Gadis Bisu Milik Sang Raja

"Aku hamil anakmu!!"

Frans terdiam. Begitu juga Laura yang kini berada di atas ranjang besar.

"Aku hamil anakmu! Dua bulan aku bertahan di sarang penculik itu dalam kondisi hamil. Begini balasanmu?!" Ucap Mawar dalam bahasa isyaratnya.

"Setiap malam aku berdoa. Aku berharap kedatanganmu untuk segera menjemputku. Aku mengabaikan semua perasaan buruk yang mulai meragukan mu di pikiranku. Tentang kau yang mengabaikan pesanku. Tentang kau yang tak kunjung datang. Juga tentang foto fotomu bersama wanita lain yang ternyata adalah dia!" Ucap Mawar dengan menunjuk Laura di akhir kalimatnya.

"Satu dalam keyakinanku. Aku yakin kau adalah laki-laki baik yang sudah Tuhan kirimkan untukku. Kau adalah suami terhebat yang sangat menyayangiku. Aku yakin suatu saat kau akan datang menjemputku. Aku rela disiksa. Aku rela dimaki-maki. Aku rela direndahkan oleh orang-orang yang begitu membencimu!"

"Aku tidak peduli omongan mereka yang mengatakan bahwa kau sudah memiliki wanita lain di luar sana. Karena aku yakin, aku jauh lebih mengenalmu!"

Air mata itu luruh di tengah wajah yang terlihat murka.

"Tapi sekarang?" Mawar menggelengkan kepalanya. "Tega kalian semua!"

Frans memalingkan wajahnya. Ia nampak mengusap wajahnya melihat tangisan wanita itu.

"Lalu bagaimana bisa kau mengatakan bahwa anak ini adalah anakku?!" Tanya laki laki itu kemudian.

Mawar terkejut. Ia nampak menggelengkan kepalanya seolah tak menyangka dengan ucapan laki laki itu.

"Apa maksudmu?!" Tanya Mawar.

"Dua bulan kau tinggal bersama laki laki itu, Mawar. Aku sudah mengenal dia sejak lama, Mawar! Dua bulan kalian tinggal seatap. Dari mana aku bisa yakin bahwa kalian tidak melakukan hal yang tidak tidak di dalam rumah itu tanpa sepengetahuanku?! Saat kau pergi kau belum hamil. Saat kau pergi kau belum mengandung! Dan sekarang, setelah dua bulang berlalu kau datang, kau mengatakan bahwa kau hamil anakku?! Bagaimana aku bisa percaya? Bagaimana aku bisa yakin bahwa itu anakku, bukan anak Raja?!"

Plaaakkk.....

Mawar menampar pipi itu lagi. Tega sekali laki-laki itu berkata demikian! Apa ia pikir Mawar adalah wanita murahan yang bisa dengan gampangnya memberikan tubuh untuk laki-laki lain? Padahal ia setengah mati menjaga kehormatannya untuk Frans. Setengah mati ia menjaga agar tubuhnya tidak tersentuh oleh Raja di tengah berbagai tekanan yang laki-laki itu berikan.

Tapi lihat apa balasan Frans sekarang. Tega-teganya ia meragukan kehamilan Mawar! Tega-teganya ia berpikir bahwa Mawar pernah bermain api dengan Raja. Padahal ia sudah mati matian menjaga kehormatannya untuk Raja. Tidak ada satu laki-laki pun yang Mawar izinkan untuk menjamah tubuhnya selain laki laki di hadapannya.

"Kau bisa saja mengatakan bahwa ini anakku, Mawar. Tapi aku, bagaimana aku bisa yakin anak ini adalah darah dagingku sedangkan dua bulan kau tinggal bersama laki laki lain?? Bagaimana aku bisa percaya jika kau tidak pernah tidur bersama Raja. Sedangkan aku sendiri tahu seperti apa Raja itu!"

Mawar makin menangis. Bukan hanya sedih. Tapi juga sakit hati. Ucapan itu benar benar melukai perasaannya.

"Kau sudah mengetahui semuanya sekarang. Kau sudah mengetahui semua tentang aku dan Laura. Aku juga sudah mengetahui tentang kehamilan mu."

"Aku minta maaf jika aku tidak bisa seperti yang kau harapkan. Jika memang kau sedang hamil, aku mengerti."

Frans nampak mengangkat dagunya. "Aku mengizinkan kau tetap tinggal di rumah ini sampai anak ini lahir. Setelah itu, kita bisa mengurus surat cerai kita!"

"Aku akan tetap memberikan nafkah untuk anak ini jika memang kau bisa membuktikan bahwa ini adalah anakku. Tapi jika ternyata anak ini bukan darah dagingku, maka jangan pernah kau berharap untuk mendapatkan satu sen pun uang dariku setelah itu!"

Mawar nampak menggelengkan kepalanya seolah tak menyangka dengan ucapan suaminya.

"Ucapanmu benar-benar kotor!" Ucap Mawar dalam bahasa isyarat nya. "Asal kau tahu, tidak ada satupun laki-laki dunia ini yang pernah menyentuhku selain kau."

"Aku tahu kau memang menjijikan. Aku tahu sekarang bahwa kau bisa tidur dengan wanita manapun yang kau mau meskipun itu bukan pasanganmu. Tapi jangan pernah samakan aku dengan kau! Aku tidak serendah itu! Aku tidak sekotor itu! Dan aku tidak sama dengan selingkuhanmu yang rela memberikan tubuhnya untuk laki-laki yang jelas jelas bukan suaminya. Termasuk suami dari orang yang sudah menolongnya sekalipun!"

"Aku tidak butuh pengakuanmu atas anak ini sekarang. Awalnya aku datang ke sini untuk memberitahumu tentang kabar bahagia ini. Awalnya aku datang kemari untuk melampiaskan rasa rinduku."

"Aku baru pulang dari rumah sakit. Aku hampir mati dan keguguran setelah menahan segala siksaan dari orang yang sangat membencimu itu. Aku pikir saat aku tiba di rumah kau akan menyebutku dengan pelukan hangat yang sangat aku rindukan itu."

"Tapi ternyata aku salah! Kau justru memberikan kejutan yang tidak pernah aku duga sebelumnya!"

"Tapi tidak masalah! Tidak apa-apa! Akhirnya sekarang aku sadar bahwa selama ini aku salah menilai mu. Tuhan membuka mataku dengan menunjukkan siapa kalian sebenarnya. Kau tidak perlu repot-repot mengeluarkan uangmu untuk ku dan anakku. Kau tidak perlu repot-repot menampungku lagi di rumah ini. Aku akan pergi. Aku tidak akan mendekatimu, aku tidak akan mencari mu, dan aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku lagi di rumah ini!"

"Silahkan kalian bersenang-senang dengan pengkhianatan kalian! Aku akan bahagia dengan calon anakku meskipun aku tidak memiliki suami sepertimu! Dan aku tidak akan pernah menyesal dengan pilihanku ini."

Mawar menoleh ke arah Laura. "Satu-satunya penyesalan dalam hidupku adalah, pernah memberikan makan anjing jalanan yang kelaparan. Namun pada akhirnya ia menerkam ku dari belakang!" Ucapnya lagi sembari menatap tajam ke arah Laura yang terdiam.

Wanita bisu itu menatap ke arah Frans dan Laura secara bergantian. Ia kemudian berbalik badan dan bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.

Mawar memilih untuk meninggalkan istana itu. Pergi dari tempat yang dulu terasa nyaman baginya.

Ia sadar, ia sudah tidak diperlukan lagi. Ia sadar, ia sudah dibuang. Kini saatnya ia kembali ke asalnya. Menjadi wanita sederhana, yatim piatu yang tidak memiliki apa-apa dan siapa-siapa.