Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 Tuan Agung Koma
'' Terimakasih Tuan, saya turun dulu.'' Ketika Imah hendak membuka pintu mobil, tangan Imah ditahan oleh Tama. Imah yang kaget hanya bisa diam membeku. Posisi Tama persis seperti orang yang akan mencium kekasihnya, mata mereka saling memandang dan hanya beberapa senti saja bibir mereka akan menempel. Hembusan nafas Tama menjadi aroma terapi bagi Imah sehingga membuat matanya terpejam seketika.
'' Terimakasih untuk hari ini.'' Bisik Tama dengan suara yang menggoda Iman, dan ternyata Tama tengah melepaskan seatbelt Imah.
'' I-iya Tuan sama-sama.'' Wajah Imah langsung memerah menahan malu sehingga membuatnya sedikit berlari menuju pintu rumah kotrakanya.
Tingkah malu-malu Imah itu sungguh menggemaskan bagi Tama, tawa kecilpun keluar dari mulutnya.
'' Tunggu saatnya baby, lebih dari itu akan menjadi milikku.'' Guman Tama dengan senyum sambil membelokan kemudinya.
Saat Tama sedang bersenandung ria menikmati ramainya jalanan ibu kota, tiba-tiba ponselnya bedering dan tertera nama Tisa adik semata wayangnya.
'' Ya gue lagi on the way nih.'' Jawab Tama langsung. Namun suara isakan mengusik pendengaran Tama sehingga dia mematikan musik yang sedang di dengarnya.
'' Ada apa Tisa?'' Tama mulai panik.
'' Hiks...hiks..hiks...Kakek Kak, Kakek jatuh dari tangga.'' Tisa menangis histeris.
'' Oh ya Tuhan, sekarang Kakek dimana?''
'' Di rumah sakit tempat aku magang Kak.''
'' Gue langsung ke sana.'' Dengan kecepatan penuh Tama mengendarai mobilnya menuju rumah sakit dimana Kakeknya dibawa.
'' Baru saja kedamaian menyelimuti, kenapa musibah datang lagi.'' Gumam Tama dengan wajah penuh kepanikan.
Hanya butuh waktu 30 menit bagi Tama untuk sampai di rumah sakit. Dengam langkah lebar Tama menyusuri lorong rumah sakit agar cepat sampai di ruang dimana Kakeknya sedang ditangani Dokter.
Dari kejauhan Tama sudah dapat melihat kesedihan bercampur kepanikan yang dari wajah Danu, Mayang dan Tisa.
'' Apa yang yang terjadi dengan Kakek?'' Ujar Tama saat sudah berdiri di depan Danu yang tengah duduk memeluk Mayang yang tengah menangis.
'' Gue juga ga belum tahu pasti gimana kejadiannya, pas kita sampai rumah utama tiba-tiba kita dengar Bibik teriak mintak tolong. Hanya itu, karena kita panik dan langsung bawa Kakek ke rumah sakit.'' Jelas Danu.
'' Tapi Beni masih di sana untuk mengecek cctv, karena ada kejanggalan yang gue rasakan.'' Danu berdiri dan mengajak Tama berjalan sedikit menjauh dari posisinya semula.
'' Lo tau kan Kakek sangat jarang pergi ke arah samping, apalagi buat naik tangga sendirian. Ini aneh menurut gue, makanya gue suruh Beni sama beberapa orang kita buat mengecek TKP. Buat sementara kita ga bawa polisi dulu, gue takut malah nanti berimbas sama Tisa dan Mayang.'' Tambah Danu yang kemudian menatap Mayang yang tengah memeluk Tisa.
'' Inilah salah satu hal yang gue takutin, kalau saja Kakek mau kita pakai pengawal selain dua satpam di rumah utama mungkin hal ini ga akan terjadi.'' Ujar Tama.
'' Kita tunggu dulu kabar dari Beni, untuk sekarang kita belum bisa membuat langkah apapun dulu.'' Sahut Danu dan dibalas anggukan oleh Tama.
Sejak dulu memang Tuan Agung sangat anti dengan banyaknya pengawal di rumah utama Alasannya simpel saja, beliau tidak ingin privasinya terganggu. Dan beliau yakin jika menabur kebaikan, akan menuai hal yang sama.
Tapi Tuan Agung lupa jika semakin tinggi sebuah pohon, maka akan semakin kencang angin yang akan menerpa. Tuan Agung tidak tahu atau lebih tepatnya tidak mau tau dengan rasa iri orang lain padanya.
Rasa kejanggalan akan kecelakaan yang di alami oleh Kakeknya semakin kuat karena kejadian itu terjadi ketika Sekretaris Rudi sedang tidak bersama Tuan Agung. Karena biasanya, dimana Tuan Agung maka disitulah Sekretaris Rudi berada.
Namun entah mengapa tiba-tiba Tuan Agung mengutus Sekretaris Rudi untuk terbang ke Singapura. Keputusan itu di ambil setelah mendapat kabar dari Jonathan kalau perusahan disana sedang kacau. Akhirnya Tuan Agung meminta Sekretaris Rudi untuk menyelesaikannya. Mengingat Rudi lebih kompeten dan lebih berpengalaman pada bidang itu.
Kalau harus mengandalkan
Seorang dokter keluar dari ruang ICU tempat Tuan Agung menjalankan perawatan.
'' Bagaimana kondisi Kakek kami Dok?'' Tanya Danu saat mengahmpiri Dokter tersebut. Helaan nafas berat Sang Dokter dapat Danu baca kalau Dokter belum bisa memberi kabar baik.
'' Untuk saat ini Tuan Agung mengalami koma, hal ini terjadi akibat benturan kuat dibagian kepalanya. Dan satu lagi, benturan dikepalanya bulan karena jatuh. Tepatnya karena hantaman benda tumpul yang keras sehingga otak bagian belakang beliau mengalami pendarahan yang cukup serius.'' Ulasan Dokter sontak membuat Danu dan Tama terkejut seakan mereka memikirkan hal yang sama.
'' Perkembangam selajutnya akan kami kabari setelah kami melakukan pemeriksaan kembali. Dan maaf untuk saat ini pasien belum bisa dijenguk demi untuk kestabilan pasien itu sendiri. Jika ingin melihat, tirai pada jendela kacanya akan kami buka. Kalau begitu saya pamit dulu.'' Ujar Dokter.
'' Baik Dok, terimakasih'' Sahut Tama dan Danu.
Setelah tirai jendela kaca ruang ICU tempat Tuan Agung dirawat dibuka, semuanya langsung mendekat ke arah kaca. Raut kesedihan terlihat jelas diwajah mereka, terlebih lagi Tisa. Karena hampir seluruh waktu tumbuh kembangnya bersama dengan Kakekknya. Jika harus memilih, maka Tisa akan lebih memilih Kakeknya ketimbang Tuan Bagas Ayah kandungnya.
'' Kenapa cobaan pahit datang lagi mengahampiri kita? Kenapa orang-orang yang Tisa sayangi satu persatu pergi hiks...hiks...Kakek, berjanjilah Kakek tidak akan meninggalkan Tisa hiks...hiks...'' Tangis Tisa kembali pecah.
Hatinya tidak kuat melihat tubuh tua yang terbaring lemah yak berdaya di atas tempat tidur itu. Apalagi begitu banyak alat dan selang yang menempel disekujur tubuh Kakeknya. Sungguh membuat dada Tisa terasa sesak. Tiba-tiba tubuh Tisa melemah dan akhirnya merosot ke lantai. Dengan sigap Tama mengangkat Tisa dan Danu memanggil perawat agar menyiapkan kamar untuk Tisa. Hal itu mudah bagi mereka karena hampir seluruh saham dalam rumah sakit ini adalah milik kuarga mereka.
'' Sayang, kamu di sini temenin Tisa dulu ya. Mas ada urusan sebentar dengan Tama. Di luar sudah ada empat orang penjaga yang akan menjaga kalian dan empat orang yang akan menjaga ruang Kakek.'' Ucap Danu sambil mengecup puncak kepala Mayang yang tengah duduk di kursi samping tempat tidur dimana Tisa tengah tertidur setelah diperiksa oleh Dokter.
'' Iya Mas, hati-hatinya.'' Jawab Mayang manatap Danu dengan senyum memberi semangat. Danu membalas dengan anggukan kepala.
'' Aku titip Tisa.'' Tutur Tama pada Mayang.
'' Iya pergilah, jangan biarkan pengganggu datang lagi.'' Sahut Mayang dan dijawab anggukan juga oleh Tama.
Ternyata Danu telah mendapat pesan dari Beni tentang teka-teki jatuhnya Tuan Agung dari tangga samping rumah utama. Segera Tama dan Danu menuju rumah utama untuk melihat langsung kabar dari Beni tersebut. Tidak butuh waktu lama Danu dan Tama sekarang telah bersama Beni dan beberapa orang kepercayaan Danu.
'' Kalian tambah penjagaan, disetiap sudut rumah harus di jaga ketat. Ingat, jangan lengah.'' Perintah Danu pada anak buahnya.
'' Bos, lihatlah ini.'' Tutur Beni menyalakan laptop yang berisi rekaman cctv tapat saat detik-detik Tuan Agung tejatuh dari tangga.
Terlihat dalam rekaman kamera pertama Tuan Agung yang baru keluar dari ruang kerjanya tepat pada saat azan magrib berkomandang. Namun langkah Tuan Agung terhenti dan arah pandanganya menatap ke pintu samping yang kebetulan terbuka lebar. Berlahan Tuan Agung berjalan menuju pintu dan seperti hendak mengejar sesuatu.
Pada kamera kedua, Tuan Agung seperti berteriak memanggil seseorang dan berusaha mengejar ke arah tangga samping rumah yang menuju rooftop yang terdapat taman bunga mendiang Istri Tuan Agung. Namun pada saat ditengah-tengah anak tangga Tuan Agung berjalan mundur kebawah dan akhirnya Tuan Agung terjatuh berguling sampai ke lantai bawah. Bukan hanya itu saja, terlihat si pelaku turun mendekati Tuan Agung yang posisinya sedang tertelungkup. Dengan keras si pelaku memukul kepala bagian belakang Tuan Agung sehingga darah mengucur deras membasahi lantai.
Terakhir terlihat si pelaku mengacungkan jari tengahnya ke arah kamera cctv. Namun sayang wajahnya tidak bisa terlihat jelas karena si pelaku memakai masker yang menutupi sebagian wajahnya.
'' Kembali putar saat si brengsek itu mengacungkan tangannya.'' Ujar Danu. Beni pun memutar kemabali rekaman itu.
'' Stop Ben.'' Danu terlihat memperhatikan gelang besi putih berkepala tengkorak pada tangan si pelaku.
'' Bawa semua barang bukti ke bagian IT kita, jangan lupa temukan secepatnya balok kayu yang digunakan pelaku.'' Jelas Danu, dan Beni mengangguk tanda mengerti.
'' Kapan Rudi kembali?'' Tama bertanya kepada Danu saat mereka berada dalam ruang kerja Tuan Agung.
'' Malam ini, dan kabar baiknya dia telah mengetahui siapa CEO Federik Global Group dan beberapa bukti tentang musuh-musuh kita.'' Jawab Danu sambil memperhatikan sebuah map berwarna hitam di atas menja kerja Kakeknya yang di ikat rapi menggunakan sebuah tali bewarna hitam juga.
Saat Danu akan menyentuh map hitam tersebut, Beni datang memanggil.
'' Bos, ada kabar buruk.'' Ucap Beni.
'' Kabar apa?'' Jawab Danu dan Tama bersamaan.
'' Mobil yang membawa Sekretaris Rudi dari bandara mengalami kecelakaan di tengah perjalanan menuju kemari. Dan mobilnya hangus terbakar, serta tidak ada korban yang selamat.'' Jelas Beni.