang sama."
"Tapi ayah, Rara sudah lapar. Perut Rara dari tadi sudah bunyi," rengek gadis kecil itu.
"Kita cari makan saja dulu. Sepertinya anak-anak sudah tampak lapar. Bajunya bisa kita cari nanti saja. Hari pun masih banyak," usul Luna akhirnya.
Ia merasa kasihan dengan wajah cemberut Rara dan Keano. Ia merasa kedua anak itu sudah merasa bosan. Apalagi ini sudah kesekian kalinya butik yang mereka kunjungi.
"Hore! Kita ke restoran Eropa saja, Ayah!" sorak Rara dengan gembira.
"Baiklah."
"Rara duduklah dengan tenang. Takutnya kamu jatuh ke bawah, lalu kepala kamu terbentur jok itu," tunjuk Keano pada jok tengah antara dua kursi depan.
"Iya, aku juga tahu, Keano," balas Rara dengan cemberut.
Mobil kembali melaju menuju ke restoran yang diinginkan oleh anak-anak.
Mereka telah sampai di restoran, melakukan reservasi. Dan langsung di bawa oleh pelayan menuju meja mereka.
"Silahkan, Tuan."
Memesan makanan, dan menunggu pesanan tiba. Luna merasa tidak enak setelah melihat-lihat harga yang tertera. Ia sedikit syok melihatnya. Harganya benar-benar di luar kantong nya.
"Saya pesan, nasi goreng spesialnya saja."
Beruntunglah ada menu nasi goreng di restoran ini. Luna menutup buku menu dan menunggu pesanan.
"Kenapa hanya memesan itu saja? Apa anda tidak tertarik dengan menu yang lainnya?" tanya Revan.
Luna menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan begitu. Saya hanya ingin memakan ini saja."
Revan menganggukkan kepalanya mengerti. Makanan pun telah datang, dan kami memakannya dengan tenang.
Luna melihat Rara dan Keano makan belepotan. Ia mengambil kain miliknya, dan membersihkan bibir mereka berdua secara bergantian. Rara dan Keano tersenyum, Luna juga ikut tersenyum.
"Terima kasih, Ibu Luna," ujar mereka girang.
"Sama-sama. Makanlah dengan hati-hati. Jangan terlalu terburu-buru, ya. Takutnya keselek makanan."
"Baik, bos."
Setelah makan selesai, mereka kembali menuju butik. Luna berharap, ini adalah butik terakhir yang mereka jumpai.
Pemilik butik itu membawa mereka kedalam, dan menunjukkan beberapa desain yang mereka miliki.
Luna diminta Revan untuk mencoba desain-desain itu. Desain pertama ia kenakan. Ia keluar dari ruang ganti.
"Bagaimana?" tanya pemilik butik.
"Rara, Keano, bagaimana menurut kalian?"
Keduanya menggeleng tak suka dengan baju itu. Revan juga menggelengkan kepalanya. Luna kembali ke dalam untuk mencoba beberapa desain yang lain. Tapi, lagi dan lagi mereka menggelengkan kepalanya serentak. Luna kesal, bagaimana selera mereka bertiga bisa sama?
Luna sudah bete, ia kembali kedalam untuk mencoba desain baju yang terakhir. Ia keluar dan menunjukkan pada mereka.
"Bagaimana?" tanya Luna yang telah bete.
Revan menatap tak berkedip. Ia terpesona dengan kecantikan Luna. Ia berdiri dan menghampiri gadis itu.
Luna kaget, tiba-tiba Revan berjalan mendekatinya. Yang lebih mengagetkannya lagi, Revan menarik pinggang Luna dan membuat Luna mendekat padanya.
Luna langsung mengalungkan tangannya ke leher Revan. Ia menatap lelaki itu kaget. Apa yang sedang dilakukan lelaki ini?
"Ayah! Apa yang ayah lakukan?" teriak Rara kesal.
Revan sadar, ia segera melepaskan tangannya dari pinggang Luna dan kembali ke belakang. Rara dan Keano menatap ayah mereka tak suka.
"Saya menginginkan baju itu. Kemaskan, dan hantarkan sebelum di tanggal 14 Februari, di kediaman Juanda."
"Baik, Tuan."
Kini, baju Revan dan anak-anak yang dipilihkan. Setelah semuanya selesai, mereka kembali ke rumah.
Luna turun dari mobil. "Terima kasih untuk hari ini," ujarnya.
"Iya, saya juga berterima kasih pada anda."
"Bye-bye, Ibu Luna!" Rara dan Keano melambaikan tangan mereka pada Luna hingga keberadaan Luna tak terlihat lagi.
Luna melangkah masuk kedalam, dan memasuki kamarnya. Ponselnya berdering menandakan pesan baru masuk.
Luna membuka ponselnya untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan. Rupanya nomor baru.
+628xxxxxxxxxx
|Luna, ini aku, Aldo
|Kitten yang kamu hantarkan waktu itu telah pulih
|Kamu boleh menjemputnya
|Jika terasa sulit, aku bisa mengantarkannya ke rumahmu
|Kirimkan saja alamatnya kesini
Me
|Tidak usah
|Biar saya saja yang menjemputnya kesana
Aldo
|Baiklah
Luna melepaskan ponselnya dan meletakkannya di atas ranjang. Ia memasuki kamar mandi untuk berbenah.
Hari ke 12 sebelum hari pernikahan telah berakhir.
...To be continue...
Luna juga nggak ngarep perlakuan sok romantis mu /Pooh-pooh//Pooh-pooh//Pooh-pooh/
Nikah... tapi kayak nggak d hargain😭sedih sich 😜🤭menurut ku. Walau nggak saling mengganggu tapi kalo status istri itu berat banget, kalo status suami mau lirik"mah biasa ya. 😏🤔Tapi menurut ku sich ya