Di jebak oleh sahabat nya sendiri tepat di malam pertunangan nya, membuat Anastasya di tinggalkan oleh calon tunangan nya kerena terpergok di dalam kamar hotel bersama seorang pria yang ternyata adalah Housekeeping di hotel tempat nya menggelar pesta pertunangan.
Pria miskin yang bekerja di bawah suruhan orang, harus menjadi suami nya karena kejadian tersebut.
Seperti apa kisah mereka? Dan bagaimana kelanjutan nya?
Ayo ikuti hanya di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Seorang Penggemar
Di dalam mobil nya, senyum Luca tak kunjung pudar sejak keluar dari rumah nya. Walaupun terselip rasa tidak tenang karena harus jauh dari Ana selama beberapa hari, tetapi setidaknya tanda yang ia buat sebelum nya mampu sedikit menenangkan nya.
Sedangkan Alex di depan sana yang duduk di sebelah sopir, ia terus melirik sang bos lewat kaca spion hingga akhirnya mata kedua nya bertemu.
"Ekhem" Luca belum dehem dan sedikit menetralkan ekspresi wajah nya walaupun kedutan di sudut bibir nya terus mengajak diri nya untuk tersenyum. "Ada apa Alex?" Tanya nya lembut.
Alex terhenyak sesaat, begitu pun dengan sang sopir yang hanya bisa menjadi patung di antara kedua nya.
"Em,, tidak tuan" Jawab Alex kembali meluruskan pandangan nya.
"Katakan saja, aku tidak akan marah khusus untuk hari ini" Paksa Luca.
Mendengar itu di tambah dengan sikap Luca yang meyakinkan lantas Alex pun memiringkan tubuh nya dan menatap Luca secara langsung.
"Ternyata anda cukup ganas 'ya tuan?" Ujar polos Alex yang mengingat beberapa bekas kissm*rk di leher bagian depan dan samping Ana.
Bukan nya marah atau merasa malu tetapi Luca malah memunculkan senyum sombong nya. "Kau tau siapa aku, Alex" Ujar nya singkat seraya merapihkan dasi nya.
Alex mengangguk-angguk, tentu ia tau seperti apa Luca karena Alex lah asisten satu-satu nya yang setia di sisi Luca dari mulai pria itu merintis bisnis nya.
"Benar-benar di luar ekspetasi, dalam waktu sesingkat itu anda berhasil menciptakan beberapa tanda itu" Ucap Alex seperti pujian.
Luca kembali berdehem. "Kau sengaja melirik leher istri ku huh?" Seru nya terkesan marah.
Melihat itu Alex jadi panik, lantas kepala nya menggeleng cepat dengan kepala menunduk tidak berani menatap Luca. "Bukan begitu tuan, tapi--"
"Gapapa, aku bangga karena kau orang pertama yang melihat hasil mahakarya ku" Potong Luca yang langsung mengutak-atik handphone nya.
Ting!
Pandangan Alex terangkat begitu mendengar notifikasi dari handphone nya. Lantas ia melihat nya dan mata nya seketika di buat melotot.
"Tuan.. Ini.."
"Bonus untuk mu, anggap saja sebagai hadiah karena memuji mahakarya ku" Sombong nya yang langsung bersandar dan memejamkan mata nya dengan senyum yang kembali terukir di wajah tampan nya.
Mulut Alex di buat menganga tidak percaya, segampang ini ia mendapatkan bonus sebesar tiga juta dolar yang biasa nya nominal seperti ini harus ia dapatkan dengan lembur setengah bulan.
"Terima kasih tuan, anda benar-benar baik dan murah hati" Puji Alex semakin menjadi, senyum terpatri di wajah nya yang biasa nya selalu terlihat datar.
"Hm" Luca hanya berdehem menanggapi pujian basi seperti itu, sebelah tangan nya terus memeluk tas berisi beberapa pakaian nya yang sebelum nya Ana pilihkan.
Padahal di bagasi mobil ada sebuah koper besar yang sudah Alex siapkan, dimana di dalam koper itu berisi perlengkapan Luca.
Alex kembali membenarkan posisi duduk nya, mata nya berbinar menatap layar handphone nya lebih tepat nya saldo rekening nya yang bertambah segampang ini.
Hal itu pun mampu membuat sang sopir menghela napas dalam diam. "Ingin rasa nya aku ikut memuji kelakuan tuan, tetapi aku hanya berhak diam menjadi patung. Siall!" Batin nya mengumpat kesal.
*
*
Sedangkan Ana yang baru saja berhasil menutupi satu tanda kepemilikan yang Luca tinggal kan di buat menggeram kesal dalam hati saat lagi-lagi seorang pelanggan datang.
Dengan penuh kesabaran Ana merapihkan rambut nya untuk menutupi tanda itu dan bangun dari posisi nya yang semula berjongkok di bawah meja kasir.
"Astaga" Seru kaget pelanggan itu saat melihat Ana tiba-tiba muncul.
"Eh, maaf nona" Ujar sopan Ana menunduk sesaat sebelum akhirnya mengangkat pandangan nya. "Selamat datang, ada yang ingin anda pesan?"
"Ana?" Gumam wanita itu dengan tatapan tidak percaya.
Sedangkan Ana langsung diam dan menarik topi khas kedai itu untuk menutupi kening dan mata nya.
"Benar 'kan, kamu Ana. Anastasya" Ulang wanita itu terdengar begitu bersemangat yang membuat Ana berani mengangkat kembali pandangan nya dengan tangan yang meremat meja kasir.
"Benar nona" Jawab Ana, tersenyum begitu manis.
"Kyaa!! Demi apa aku bertemu artis favorit ku di tempat ini!!" Pekik nya membuat beberapa pelanggan yang menikmati kopi di kedai itu menoleh.
Ana menggaruk kepala belakang nya canggung, namun senyum di wajah nya tak juga luntur.
"Boleh aku meminta tanda tangan?" Tanya wanita muda itu menyodorkan spidol yang entah dari mana karena Ana tidak memperhatikan nya bersamaan dengan tas yang semula berada di punggung nya.
"Boleh" Jawab Ana mengambil alih spidol tersebut. "Di sini?" Tunjuk nya pada tas wanita itu.
"Hum di situ, yang besar ya biar teman-teman ku iri" Jawab nya semangat.
Ana menggeleng pelan dan terkekeh kecil, seperti nya wanita muda di hadapan nya seorang mahasiswi atau mungkin siswi.
Setelah menandatangani tas wanita itu Ana kembali menyerahkan tas beserta spidol nya, rasanya sudah lama ia tidak di mintai tanda tangan seperti ini semenjak ia keluar dari dunia hiburan.
Di saat Ana tengah larut dalam pikiran nya dengan mata yang menatap wajah berbinar wanita di depan nya.
Tanpa sadar wanita itu sudah melambaikan tangan nya dan memanggil-manggil nya. "Hei, kak"
Ana menerjab. "Eh iya?"
"Aku ingin berfoto dengan mu, apa boleh?"
Berpikir sejenak pada akhirnya kepala Ana mengangguk kemudian wanita itu keluar dari wilayah kasir.
"Kamu tidak malu berfoto dengan ku?" Tanya Ana saat melihat wanita itu mulai membuka kamera di handphone nya.
"Malu? Malu kenapa"
Ana terdiam mendengar itu namun senyum terus terukir di bibir nya. Sedangkan wanita di depan nya yang melihat gelagat Ana pun langsung mengerti.
Dengan ragu wanita itu menggenggam sebelah tangan Ana membuat sang pemilik tangan menatap nya serius.
"Aku sebagai penggemar sejati mu, tidak peduli dengan rumor atau berita itu. Dan bukan hanya aku, teman-teman aku pun begitu dan asal kamu tau kami sangat merindukan mu"
Mata Ana berkaca-kaca namun ia belum mengeluarkan sepatah kata pun.
"Walaupun kamu menghilang begitu saja sejak ada berita itu, setidaknya beri satu postingan atau story di media sosial mu. Kami sangat merindukan dan menunggu mu"
Ana tertegun, kepala nya mengangguk pelan. "Aku ingin seperti itu, tapi aku takut banyak yang menghujat ku"
"Abaikan itu dan pikirkan saja kami yang menunggu kabar dari mu. Karena dari kamu, kami dapat belajar banyak hal terlebih lagi dalam hal mempercantik diri"
Ana tak mampu berkata-kata lagi, kini dengan senyum manis nya wanita itu sedikit membungkuk. "Ayo kita foto dan buat teman-teman mu iri" Ajak nya tak kalah semangat.
...****************...