NovelToon NovelToon
BATAL SEBELUM SAH

BATAL SEBELUM SAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Konflik etika / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:26.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

"Menikahi Istri Cacat"
Di hari pernikahannya yang mewah dan nyaris sempurna, Kian Ardhana—pria tampan, kaya raya, dan dijuluki bujangan paling diidamkan—baru saja mengucapkan ijab kabul. Tangannya masih menjabat tangan penghulu, seluruh ruangan menahan napas menunggu kata sakral:

“Sah.”

Namun sebelum suara itu terdengar…

“Tidak sah! Dia sudah menjadi suamiku!”

Teriakan dari seorang wanita bercadar yang jalannya pincang mengguncang segalanya.

Suasana khidmat berubah jadi kekacauan.

Siapa dia?

Istri sah yang selama ini disembunyikan?

Mantan kekasih yang belum move on?

Atau sekadar wanita misterius yang ingin menghancurkan segalanya?

Satu kalimat dari bibir wanita bercadar itu membuka pintu ke masa lalu kelam yang selama ini Kian pendam rapat-rapat.

Akankah pesta pernikahan itu berubah jadi ajang pengakuan dosa… atau awal dari kehancuran hidup Kian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Pilih Aku atau Masa Lalu

Gaun putih panjang menjuntai. Lampu kristal menggantung anggun di langit-langit. Harum bunga segar memenuhi aula yang didekorasi laksana istana.

Semua mata tertuju pada Kian Ardhana—pria yang dikenal sebagai bujangan paling sempurna: tampan, mapan, dan nyaris tak bercela.

Di sebelahnya, Friska Putriana duduk anggun dalam balutan gaun pengantin putih. Mata wanita itu berbinar, seolah tak sabar menanti takdir baru mereka.

Kian menjabat tangan penghulu, bibirnya mantap melafalkan ijab kabul:

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Friska Putriana binti Broto Kusumo dengan mas kawin berupa satu set perhiasan berlian, dibayar tunai..."

Ruangan mendadak senyap.

Satu detik...

Dua detik...

Tinggal menunggu satu kata dari penghulu—"Sah."

Namun sebelum suara sakral itu terucap—

"TIDAK SAH! DIA SUDAH JADI SUAMIKU!"

Teriakan itu membelah keheningan seperti belati.

Semua kepala sontak menoleh.

Seorang wanita berpakaian serba hitam berdiri di ambang pintu. Cadar menutupi wajahnya. Langkahnya pincang, tapi sorot matanya menyala tajam dari balik kerudung—membawa luka, kecewa, dan kebenaran yang siap mengguncang.

Detik itu juga, mimpi indah berubah menjadi mimpi buruk.

Kian membeku.

Meski wajah wanita itu tersembunyi di balik cadar, Kian tak butuh melihat lebih jauh. Langkah pincangnya... cukup untuk membuat darahnya berhenti mengalir. Hatinya mencelos. Ia tahu persis siapa wanita itu.

Friska menatap wanita bercadar itu, lalu menoleh ke arah Kian. Matanya penuh tanya, hatinya mulai berdebar tak karuan.

Penghulu terdiam.

Para tamu mulai berbisik... ketegangan memenuhi ruangan.

Broto, ayah Friska, langsung berdiri dari kursinya. Wajahnya tegang, matanya menajam ke arah Kian. Suaranya parau ketika bertanya, "Apa maksud semua ini?"

Ibu Friska memekik pelan, menutup mulutnya dengan tangan gemetar. Ia menatap putrinya dengan air mata menggantung, seolah tak percaya pernikahan putrinya berubah menjadi skandal di depan semua orang.

Ibu Kian menoleh cepat ke arah suaminya. Wajahnya memang tertutup, tapi sorot matanya gelisah di balik cadar. Tangan kirinya mencengkeram tas kecil di pangkuan, sementara tangan kanannya menggenggam lengan kursi erat-erat.

"Itu… wanita itu—apa benar dia… istri Kian?" Suaranya lirih, nyaris patah, memadukan marah, malu, dan terpukul dalam satu helaan napas.

Ayah Kian hanya menunduk sesaat, matanya perlahan naik ke arah Kian. Wajahnya keras, namun sorot kecewa tak bisa disembunyikan.

"Kian..." Friska berbisik, suaranya nyaris tercekat.

"Siapa dia? Istrimu? Mantanmu? Atau cuma orang yang ingin merusak pernikahan kita?"

Wanita bercadar itu melangkah maju, perlahan tapi pasti, mendekati meja akad.

Suara dinginnya terdengar jelas—menusuk jantung semua yang hadir:

"Sebelum kau sah menjadi milik orang lain, Kian Ardhana... jawab dulu satu hal.

Apa kau sudah menceraikanku?"

Kian diam. Wajahnya pucat. Tenggorokannya tercekat.

Semua mata kini tertuju padanya—orang tuanya, Friska, orang tua Friska, para tamu, semua menunggu satu hal: jawaban.

Ayah Kian akhirnya bersuara, suaranya berat, dalam, penuh tekanan.

"Kian Ardhana… jawab ayahmu. Siapa wanita itu? Benarkah... dia istrimu?"

Beberapa detik sunyi mencekam... lalu Kian akhirnya membuka suara, lirih—nyaris tak terdengar:

“Dia... istri siriku.”

Kedua orang tua Kian saling menatap—diam, namun jelas terpancar kekecewaan yang dalam dari sorot mata mereka. Seolah mereka menyaksikan impian yang dibangun bertahun-tahun hancur dalam satu kalimat.

Ayah Friska, Broto, mengatupkan rahangnya. Napasnya berat. Tangan kanannya mengepal erat di sisi tubuh, seolah menahan amarah yang nyaris meledak.

Di sampingnya, ibu Friska tak mampu berkata-kata. Air matanya jatuh perlahan, membasahi pipi, menggambarkan luka seorang ibu yang tak sanggup melihat putrinya dilukai.

Friska menatap Kian tanpa berkedip, dadanya sesak, wajahnya kaku menahan gemuruh rasa yang tak bisa ia jelaskan. Kata-kata Kian menggema dalam benaknya, menampar lebih keras dari tamparan apa pun. Harapan di matanya perlahan retak, satu demi satu.

"Kau mencintainya?" tanyanya, nyaris berbisik, namun suaranya menggema di seisi ruangan yang mendadak hening.

Kian menoleh perlahan ke arahnya. Mata mereka bertemu.

Lalu, ia menggeleng.

Friska menarik napas panjang. Matanya berair. Tapi ia menegakkan tubuhnya, seperti ingin menunjukkan bahwa ia masih punya harga diri, meski hatinya sudah hancur berkeping.

"Kalau begitu..." suaranya mulai bergetar, "ceraikan dia. Sekarang. Di sini. Di depan semua orang."

Desakan itu menggema di dalam aula.

Semua tamu menatap Kian.

Penghulu menunduk, tak sanggup ikut campur.

Orang tua mereka diam membatu.

Wanita bercadar berdiri tegak, wajahnya tak terlihat, namun sorot matanya jelas menyiratkan luka yang belum sembuh.

Friska mengatupkan rahangnya, air mata jatuh satu-satu di pipi, namun ia tak menyekanya. Ia menunggu, berharap pria yang hampir jadi suaminya memilihnya.

Tapi Kian…

Diam.

Dunia seolah membeku.

Keringat dingin membasahi pelipisnya. Suara napas para tamu pun terdengar nyaring dalam diam yang menyiksa.

Kian menunduk. Bibirnya bergetar. Matanya perlahan berkaca-kaca, tapi suaranya tetap hilang entah ke mana.

Friska menatapnya, sadar… pria itu tak akan memilihnya.

Ia tersenyum getir, berdiri perlahan di depan semua tamu yang masih terpaku diam.

Matanya basah, tapi suaranya tegas.

"Ambil dia... kalau memang dia milikmu sejak dulu."

Suara Friska lirih, nyaris tenggelam dalam isak yang ia tahan mati-matian.

Ia menatap wanita bercadar itu, tanpa kebencian, hanya luka yang tak bisa dijelaskan.

"Tapi satu hal, Nyonya..." Friska menarik napas, suaranya mulai gemetar, "Jangan bangga karena dia tetap tinggal di sisimu. Banggalah kalau dia mencintaimu. Karena ternyata... dia tak mencintai siapa pun."

Ia pun berbalik.

Langkahnya terasa berat. Gaun pengantinnya yang putih menjuntai di lantai marmer, menyeret serpihan mimpi yang runtuh. Air matanya membasahi lantai, jejak diam-diam dari hati yang ditinggalkan.

Dari deretan kursi tamu, ibu Friska berdiri terburu-buru. Matanya sembab, wajahnya pucat. Ia segera menyusul putrinya, menggenggam ujung gaun Friska seperti mencoba menahan luka yang tak bisa dihentikan.

Kian tiba-tiba berdiri. "Friska...aku bisa jelaskan--"

“Cukup!” suara berat Broto akhirnya meledak, menggelegar memecah suasana beku.

Semua orang tersentak. Friska menghentikan langkahnya, namun tak menoleh.

Broto berdiri dari kursinya, matanya menatap Kian tajam seperti panah yang siap menancap.

“Kau mempermainkan putriku, Kian Ardhana. Di depan semua orang. Di hari suci pernikahan kalian.”

Ia menoleh pada penghulu, orang tua Kian, lalu pada para tamu. Suaranya lantang, tanpa gentar.

“Pernikahan ini batal. Aku tidak akan menyerahkan anakku pada pria yang bahkan tak bisa memilih dengan keberanian.”

Ia kemudian menatap Friska, lembut. “Ayo, Nak. Tak ada yang perlu kau sesali. Kau bukan kehilangan suami... kau diselamatkan dari orang yang tak pantas.”

Friska menahan isak, dan kali ini ia benar-benar menangis. Tapi ia mengangguk—pelan, rapuh, namun pasti.

Kian terdiam. Tak ada kata yang pantas. Tak ada penjelasan yang bisa menyembuhkan luka yang ia ciptakan sendiri.

Dan wanita bercadar itu hanya berdiri di tempatnya.

Tak mengejar siapa pun.

Tak menatap siapa-siapa.

Karena hari itu, bukan soal siapa yang dipilih…

Tapi siapa yang terluka paling dalam.

***

Dua Tahun Lalu

Langit Kalimantan sore itu menguning keemasan, membakar cakrawala dengan cahaya hangat yang menggantung di pucuk-pucuk pohon. Jalan tanah memanjang di antara sawah yang mulai mengering, membelah pedesaan dalam diam yang damai.

Sebuah mobil hitam melaju mulus, menebas kesunyian dengan deru mesinnya.

Di dalamnya, Kian Ardhana duduk gelisah. Tangan kirinya mencengkeram setir, sedangkan tangan kanannya memegang ponsel di telinga. Wajahnya kusut, penuh kekesalan.

"Dia tetap menolak? Bahkan setelah kita naikkan harga dua kali lipat?"

Suara anak buahnya terdengar dari seberang.

"Iya, Tuan. Pak Hasan bilang, tanah itu peninggalan leluhurnya. Tak bisa diukur dengan uang, katanya."

Kian mengumpat pelan. “Orang-orang seperti itu... lebih memilih nostalgia ketimbang masa depan.”

Tut. Ia mengakhiri panggilan dengan kasar.

Matanya menatap keluar jendela, menelusuri barisan pohon yang meliuk di tepian jalan. Tapi pikirannya tertinggal di tanah yang gagal ia beli—tanah paling strategis untuk proyek resort mewah terbesar yang akan jadi wajah ibu kota baru.

Ia menatap ponsel lagi, menelepon anak buah lainnya.

"Cari informasi soal Pak Hasan. Semua yang berhubungan dengannya."

Suara di seberang menjawab cepat, "Sudah, Tuan. Dia menduda sejak tiga tahun lalu. Istrinya meninggal dalam kebakaran. Api dari ledakan tabung gas tetangga menyebar cepat. Rumahnya habis. Saat kejadian, dia sedang kerja. Di rumah cuma istri dan anak perempuannya."

"Lalu... anaknya?" tanya Kian.

"Selamat. Tapi katanya sejak kebakaran itu, anak perempuannya trauma. Dia selalu pakai cadar. Ada desas-desus... wajahnya terbakar."

Kian mendengus, sinis.

"Desas-desus kampung," gumamnya. Ia menggeleng pelan.

"Gali lebih dalam soal Pak Hasan. Siapa saja keluarganya. Kalau perlu, dekati anaknya. Cari celah. Kita butuh tanah itu. Kalau tidak, proyek ini mati. Kita bakal rugi besar dan—"

"MAMPUS!"

Kian terkejut. Spontan ia membanting setir ke kanan.

Ponsel terlempar dari tangannya. Jantungnya nyaris copot dari dada.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Anitha Ramto
Kasihan juga Friska...,yang hancur karena gagal menikah dengan Kian

jika kamu ingin mendapatkan hakmu terimalah dulu Kanya dengan baik dan tulus saling nenerima walapun belum sepenuhnya,,minimal kamu bersikap baiklah pada Kanya jangan terlalu datar dan coba untuk mencintai Kanya...
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
sabar Kanya... hurmm.. wajah mu itu tidak harus kau sembunyikan di balik cadar mu..buka lah cadar mu... berikan saja apa yg suami kamu inginkan.. tawakkal kepada Allah SWT..soal tidak tidak mau menyentuhmu itu hak dia..asal kamu sudah izin menjalani kewajipan mu sebagai isteri
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
lebih baik terpegang anjing dari memegang seorang wanita yang haram di sentuh walaupun menyentuh wanita mahram tidak perlu di sertu..kian Kian 😬 kawal nafsu mu
Sri Hendrayani
kasian kanya
Felycia R. Fernandez
kamu aja blom jadi suami yang baik apa yang mau diharapkan...
kamu juga blum mengenal Kanya,
sebagai suami apa yang kamu ketahui tentang Kanya???
coba kamu mulai terima Kanya,jadikan dia prioritas mu, cintai dia setulus hati mu.
jangan hanya Friska doank yang kamu simpan dihati mu.
lagian kamu belum mengenal Kanya
Puji Hastuti
Sabar kian, waktunya setaun, ini belum seberapa
Dek Sri
lanjut
Felycia R. Fernandez
waaah ternyata Friska pelakor nya disini...
merasa dikhianati padahal kamu dan Kian pasangan pengkhianat sebenarnya
untung Kanya wanita bijak dan taat agama,klo gak mungkin Friska udah viral karena mengambil suami orang...
Siti Jumiati
lalu apa yang bias aku harapkan dari pernikahan ini,sabar kian coba kamu terima tawaran Kanya bahwa kamu mau membuka hati dan belajar mencintai Kanya.
septiana
lanjut kak semangat 💪🥰
Fadillah Ahmad
Huh,kalau Sama Pak Buntala,kau mungkin Sudah Tiada Kian. 😁😁😁 dan Kau tak akan bisa hidup nyaman,karena Pak Buntala akan Menfhantuimu sampai ke alam mimpi 😁😁😁
Fadillah Ahmad
"Angkat Kaki?" Apa Maksudnya itu Kak Nana? Apa Kakinya di angkat sebelah untuk berjalan? Padahal dia punya dua kaki?
Fadillah Ahmad
F8sioterapi Itu Apa Kak Nana?
Fadillah Ahmad
Apa Bedanya UGD Dan IGD Kak Nana?
anonim
Kian jangan kasar kau sama istri - setidaknya pakai bahasa yang baik. Jiiiaaaahhh Kian - istri mana yang senang suaminya berbagi dengan wanita lain. Kian menantang Kanya nih...minta haknya sebagai suami - sekarang. Disambutlah permintaan Kian - kesanggupan Kanya untuk memberikan kewajibannya sebagai istri - sekarang - dengan dua syarat. SKAKMATT !
Bagaimana Kian ????
Oooo....ternyata noda lipstik dan aroma parfum Friska yang mabuk di tolong Kian.
Kelakuan sang mantan yang hatinya sedang retak - di bawa mabuk rupanya.
Fadillah Ahmad
Ternyata Wajah Wan8ta di balik Cadar itu Sangat Cantik ya kan? Seperti Wajah Wanita,vietnam,korea atau Tiongkok kan,cantik Banget nggk tuh ternyata. gimana dong Kian?

Lanjutkan kak Nana... 🙏🙏🙏 Aku Hadir lagi kak,setelah Menunggu Cukup lama,agar Novel ini Menandatangani Kontrak Eksklusid. Dan Akhirnya Sekarang Aku Bisa Baca 😁😁😁
abimasta
benarkan kian ketemu friska?meski hanya membantunya
love_me🧡
oh jd begitu to ceritanya tp bisa bikin kanya salah paham, kukira kian habis melakukan pertemuan dari club trs ada wanita penghibur yg mendekati..lelaki muda tadi pasti nanti dimasa depan akan jd plot twist hubungan kian&kanya pda saat mungkin mereka mulai dekat& membuka hati satu sama lain
asih
nah Loh akibat susah move on dr mantan yg hampir nikah bisa bikin istri Salah pagan di rumah,Kian Mantabkan hatimu lah jangan main² ,ingin peringatan dr bapakmu jauhi mantan jaga martabatmu sebagai suami,jangan hanya Karna dalil menolong Nanti friska berusaha deketin kamu lagi
Siti Jumiati
hati2 kian kuatkan imanmu jangan sampai kamu khilaf,dan akhirnya kamu akan menyesal dibelakang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!