Arwah Suketi

Melihat poniran yang sudah menjauh dengan gerobak nya, Untung menutupi semua pintu dan juga jendela. Tadi ia sempat takut jika sampai poniran masuk kedalam.

"Ayo kita mandi sayang." Ajak untung menuntun wanita berambut panjang itu masuk kedalam kamar mandi.

"Anak ku belum mandi mas." Jawab wanita itu yang tak lain adalah warsiti.

Jasad warsiti yang untung curi saat malam itu, Kini telah di isi oleh arwah nya suketi. Tak ketinggalan juga anak yang dalam kandungan nya juga telah di keluar kan oleh mbah karso.

"Nanti mas yang mandikan ya sayang." Jawab untung.

"Baik lah mas." Angguk warsiti.

Meski kini suketi yang dalam wujud warsiti, Namun ia tetap lah arwah yang memiliki kemampuan terbatas. Ia tidak bisa melakukan pekerjaan seperti manusia pada umum nya.

"Apa kah mas bahagia bersama ku seperti ini?" Tanya warsiti.

"Tentu saja aku bahagia." Jawab untung menyabuni rambut istri nya.

"Aku kini dalam wujud lain." Desis warsiti.

"Tanpa wujud pun aku bisa mencintai mu dik." Sahut untung yang memang tulus cinta nya pada suketi.

"Andai saja dulu kita bersama, Mungkin kita akan sangat bahagia ya mas." Ujar warsiti.

"Iya sayang." Jawab untung.

Terkadang untung mencium bau busuk yang sangat memual kan dari tubuh istri nya, Namun untung tetap menahan karena tidak mau sampai suketi tahu.

"Ayo pakai handuk nya." Ucap untung lembut.

"Aku sangat merepot kan ya mas." Ujar suketi pelan.

"Tidak akan sayang." Sahut untung.

Layak nya pasangan yang umum nya, Mereka tampak bahagia. Untung memeluk suketi sambil menciumi nya, Sejauh ini mereka pun telah melakukan hubungan intim juga.

******

Poniran yang masih tampak memikir kan wanita di rumah untung tadi, Ia merasa sangat tidak asing walau hanya melihat punggung nya.

"Kok melamun mas!" Tegur nova ikut duduk di pos.

"Eeh nov, Dari mana?" Tanya poniran kaget.

"Dari jual padi tadi." Sahut nova menyulut rokok nya.

"Banyak panen nov?"

"Alhamdulilah mas, Sampean juga habis jual kok ya." Tebak nova.

"Enggak, Ini tadi ngasih para tetangga! Kamu kalau mau ambil lah nov." Suruh poniran menunjuk gerobak nya yang masih tersisa beberapa buah.

"Enggak lah mas, Ibuk ku kan sudah di kasih." Tolak nova.

"Iya, Tadi aku keliling." Ujar poniran.

Nova melirik poniran yang terdiam seolah ada yang sedang ia pikir kan, Terlihat jelas di wajah nya.

"Kenapa mas? Lagi ingat mbak warsiti ya." Tebak nova.

"Enggak nov! Aku tadi kerumah nya mas untung, Terus ada wanita di rumah nya." Cerita poniran.

"Serius? Berarti punya pacar dia sekarang." Sahut nova.

"Tidak tahu pacar nya apa bukan, Tapi kok aku kayak hapal sama punggung wanita itu." Lirih poniran.

"Hapal? Apa mungkin dia gadis dari desa kita juga." Ujar nova.

"Entah lah, Aku jadi teringat istriku setelah melihat wanita itu." Ujar poniran.

"Mirip ya wajah nya?"

"Aku tidak melihat wajah nya, Cuma punggung nya saja." Sahut poniran.

"Cuma perasaan sampean saja mungkin mas, Karena terlalu kangen sama mbak warsiti." Ujar nova berusaha menghibur.

Poniran mengelap air mata nya yang tiba tiba saja jatuh, Ia tidak punya tempat untuk menjenguk istri nya. Walau kuburan warsiti di tutup lagi dan nisan nya tetap ada di sana, Namun poniran tidak mau datang kesana.

"Andai saja dia tidak hilang dari sana nov, Mungkin aku masih bisa mengunjungi nya." Ujar poniran.

"Sabar mas, Pasti lah kemarin kurang dalam waktu mengubur nya." Ujar nova.

"Tidak mungkin lah, Sama kok dengan yang lain." Sangkal poniran.

"Jujur saja aku tidak percaya mas kalau yang mencuri itu binatang buas." Ucap nova.

"Iya kan nov! Selama ini kan tidak pernah ada kuburan yang di bongkar sama hewan buas." Sahut poniran cepat.

"Kita juga tidak bisa menuduh orang sembarangan mas." Ujar nova.

Poniran mengangguk kan kepala nya, Memang poniran tidak pernah percaya jika jasad istri nya di colong hewan buas. Apa lagi galian kuburan sama seperti di cangkul orang, Hewan buas mana yang membawa cangkul.