NovelToon NovelToon
AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

AIR MATA SEORANG ISTRI DI BALIK KOSTUM BADUT

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:499.8k
Nilai: 5
Nama Author: 01Khaira Lubna

Karena sang putra yang tengah sakit, suami yang sudah tiga hari tak pulang serta rupiah yang tak sepeserpun ditangan, mengharuskan Hanifa bekerja menjadi seorang Badut. Dia memakai kostum Badut lucu bewarna merah muda untuk menghibur anak-anak di taman kota.

Tapi, apa yang terjadi?

Disaat Hanifa tengah fokus mengais pundi-pundi rupiah, tak sengaja dia melihat pria yang begitu mirip dengan suaminya.

Pria yang memotret dirinya dengan seorang anak kecil dan wanita seksi.

''Papa, ayo cepat foto aku dan Mama.'' Anak kecil itu bersuara. Membuat Hanifa tersentak kaget. Tak bisa di bendung, air mata luruh begitu saja di balik kostum Badut yang menutupi wajah ayu nya.

Sebutan 'Papa' yang anak kecil itu sematkan untuk sang suami membuat dada Hanifa sesak, berbagai praduga dan tanda tanya memenuhi pikirannya.

Yang penasaran, yuk mampir dan baca tulisan receh Author. Jangan lupa like, subscribe dan follow akun Author.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 01Khaira Lubna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semakin menjadi

Malik menghitung suara denting jam, suara yang berasal dari jam yang menggantung di dinding terdengar nyaring, seiring dengan detak jantungnya yang berpacu cepat. Ia menunggu Hanifa menyusul ke lantai atas dengan perasaan sedikit grogi. Iya, sebesar itu rasa cintanya terhadap Hanifa, selama ini, tidak pernah ia rasa perasaan sedalam ini terhadap wanita manapun. Arif masih berada di pangkuannya, tidur Arif tampak nyenyak. Sepertinya Arif nyaman berada di pangkuan Malik.

''Sudah berapa lama Tuan dan putra ku berada di atas? Kenapa tidak langsung masuk ke dalam ruangan aku saja tadi?'' tiba-tiba sebuah suara memecahkan keheningan yang tercipta di lantai atas, suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah Malik.

''Aku tidak mau mengganggu mu tadi. Tadi, aku hendak mengantarkan Arif kepada mu, tapi ... Aku mendengar seorang wanita tengah berbicara di ruangan itu. Tidak sopan saja rasanya kalau aku dan Arif masuk.'' sahut Malik. Malik menatap ke arah Hanifa. Lalu Hanifa duduk di sebelah Malik dengan tetap menjaga jarak.

''Apakah Tuan mendengar obrolan aku dan tamu ku tadi?'' tanya Hanifa dengan wajah terlihat sedikit cemas, matanya menyipit menatap Malik.

''Tidak.'' jawab Malik berbohong sembari mengalihkan tatapannya ke arah lain.

''Syukurlah.''

''Emang ada apa?''

''Nggak ada apa-apa Tuan.'' balas Hanifa. ''Ternyata kamu sudah tidur sayang. Terimakasih Tuan karena Tuan sudah berkenan menjaga Arif, sini biar aku pindahkan Arif ke dalam kamar aja, kasihan Tuan sepertinya Tuan sudah lama memangku Arif.'' ucap Hanifa lagi seraya mengambil alih tubuh Arif dari Malik, beberapa detik jarak Hanifa dan Malik begitu dekat, membuat desiran halus tercipta antara keduanya. Lalu Hanifa berjalan ke sebuah ruangan yang ada di lantai atas. Hanifa akan meletakkan tubuh Arif di atas kasur. Malik mengikuti langkahnya dari belakang.

''Huh ...'' Hanifa sedikit ngos-ngosan karena menggendong tubuh Arif yang sudah tumbuh semakin besar, Hanifa lalu meletakkan tubuh Arif di kasur, ia menutupi setengah tubuh Arif dengan selimut. Setelah itu ia dan Malik berdiri saling berhadapan. Malik berdiri dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana. Sedangkan Hanifa memilin ujung jibabnya. Ia tampak salah tingkah karena dari tadi Malik terus menatap nya.

''Capek?'' tanya Malik.

''Lumayan. Ternyata berat badan Arif sudah bertambah.'' Hanifa terkekeh kecil.

''Kenapa tidak minta aku saja yang bawa Arif kesini tadi''

''Aku tidak mau merepotkan Tuan lagi.''

''Kayak sama siapa saja.''

''Emang Tuan siapa?''

''Tanyakan sama dirimu, semua tergantung kamu lagi.'' ucap Malik pelan namun penuh penekanan. Pipi Hanifa yang putih berubah merona setelah mendengar perkataan Malik. Ia tidak menjawab lagi, ia hanya mengangguk kecil dengan menundukkan wajahnya.

''Aku akan kembali ke Kantor.'' ujar Malik menatap Hanifa lekat.

''Sekarang?'' tanya Hanifa.

''Iya.''

''Mau ngopi dulu?'' tawar Hanifa sambil tersenyum simpul.

''Tidak usah.'' tolak Malik lembut. Mereka berjalan berdampingan menuju lantai bawah.

''Kenapa?''

''Pekerjaan di kantor masih banyak. Aku harus cepat kembali.'' Malik beralasan. Padahal sebenarnya ia merasa sedikit kecewa terhadap Hanifa karena Hanifa telah menutupi tentang lamaran yang baru ia terima dari pria lain.

''Mm ya sudah, mari aku antar kebawah.''

''Baiklah.''

''Tiga hari lagi aku akan memberikan jawaban soal lamaran Tuan waktu itu.''

''Masih ingat juga ternyata.''

''Kenapa Tuan berbicara seperti itu?''

''Tak apa. Aku tunggu jawaban mu Hanifa.''

Saat tiba dilantai bawah, Hanifa dan Malik masih berjalan berdampingan menuju pintu keluar, bertepatan dengan itu, Yusuf dan Ibunya duduk di depan meja kasir mereka melakukan pembayaran barang belanjaan mereka kepada Hamidah. Saat melewati Yusuf dan Ibunya beberapa saat sempat terjadi adegan saling tatap antara Malik dan Yusuf, lalu keduanya saling melempar senyum canggung.

''Hanifa, siapa pria ini?'' tanya Ibunya Yusuf.

''Ustadzah perkenalkan ini atasan Kakak aku di kantor, ini Tuan Malik.'' jawab Hanifa singkat. Yusuf menatap Hanifa dan Malik dengan wajah datar.

''Oh ... Salam kenal ya, kamu ternyata sepentaran putra saya dan kamu tampan sekali.'' Ibunya Yusuf mengulurkan tangan kepada Malik. Malik menyambutnya cepat.

''Iya. Salam kenal kembali Bu.'' jawab Malik sopan.

''Salam kenal, terimakasih karena selama ini anda sudah sangat baik sama Hanifa dan putranya.'' Yusuf pun mengulurkan tangannya.

''Iya.'' balas Malik singkat. Hanifa menatap kedua pria itu dengan perasaan sulit di artikan.

Usai perkenalan singkat itu, Malik pamit pulang. Hanifa melembaikan tangannya melepas kepergian Malik.

***

Malam harinya, setelah selesai sholat Isya dan makan malam. Akhirnya Hanifa memutuskan untuk berbicara kepada sang Kakak, ia akan mengatakan perihal lamaran Malik dan Yusuf terhadap dirinya. Ia tidak akan mungkin memutuskan sendiri pilihan nya yang akan berjangka panjang, menentukan masa depannya. Abdillah harus ikut terlibat, meskipun Hanifa sudah menyiapkan satu nama yang sudah sangat ia yakini. Karena selama beberapa malam terakhir Hanifa sudah melakukan sholat istikharah dan pria yang selalu ia sebut di dalam doanya akhir-akhir ini juga kerap muncul di dalam mimpinya. Munculnya pria itu di dalam mimpinya seakan memberi petunjuk kalau pria itu adalah jodoh terbaik yang Allah tunjukkan kepadanya. Berbeda saat ia menerima lamaran dari Setya dulu, dulu, ia tak melakukan sholat istikharah, Hanifa langsung menjawab saja tanpa pikir panjang dan sekarang karena pilihan nya yang salah mengantarkan ia menjadi seorang janda.

Hanifa masuk ke dalam ruang kerja sang Kakak setelah mengetuk pintu, Abdillah tampak sibuk dengan leptop yang ada di hadapannya. Ia duduk di sofa panjang.

''Mas,'' sapa Hanifa lembut, ia duduk di samping sang Kakak.

''Iya Dek. Tumben kamu menyusul Mas kesini. Ada apa?'' Abdillah menutup leptop nya pelan. Lalu tatapannya beralih kepada Hanifa.

''Ada sesuatu yang ingin aku katakan Mas.'' Hanifa berbicara sedikit pelan dan gugup.

''Katakanlah. Mas akan setia mendengarkannya.''

''Mas ... Em ... Jadi begini,'' ucap Hanifa ragu, Abdillah masih setia menunggu Hanifa melanjutkan ucapannya, lalu Hanifa bersuara lagi, ''Mas, jadi begini, aku, aku, aku di lamar oleh dua orang pria Mas.'' ucap Hanifa.

''Dua orang? Kapan dan siapa?'' Abdillah kaget mendengar penuturan Sang Adik, ia menatap Hanifa lekat. Setahunya selama ini Hanifa sedang tidak dekat sama pria manapun. ''Ah ... Mungkin aku yang terlalu sibuk dengan pekerjaan kantor hingga aku kurang memperhatikan Hanifa dan tidak tahu apa-apa tentang kedekatan nya sama pria yang melamarnya.'' batin Abdillah.

''Iya Mas. Aku ingin meminta pendapat Mas tentang ini. Orang itu adalah Tuan Malik dan Mas Yusuf.'' tutur Hanifa pelan.

''Apa? Malik?'' Abdillah semakin kaget mendengar pengakuan Hanifa. Ia sedikit membenarkan duduknya, seraya mengingat curhatan Malik beberapa waktu yang lalu. ''Apa-apaan ini? Ternyata wanita yang di katakan oleh Tuan Malik waktu itu adalah Hanifa. Pandai sekali Tuan Malik menjaga rahasia.'' batin Abdillah lagi. Sedangkan Hanifa hanya mengangguk kecil.

''Yusuf, Yusuf yang merupakan tetangga kamu waktu itu? Yang merupakan pemilik kostum-kostum Badut?'' ujar Abdillah, ia terlihat sudah kembali duduk dengan tenang.

''Iya Mas. Menurut Mas aku harus bagaimana? Aku sudah melakukan sholat istikharah beberapa malam ini. Aku sudah mendapatkan satu nama Mas.''

''Ya sudah, kalau begitu ikuti kata hatimu Dek. Pilih pria yang menurutmu baik dan pantas untukmu. Dan yang terpenting bertanggungjawab dan bisa membuat kamu dan Arif bahagia. Mas setuju-setuju saja, karena setahu Mas, Tuan Malik dan Yusuf adalah pria yang baik-baik.'' ujar Abdillah lembut. Ia membelai pucuk kepala sang Adik.

''Baiklah Mas. Terimakasih. Besok rencananya aku akan menjawab lamaran mereka.''

''Iya. Saat kamu menolak dan menerima lamaran mereka bicaralah baik-baik. Yang di terima pastilah akan merasa bahagia sedangkan yang di tolak pastilah akan merasa sakit dan kecewa. Namun tetap bertutur katalah yang lembut, agar pria yang kamu tolak bisa menerima dengan lapang dada.''

''Iya mas. Kalau begitu aku ke kamar dulu.'' pamit Hanifa, ia merasa lega karena sudah mengatakan kepada Sang Kakak.

''Iya, beristirahatlah.'' sahut Abdillah. Setelah kepergian Hanifa, Abdillah duduk bersandar di dinding sofa, pikirnya berkelana. ''Hah ... Sebentar lagi Hanifa akan melepaskan masa lajangnya kembali, aku merasa lega. Tapi ... Aku? Ah ... Sepertinya aku memang harus berjuang seperti Tuan Malik. Perlahan aku akan mencoba mendekati wanita yang akhir-akhir ini berhasil membuat dada ku berdesir aneh.'' gumam Abdillah dengan tangan di kepala. Abdillah memang belum punya pengalaman sama sekali mendekati seorang wanita, wajar ia merasa kesulitan harus memulai dari mana.

***

Di tempat berbeda, di kediaman Arumi.

''Mas, kamu mau ke mana?'' tanya Arumi heran melihat sang suami yang bersiap-siap, ia terlihat tampan dengan pakaian rapi dan kini ia tengah menyemprotkan parfum ke pakaiannya. Arumi yang lagi tiduran di kamar perlahan bangkit, lalu duduk di pinggir kasur, ia menatap Setya dengan tatapan menyelidik.

''Mas mau ketemu sama teman-teman Mas.'' jawab Setya berbohong dengan menyisir rambutnya.

''Teman yang mana?''

''Mm ... Teman Mas waktu Mas ngojek dulu.''

''Haruskah serapi ini?''

''Iya harus lah Sayang. Mas berpakaian rapi supaya teman-teman Mas pangling melihat Mas yang sekarang dan mereka akan mengakui kalau Mas benar-benar telah sukses dan bahagia hidup bersama mu.'' sahut Setya lagi dengan santai. Setya memang pandai bersilat lidah.

''Kamu ada benarnya juga Mas.'' Arumi tersenyum simpul.

''Iya. Mas pergi yah, kamu beristirahat saja di rumah. Mas tidak akan lama.'' Setya membelai rambut sang Istri dengan lembut.

''Baiklah Mas.''

''Mau di belikan apa nanti saat Mas pulang?''

''Aku nggak pengen apa-apa. Cukup kamu setia dan perhatian sama aku, aku sudah merasa bahagia.''

''Muacchh ... Kamu memang istri yang baik.'' Setya mengecup kening Arumi. Arumi sangat senang diperlakukan seperti itu. Karena ia belum tahu tentang sifat Setya yang sebenarnya. Entah apa yang akan terjadi jika Arumi tahu kalau Setya telah menyelewengkan uang restoran dan sekarang ia telah berani bermain hati bersama perempuan lain, perempuan yang lebih muda dan cantik dari Arumi. Sedangkan orangtua Setya sudah pulang ke kampung dari beberapa hari yang lalu. Sebenarnya Ibunya Setya dan Hellen tidak mau pulang kampung, tapi, Ayahnya Setya yang memaksa, karena Ayahnya tahu tentang kecurangan yang telah Setya dan Ibunya lakukan terhadap Arumi. Ayahnya Setya sudah menasehati Setya, tapi Setya tidak mau mendengar. Ayah Setya sudah pasrah sama apa yang akan terjadi kepada Setya di masa yang akan datang. Ia benar-benar sudah lelah melihat tingkah sang putra yang semakin dewasa semakin menjadi-jadi.

***

Setya melajukan kendaraan roda empat milik Arumi ke rumah Siska dengan perasaan yang teramat bahagia. Tadi, Siska mengabarkan kalau ia sudah siap. Dan Siska juga sudah menunggunya di persimpangan jalan.

''Uhuyy ... Asikkk, aku sudah tidak sabar lagi ingin merasakan nikmatnya daun muda. Arumi gampang sekali aku kibulin.'' gumam Setya sambil mengemudi. Ia bersiul dengan wajah ceria. Tidak lama setelah itu ia melihat seorang wanita dengan pakaian seksi tengah berdiri di pinggir jalan, Setya menginjak pedal rem cepat. Lalu ia membuka pintu mobil.

''Masuklah Tuan Putri.'' ucap Setya. Siska tersenyum malu mendengar ucapan Setya. Lalu Siska masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi depan di samping Setya.

''Kita mau kemana dulu, Mas Setya?'' tanya Siska dengan suara manja.

''Kita nonton aja dulu, ya. Mas sudah membeli tiket.'' jawab Setya. Ia meletakkan tangannya di atas paha Siska yang terbuka, karena Siska hanya memakai rok ketat pendek di atas lutut. Lalu Setya mengelusnya pelan.

''Geli ah Mas.'' Siska menyingkirkan tangan Setya pelan dari pahanya.

''Mm ... Pelit banget sih!'' protes Setya.

''Bukan gitu. Aku nggak terbiasa.''

''Ya udah kalau begitu biar Mas biasakan.''

''Iiihhh Mas nakal.'' Siska menepuk kecil lengan Setya.

''Mas udah transfer, ya, tadi.''

''Iya, aku tahu. Terimakasih Mas.''

''Sama-sama. Pokoknya malam ini kamu harus menemani Mas.''

''Baiklah.'' jawab Siska mengangguk mantap. Siska memang sepolos itu, ia gadis kampung yang belum pernah melihat nominal uang dengan jumlah banyak. Ia begitu gampang Setya rayu. Karena memang ia lagi butuh uang untuk orangtuanya di kampung.

Bersambung.

1
Haerul Anwar
halah bacot anying lu Arumi dasar govlok
Tijanud Darori Tiara
lah thorr,,
DNA ga mungkin langsung keluar gitu aja,,,😁
Herma Wati
begitu cepatnya hasil DNA keluar?/Sob//Sob/
Sutiani Sutiani
kecewa
Muhyati Umi
jodohkan Hanifah dengan Malik
Ameera sama Abdillah ya thor
Muhyati Umi
semoga aja Malik suka ke Hanifa
Dian Rahmi
Thor ..buatlah Malik berjodoh dengan Hanifa
Dian Rahmi
Thor.....Hanifa sama Malik ya
guntur 1609
llha ternyata oh ternyata
guntur 1609
dasar ayah biadab
guntur 1609
tega setya sm anaknya
guntur 1609
kok sampai diulang lagi thor bab ni
guntur 1609
,apa yg istrimu lakukan dulu akhirnya kau jalani juga akhrnya setya. ni nmnya hukum tabur tuai
guntur 1609
ameera sm abdilah saja
guntur 1609
cie..cie hakimmm gercep juga
Samsia Chia Bahir
woaaalllaaahhhh, ma2x rian bebaik2 rupax da udang dibalik U 😂😂😂😂😂😂😂 laaahhh harta pa2x rian i2 milik istri k duax loohhh ma2 😫😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Laaaaaahhhh gimana critax kong rian udh nikah ma intan 😫😫😫😫😫
Samsia Chia Bahir
Penyesalan slalu dibelakang, klo didepan namax pendaftaran 😄😄😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Haaaaahhhhh, penjara t4mu shanum N setya 😄😄😄😄😄😄
Samsia Chia Bahir
Cari gara2 kw setya, g ada tobat2x 😫😫😫😫😫
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!