SAYANG

Pesta resepsi pernikahan antara Alex dan Sherin akhirnya selesai. Itu membuat Sherin merasa sangat lega karena akhirnya bisa mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu sangat lelah karena harus berdiri dengan waktu yang begitu lama di pelaminan bersama Alex.

“Kamu jangan harap aku akan menerima pernikahan ini Sherin. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah bisa mencintai kamu. Asal kamu tau, yang aku cintai sampai detik ini masih tetap Lena.” Ujar Alex dengan sangat tegas dan sedikitpun tidak memikirkan bagaimana perasaan Sherin.

Sherin hanya diam saja. Sherin malas jika harus berdebat dengan Alex. Selain karena tubuhnya yang sedang sangat lelah. Sherin juga paham Alex tidak akan pernah mau disalahkan. Bahkan setelah apa yang dia lakukan Alex masih berharap bisa bersama dengan Lena.

“Ingat untuk tidak mencampuri urusanku. Karena kalau sampai kamu mencampuri urusanku, kamu akan tau sendiri akibatnya.” Ancam Alex.

Sherin memejamkan kedua matanya. Sherin mengerti, masuk ke dalam kehidupan keluarga Smith bagaikan masuk ke dalam lembah penderitaan. Namun itu memang adalah konsekuensi dari keputusan yang dia ambil. Sherin berharap meski nanti kehadirannya tidak akan pernah di anggap, tapi setidaknya jika nanti anaknya lahir dia akan mendapat pengakuan dari keluarga Smith. Mungkin Alex akan susah menerimanya, tapi Sherin yakin tuan dan nyonya Smith tidak demikian. Mereka pasti akan menerima cucunya dengan penuh suka cita.

Beberapa menit kemudian mobil pengantin Sherin dan Alex sampai tepat di depan kediaman mewah keluarga Smith. Alex segera turun dari mobil tanpa memperdulikan Sherin yang masih berada di dalam mobil. Pria itu melangkah dengan cepat masuk ke dalam kediaman mewah keluarganya.

“Huft.. Sabar Sherin. Inilah yang harus kamu hadapi. Yakin lah, Tuhan selalu ada untuk menolong makhluknya.” Batin Sherin berusaha untuk tegar.

Sherin kemudian perlahan turun dari mobil tersebut. Bahkan di acara pernikahannya satupun keluarganya tidak ada yang hadir. Semua itu tentu saja karena mereka yang sangat kecewa pada Sherin karena hamil di luar nikah. Di tambah mereka juga tidak setuju Sherin menikah dengan Alex yang memang sudah di ketahui oleh ayah Sherin suka bermain wanita.

“Kamu tau kan tempat kamu kembali kalau kamu tidak bahagia dengan si brengsek itu Sherin.” Begitu terakhir kali ayahnya berkata sebelum Sherin keluar dari rumahnya untuk pindah tinggal di kediaman mewah keluarga Smith.

Pelan pelan Sherin melangkahkan kakinya masuk ke dalam kediaman keluarga barunya itu. Sekujur tubuhnya terasa sangat lelah bahkan seperti remuk terutama di bagian pinggangnya. Berdiri dengan waktu yang lumayan lama memang cukup menguras tenaga Sherin. Apa lagi sekarang adalah masa masa di masa Sherin harus banyak beristirahat karena kandungannya yang masih sangat muda.

Begitu sampai di kamar pengantinnya dengan Alex, Sherin pun meraih handle pintu dan memutarnya bermaksud untuk membuka pintu tersebut. Namun pintu itu sama sekali tidak bisa dia yang artinya pintu itu dikunci dari dalam.

Sherin menghela napas dengan di sertai decakan pelan. Sherin tau pasti Alex sengaja melakukannya agar Sherin tidak bisa masuk ke dalam.

Malas jika harus mencari masalah dengan Alex yang sangat egois itu, Sherin pun memutar tubuhhya dan melangkah menuju kamar tamu. Kamar yang biasa dia tempati selama tinggal di kediaman mewah Smith. Sherin benar benar sudah tidak tahan ingin merebahkan tubuhhya yang terasa remuk itu.

Tepat setelah Sherin masuk ke dalam kamar, mobil tuan dan nyonya besar Smith sampai dan berhenti tepat di samping mobil pengantin Alex dan Sherin.

Nyonya besar Smith menghela napas berat membuat tuan Smith menoleh padanya.

“Kenapa mah?” Tanya tuan Smith dengan suara pelan. Pria bersetelan jas hitam itu menatap wanita yang sudah bertahun tahun menemaninya dan selalu berada disisinya dimanapun dan kapanpun dirinya berada.

“Mamah khawatir Alex akan berbuat yang tidak tidak pada Sherin pah.. Papah liat sendiri kan tadi saat di pesta resepsi pernikahan? Alex terlihat sangat tidak perduli pada Sherin.”

Tuan besar Smith terdiam sesaat. Meski masa mudanya juga begitu brutal dan suram, namun tuan besar Smith merasa masa mudanya dengan masa Alex sekarang sangat lah berbeda. Alex begitu keras dan sangat susah untuk di atur. Berbeda dengan dirinya yang seperti itu karena merasa kurang di perhatikan oleh kedua orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Sementara Alex, dia tidak pernah kekurangan kasih sayang karena kemanapun tuan dan nyonya Smith pergi Alex selalu ikut serta. Alex selalu di limpahi perhatian dan kasih sayang dari tuan dan nyonya besar Smith.

“Sabar ya mah.. Semuanya kan butuh proses.. Percaya sama papah, Alex tidak akan berani macam macam sama Sherin selama kita berdua terus mengawasi dengan baik.” Tuan besar Smith mengusap lembut bahu istrinya dengan penuh perhatian berharap istrinya bisa lebih sabar menunggu perubahan baik putra tunggal mereka. Tuan Smith selalu percaya bahwa Tuhan pasti akan membalikan hati putranya yang saat ini begitu keras menjadi lembut dan penuh pengertian.

“Ya pah.. Semoga secepatnya Alex bisa berubah ya pah.. Mamah nggak mau Alex hidup menderita pada akhirnya karena sikapnya sendiri.”

“Ya mah.. Ya udah yuk, lebih baik sekarang kita masuk. Kita istirahat. Capek banget kan seharian ini menemui para tamu undangan?” Senyum tuan besar Smith.

Nyonya besar Smith hanya menganggukkan kepalanya saja. Mereka berdua kemudian turun dari mobil secara bersamaan dan masuk ke dalam rumah secara beriringan.

Ketika melewati kamar pengantin Alex dan Sherin nyonya besar Smith berhenti melangkah. Wanita itu menatap pintu bercat coklat gelap yang tertutup rapat itu sendu. Dia berharap Sherin dan Alex sedang bersama sekarang.

“Mah.. Ayo...” Ajak tuan besar Smith yang tidak mau jika istrinya terlalu menikirkan hubungan Alex dan Sherin yang memang sudah jelas terlihat tidak sehat itu.

“Iya pah..” Angguk nyonya besar Smith.

Mereka berdua kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mereka untuk beristirahat sore itu.

Sementara Alex, di dalam kamar pengantinnya dengan Sherin, Alex terus memandangi photo Lena di ponselnya. Pria itu masih saja tidak menyadari letak kesalahannya dan masih berharap bisa memiliki Lena seutuhnya. Alex bahkan tidak perduli dengan siapa sekarang Lena hidup. Alex sama sekali tidak merasa gentar meski harus berhadapan dengan Erlan. Rekan bisnisnya yang adalah orang yang terkenal kaya dan mapan di usianya yang masih muda itu. Bahkan Erlan juga mampu mengembangkan bisnis keluarga yang di tekuninya menjadi beberapa cabang dalam satu kota. Suatu prestasi yang juga di akui oleh hampir setiap pembisnis termasuk Alex sendiri.

“Aku tidak perduli siapa Erlan, Lena. Yang aku tau aku mencintai kamu. Aku mau kamu menjadi milikku seutuhnya. Hanya milikku seorang.” Batin Alex.