Raya yang baru saja melakukan ujian nasional, mendapatkan musibah saat akan datang ke tempat tinggal temannya. Kesuciannya direnggut oleh pria tak dikenal. Raya memutuskan untuk melaporkannya ke polisi. Bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun ancaman. Tidak hanya sampai di situ saja, dia dinyatakan hamil akibat insiden itu. Lagi-lagi bukannya keadilan yang dia dapatkan, namun perlakuan buruk yang dia terima.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ROZE, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 Harapan
"Kamu tidak pergi bekerja?"
"Tidak. Aku di ... pecat."
"Hah? Dipecat? Bagaimana bisa?"
"Ck. Kontrak kerjaku tidak diperpanjang. Ya, pokoknya begitulah. Aku kan hanya pekerja freelance di sana. Jadi ... ya, seperti itu."
"Kenapa mereka bisa seenaknya seperti itu?"
"Sudahlah, biarkan saja. Mungkin ini juga teguran karena aku terlalu sering menelantarkan Rean dan Rion. Aku bisa mencari pekerjaan yang lain. Atau jika belum mendapatkan pekerjaan di kantoran, aku bisa bekerja di kafe, yang waktunya tidak sepadat bekerja di kantor."
Nina menatap iba pada Raya. Ada saja ujian untuk perempuan di hadapannya itu.
"Aya ...."
"Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Aku bekerja di kantor, selain karena gajinya yang lebih banyak, juga agar aku punya pengalaman kerja, dan syukur-syukur aku bisa langsung bekerja di sana setelah lulus. Tadi malam, aku berpikir banyak, kalau terlalu ambisi juga malah menyakiti Rean dan Rion yang masih kecil. Yang masih membutuhkan perhatian dariku. Jadi, aku akan memanfaatkan waktu luang ku untuk bersama Rean dan Rion."
Ya, meskipun hati masih ketar-ketir karena memikirkan pemasukan yang terputus begitu saja. Raya harus memiliki banyak alternatif agar bisa kembali memiliki pemasukan untuk biaya hidup Rean dan Rion.
Selagi menunggu pergi ke kampus, Raya memandikan Rean dan Rion, walau kedua anak itu sebenarnya bisa mandi sendiri karena sudah terbiasa dan sangat mandiri. Raya juga memilihkan dan memakaikan baju Rean dan Rion.
"Mommy kuliah dulu, ya. Nanti setelah selesai kuliah, mommy langsung pulang."
"Mommy gak kelja?"
"Enggak."
Raya mengecup kedua pipi Rean dan Rion.
Raya tiba di kampusnya. Masih ada waktu lima belas menit sebelum mata kuliah pertama dimulai.
Raya duduk di taman, membaca buku dengan serius.
Ponselnya berbunyi, ada email masuk yang memberi tahu untuk melakukan interview. Raya sedikit merasa lega. Ya meskipun baru panggilan untuk interview saja, setidaknya dia memiliki sedikit harapan untuk kembali bekerja dengan cepat.
Raya segera membalas email untuk untuk konfirmasi kehadirannya saat interview nanti.
Raya menepati janjinya untuk pulang setelah selesai kuliah. Waktu masih menunjukkan pukul empat sore. Dia memasak untuk makan malam, setelah itu mulai menyicil bahan-bahan untuk dijadikan skripsi. Bahkan dia sudah mempelajari mata kuliah untuk tingkat atas.
Dia juga membuat beberapa rancangan, sebagai koleksinya yang mungkin suatu saat nanti benar-benar akan digunakan. Bisa saja nanti dia bekerja di perusahaan besar yang bergerak di bidang konstruksi bangunan atau perusahaan properti.
Jenia sedang menghubungi temannya, yang rencananya akan melakukan perjodohan dengan Keanu. Perempuan paruh baya itu begitu antusias untuk mempertemukan anak mereka. Namun dia tetap harus berada di sini karena suami dan anaknya juga ada di sini. Perempuan sosialita itu terlihat masih cantik di usianya sekarang.
Dia akan lebih senang jika anak laki-laki satu-satunya itu menikah dengan perempuan pilihannya.
Diminum teh yang masih hangat dengan gaya anggun.
Sementara itu di tempat lain, Justin sibuk dengan pekerjaannya. Meskipun sebenarnya dia sedang tidak fokus saat ini. Banyak hal yang dia pikirkan. Mengingat kalau Keanu ternyata memiliki dua anak laki-laki, yang selama ini disembunyikan, membuat dia kembali teringat masa lalu.
Pria tua itu menyenderkan tubuhnya di kursi kerjanya. Memejamkan matanya dan melonggarkan dasinya. Wajahnya masih terlihat tampan, meski selalu bermuka dingin dan tegas. Tidak ada satu orang pun yang tahu, apa yang sebenarnya pria itu pikirkan dan rasakan.