Kesucian yang di renggut secara paksa karena di anggap wanita bayaran, membuat Elnara hamil hingga ia terpaksa harus menikah dengan orang yang merenggut kesuciannya. Lalu bagaimana kalo ia dipaksa membuat perjanjian harus meninggalkan bayi nya setelah lahir? Sanggupkah ia bertahan hidup seatap dengan pria yang paling ia benci yang sudah menghancurkan masa depannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiNe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak yatim
Nara menutupi hidungnya pasca bersin dan merasakan tubuhnya dingin. Ia mengigil namun tak ingin terlalu dirasakan. Jonas masih memegang payung untuknya dan Nara meraih pegangan payung itu hingga kemudian sebuah tangan kini menggamit jemarinya . Nara berbalik dan mengangkat wajahnya . Aryan yang semula beralih pergi begitu saja kini kembali menyahut payung dari tangannya lalu menggandengnya pergi menuju ruang rehat khusus.
Dan wanita itu menurut saja saat Aryan kini melindunginya dari air hujan meski terlambat dan ia kembali bersin-bersin. Didudukkan Nara ke ruangan dengan fasilitas seperti kamar pribadi itu. Tim sirkuit Aryan lantas dengan sigap memberikan handuk dan baju ganti seadanya pada Aryan untuk Nara.
Elnara yang kini duduk tertunduk tak berani mengangkat wajahnya pada Aryan yang mengusap kepalanya yang basah dengan handuk. Ia tahu Aryan masih diselimuti emosi yang masih menyala meski tak lagi berkobar.
“ Kenapa kamu datang ?”
Nara hanya menggeleng kecil. Ia sendiri tak paham mengapa mau-maunya dibujuk Jonas untuk ikut dengannya ke tempat ini.
“ Silahkan , Tuan muda.” Jonas kemudian datang membawa dua gelas teh panas yang masih mengepul, lalu bergegas pergi untuk mengembalikkan mobil balap dan segala perlengkapannya ke tempat semula.
“ Ganti baju dulu, sebelum kedinginan. Setelah ini pulanglah bersama Jonas.” Aryan yang masih mengenakan seragam overall balapnya kini memberikan baju ganti untuk Nara yang masih tertunduk.
Melihat Aryan yang tidak berganti pakaian meski juga sudah basah, Nara mendadak cemas.
“ Kamu tidak ganti? Mau balik ke arena lagi?”
Aryan tidak menjawab . Sejujurnya ia masih belum puas jika harus mematikan bara di otaknya begitu saja.
“ Kalau mau mati kenapa tidak dari dulu saja ! kamu mau buat anak ini nantinya lahir jadi anak yatim!” cecar Nara hingga membuat Aryan terhenyak.
Aryan tak menyangka Nara akan bereaksi sekeras itu. Nara yang kesal pun berdiri dan melempar baju ganti itu ke tubuh Aryan hingga pria itu kemudian menahan pergelangan tangannya. “ Maaf, aku pulang . Kita pulang sama-sama.”
Jadilah Aryan kini pulang bersama Nara yang sudah berganti pakaian setelan training lengan panjang yang kedodoran namun cukup menghangatkan. Tidak memiliki tim sirkuit wanita membuat Nara mengenakan pakaian pria seadanya.
Di dalam kendaraan kini mereka bersama dalam keheningan . Aryan yang mengemudikan sendiri mobilnya dikawal Jonas yang berbeda kendaraan di belakangnya. Nara pun duduk diam tak bicara selama perjalanan. Baju lengan panjangnya ini cukup nyaman dan hangat meski kepalanya kini sedikit pusing karena rambutnya yang basah.
Karena jarak sirkuit dengan kediaman mereka cukup jauh, Nara akhirnya tertidur meski sesekali masih bersin.
“ Uukhukkk!” Nara terbatuk dalam tidurnya hingga membuat Aryan merasa bersalah. Diulurkan pucuk tangan kirinya menyentuh pipi Nara yang menghangat. Aryan mempercepat laju mobilnya dengan perasaan makin bersalah karena sudah membuat Nara sampai demam seperti ini.
Aryan mengirim pesan pada bik Ina saat mereka hampir sampai di waktu yang sudah menginjak malam. “ Nara demam, bik.” ucapnya saat membopong masuk Nara ke dalam rumah.
Bik Ina berjalan cepat membukakan pintu kamar Nara, namun Aryan masih membawa istrinya itu memasuki kamar pribadinya . Sekian detik bik Ina dibuat melongo karena salah membukakan pintu.
Aryan meletakkan dengan sangat pelan tubuh Nara ke tempat tidur miliknya dan menarik selimut untuk istrinya. Mengambil sebuah termometer , Aryan menekan tombol dan mengarahkan ke dahi Nara yang kemudian menunjukkan suhu badan Nara yang memang demam .
Bik Ina datang membawa perlengkapan kompres hangat yang langsung diraih Aryan yang meletakkan sendiri kain handuk kecil itu ke dahi sang istri. Nara menggeliat saat merasakan di kepalanya ada sesuatu yang menempel hangat.
“ Apa Nara boleh minum obat pereda demam, bik?”
“ Bibi gak berani tuan.”
“ Kalau begitu saya bawa ke rumah sakit aja .” ucap Aryan langsung panik .
“ Nyonya muda hanya kehujanan kan? Kita kompres dulu aja, bibi buatkan minuman hangat. Besok pagi kalau masih belum turun demamnya baru kita bawa ke dokter , Tuan. Semoga besok pagi demamnya sudah mereda.”
Aryan masih mengusap kain kompres ke dahi dan bagian leher istrinya. Perasaan bersalah masih menggelayutinya saat ini. Ya, hanya sebatas perasaan bersalah lantaran membuat Nara tiba-tiba nekat menghadangnya di tengah rintik hujan.
‘ Kamu mau buat anak ini nantinya lahir jadi anak yatim !’ kalimat yang diucap Nara kembali menggema di telinganya ‘ anak yatim?’ ulang Aryan dalam batinnya.
Bagaimana sejak usia sepuluh tahun dirinya juga sudah menyandang gelar sebagai anak yatim dan itu sangat tidak mengenakkan. Kehilangan seorang ayah benar- benar membuatnya terpukul .
'Apa aku harus mengulangnya pada anak yang dikandung Nara saat ini?'batin Aryan meracau.
Bik Ina datang dengan segelas air hangat dicampur madu. Wanita itu lantas mendudukkan Nara dan meminumkannya meski Nara masih di alam batas antara sadar dan tidak. Nara kembali dibiarkan tertidur sementara Aryan memilih merebahkan tubuhnya di sofa depan tempat tidurnya. Sekian waktu Aryan tak bisa tidur memikirkan takut suhu badan Nara makin naik.
Di cek lagi suhu tubuh yang sudah mengalami penurunan meski hanya sebatas dua angka di belakang koma . Sedikit lega , Aryan akhirnya tertidur di sofa tanpa selimut.
...----------------...
Pagi harinya , Nara merasakan ada sesuatu yang mengganjal di keningnya, Sebuah handuk kecil diambilnya dan Nara masih mengembalikkan kesadarannya. Melihat bentuk langit- langit ruangan yang berbeda, Nara merasa asing. Terlebih selimut yang menutupi sebagian tubuhnya juga berbeda.
Wanita itu membangunkan dirinya duduk dan melihat sekeliling. Sosok Aryan yang tertidur di sofa menjadi pemandangan tersendiri. Nara mengingat terakhir kali ia berada di dalam mobil bersama suaminya itu.
“ Apa yang terjadi? kenapa aku bisa di sini?” gumam Nara lantas memilih menyingkap selimut lalu menurunkan kakinya. Namun baru saja ia berdiri , kepalanya berdenyut. Nara tidak bisa mengimbangi tubuhnya sendiri.
Brukkk !
Nara ambruk dengan posisi berlutut, Aryan yang seolah mendapat sinyal kuat itu langsung membuka mata dan melihat Nara yang menahan tubuh dengan lutut dan tangannya .
“ El !”
Aryan beringsut membangunkan tubuh Nara yang lemas. Namun Nara masih berusaha menangkis raga Aryan yang mendekatinya, sampai kemudian serangan rutin datang dan Nara tak bisa menahan untuk berlari ke kamar mandi dan meladeni gejolak mual dan muntah yang selalu menyerangnya setiap pagi.
Nara mengernyit menahan perih di perutnya lalu mengusap kasar wajahnya dengan emosi. Tak ingin Nara merasakan sendiri penyiksaannya, Aryan kini membalikkan tubuh Nara menghadap dirinya kemudian memeluk sebisanya.
“ Maafkan aku, El. Maaf telah menyiksamu tanpa henti. Maaf !”
.
...****************...
ingat ya, kalau hidupmu berantakan itu mungkin balasan dari tuhan atas kelakuanmu yang sudah mencuri karya saya.