Seorang gadis bernama Mentari sagita terpaksa harus menikah dengan seorang duda beranak satu yang seharusnya menjadi kakak iparnya akibat sebuah kecelakaan yang menimpa sang kekasih tepat di hari pernikahannya.
Hantara putra Adipura Sanjaya seorang pengusaha sukses yang terkenal dengan sikap dinginnya terpaksa harus menikahi calon istri adiknya karena sebuah Amanah.
Akankah Gita sanggup mempertahankan rumah tangganya bersama Hantara ??? Apakah Gita bisa kembali membuka hati seorang Hantara yang begitu dingin akibat pengkhianatan di masa lalunya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Tega.
Wajah Hantara berubah dingin saat menyadari kehadiran Dr Atala di acara pertunangan adiknya Riko. Hantara di buat terkejut saat Riko mengakui Dr Atala sebagai adik sepupunya.
Malam itu Hantara seperti sengaja menunjukkan kepada Dr Atala jika Gita adalah miliknya, terbukti saat pria itu terus menggenggam tangan istrinya. bahkan sesekali Hantara meletakkan kepalan tangan keduanya di atas pahanya.
Sementara Gita memilih diam tidak menolak sikap dan perlakuan suaminya. entah mengapa Gita justru merasa senang, karena secara tidak langsung memperlihatkan pada para wanita yang menatap kagum pada suaminya jika pria itu adalah miliknya dan tidak boleh walau hanya sekedar di kagumi oleh wanita lain.
"Kamu kenapa??" Hantara mengerutkan keningnya saat melihat istrinya tengah senyum sendiri. dan Gita hanya menggeleng sebagai jawaban.
Setelah melewati serangkaian acara kini Hantara dan juga Gita kembali ke rumah mereka.
Gita yang tengah membersihkan tubuhnya di kamar mandi merasa tak habis pikir dengan perasaannya saat di acara tadi. "Kenapa aku tidak suka jika ada wanita lain yang mengagumi mas Hantara??." Gita bermonolog. "Wajar sih... bagaimana pun aku kan istrinya." Gita seolah membenarkan sikapnya.
🌹🌹🌹
Keesokan harinya. Gita sedang libur bekerja begitu pun dengan Anis. keduanya janjian untuk mengajak Akila dan Asyifa pergi ke taman bermain.
Gita berangkat ke taman bermain yang berada di salah satu Mall ternama di ibu kota dengan di antarkan oleh sopir pribadi. Anis dan Gita janjian bertemu di Mall tersebut.
Gita tersenyum melihat senyum di wajah kedua putrinya.
Empat puluh menit perjalanan kini mobil yang di kendarai mang Ujang tiba di sebuah pusat perbelanjaan.
Gita turun dari mobil dengan menggandeng kedua putrinya serta kedua baby sitter setia melangkah di belakang ketiganya,
"Ayo sayang." ketiganya mulai berjalan memasuki Mall menuju lantai empat di mana letak taman bermain anak. dengan di ikuti oleh dua orang baby sitter Akila dan Asyifa. meski Bu Dian bersedia menjaga Akila dan Asyifa namun Hantara tetap menyediakan dua orang baby sitter untuk membantu wanita paru baya tersebut.
Bu Dian tidak ikut bersama mereka beliau lebih memilih di rumah untuk membantu ART untuk melakukan pekerjaan rumah.
Saat tiba di lantai empat Gita melihat keberadaan Anis yang kini tengah melambaikan tangan ke arah mereka.
Gita berjalan ke arah Anis. "Apa kamu sudah lama menunggu??." tanya Gita.
"Aku baru saja tiba lima menit yang lalu." jawab Anis seadanya.
"Mah mau main itu!!." pinta Akila sembari menunjuk ke arah salah satu permainan.
"Syifa juga mau." pinta Syifa dengan gaya bicara cadelnya.
"Baiklah sayang kita ke sana." Gita pun menggandeng Akila sementara Anis menggandeng tangan Asyifa. sedangkan kedua baby sitter Akila dan Asyifa tetap setia mengikuti langkah mereka.
Setelah melihat kedua putrinya puas bermain Gita mengajak Akila, Asyifa, Anis serta kedua baby sitter anak anaknya untuk makan siang masih di restoran yang berada di dalam Mall yang sama.
Usai makan siang mereka kembali ke rumah dengan Anis yang juga ikut di ajak Gita mampir.
Anis di buat menganga saat mobil yang di kendarai mang Ujang mulai memasuki gerbang sebuah rumah mewah.
"Waaaaaahhhh." batin Anis, gadis itu di buat kagum saat melihat bangunan mewah berlantai empat di depan matanya. belum lagi beberapa koleksi mobil mewah yang di parkir di garasi rumah tersebut, semakin membuat Anis terkagum kagum.
"Beruntunglah sahabatku ini menjadi istri dari seorang milyarder." ucap Anis lirih dengan senyum menggoda tepat di samping Gita saat keduanya hendak masuk ke istana milik Hantara putra Adipura Sanjaya.
"Kamu bisa saja." jawab Gita menggeleng melihat tingkah sahabatnya.
Setibanya Akila dan Asyifa di ajak ke kamar oleh baby sitter sedangkan Gita mengajak Anis untuk berbincang di ruang keluarga.
"Ternyata suami kamu benar-benar kaya Gita." puji Anis sembari menyapu pandangan ke penjuru ruangan dengan tatapan kagum. sedangkan Gita kembali geleng geleng melihat tingkah Anis.
Keduanya mengobrol dengan di temani minuman serta camilan buatan Bu Dian. sesekali keduanya tertawa renyah mengingat saat ini Hantara tak ada di rumah.
"Eh...Gita, aku dengar seminggu lagi Rahma akan kembali dari Surabaya." ucap Anis teringat ucapan Bu Saras kemarin. Bu Saras adalah ibunya Rahma.
"Oh ya...aku sudah sangat merindukan celotehan anak itu." ujar Gita tersenyum mengingat tingkah Rahma yang kadang membuat keduanya geleng-geleng.
"Aku dengar dari ibunya, Rahma akan segera di oleh ayahnya dengan salah satu anak dari rekan bisnis ayahnya." lanjut Anis teringat akan cerita Bu Saras kemarin.
"Siapapun yang akan menjadi pasangan hidup kalian berdua nantinya, aku berharap kalian bisa hidup bahagia." ucap Gita tulus.
Di tengah obrolan tiba tiba keduanya di kejutkan dengan kedatangan Hantara yang kembali lebih awal.
"Mas kamu pulang lebih awal." Gita berdiri dari duduknya dan mengambil alih tas kerja dari tangan suaminya. Gita nampak sungkan pada Hantara karena tidak meminta izin lebih dulu sebelum mengajar sahabatnya itu main mampir.
Di luar dugaannya Hantara sama sekali tidak nampak keberatan apalagi sampai marah.
"Iya Sayang, hari ini tidak banyak pekerjaan di kantor." jawab Hantara seadanya. Hantara sekilas melirik ke arah Anis yang tengah duduk di sofa.
Bukan hanya Anis yang di buat terkejut mendengar panggilan Hantara pada sahabatnya, Gita pun tak kalah terkejutnya sehingga membuat wanita itu jadi salah tingkah di buatnya. namun beberapa saat kemudian Gita mencoba menetralkan perasaannya.
"Teman aku mas namanya Anis." ucap Gita memperkenalkan Anis pada suaminya.
"Selamat siang tuan." Anis berdiri dari duduknya, dengan sedikit menundukkan kepala Anis berucap.
"Hemt." hanya itu yang terdengar dari bibir Hantara menanggapi perkenalan diri Anis. sebelum pria itu berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai tiga setelah sebelumnya meminta sang istri untuk ikut dengannya sejenak.
Awalnya Gita merasa tidak enak dengan Anis namun saat melihat anggukan gadis itu Gita pun mengikuti perintah suaminya.
"Di saat bicara dengan Gita dia terlihat begitu hangat namun jika bicara dengan wanita lain dia bersikap dingin seolah lawan bicaranya tak kasat mata." batin Anis tidak habis pikir dengan sikap Hantara, seperti memiliki dua karakter yang berbeda.
"Sepertinya tuan es balok sudah bertemu pawangnya nih." lanjut batin Anis disertai senyum di wajahnya.
Sementara Di kamar, Gita yang baru saja membantu sang suami melepaskan jasnya di buat terkejut saat Hantara menarik pinggangnya hingga hampir tak ada jarak di antara keduanya.
deg
Jantung Gita semakin berdebar tak menentu." Mas_". ucapan Gita melayang begitu saja di udara saat merasakan ada benda kenyal yang menyentuh bibirnya. perlahan Gita mulai menikmati sensasi yang di ciptakan Hantara, apalagi kini salah satu tangan kekar milik suaminya sudah mulai bergerak sesuka pemiliknya.
Gita nampak mengerang saat merasakan sensasi sentuhan tangan kekar suaminya pada salah satu aset berharga miliknya. Suara Gita terdengar begitu merdu di telinga Hantara, sehingga membuat pria itu semakin menginginkan lebih.
Namun beberapa saat setelah merasakan ciuman sang suami mulai turun ke leher jenjang miliknya, Gita tersadar jika saat ini ada Anis menunggunya di bawah.
"Mas." Gita terpaksa menghentikan aksi suaminya saat teringat keberadaan Anis di lantai bawah. sedangkan Hantara terlihat tak suka saat Gita menghentikan aksinya.
"Mas, please... ada Anis di bawah." pinta Gita dengan wajah memelas dan Hantara akhirnya mengangguk tanda ia boleh pergi menemui Anis.
Entah kenapa Gita merasa tak tega melihat wajah suaminya yang kini tengah menahan hasrat.