Mengisahkan tentang seorang gadis muda yang bernama Mutiara Sanjaya atau biasa di sapa Ara, Ara adalah anak pertama dari seorang pengusaha yang cukup ternama bernama Surya Sanjaya
Ara juga mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Berliana Sanjaya atau biasa di sapa Nana, Nana terlahir dari pernikahan papanya yang kedua. Hal tersebut bisa terjadi karena mama kandung Ara meninggal dunia saat melahirkan dirinya
Suatu malam Ara di jebak oleh mama Tania dan Nana menyebabkan dia harus kehilangan kehormatan nya dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal
Pria tersebut adalah Raditya Mahardika seorang CEO muda yang paling di segani di kota tersebut
Hasil hubungan satu malam tersebut membuat Ara mengandung seorang anak yang menjadi kekuatan bagi dirinya, di awal kehamilannya Ara pun merasa sangat terpuruk tetapi orang di sekitarnya membuat dia bangkit kembali
Apakah takdir akan mempertemukan kembali dirinya dengan sang pria pada malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triana mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Tak Pantas
Sedangkan di tempat yang berbeda Ara dan Dion sudah berada di dalam mobil dengan saling diam, akhirnya Ara pun mulai membuka suara untuk memecah keheningan
"Kita mau kemana kak?"
"Nanti kamu juga tau" tanpa menoleh sama sekali
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh akhirnya mereka pun tiba di sebuah taman di dekat kampus mereka dulu, di mana dahulu kala mereka sering menghabiskan waktu bersama di sana
"Mau ngapain kita ke sini kak?"
"Kita harus bicara Ara, ayo turun"
Mereka berdua akhirnya duduk di salah satu bangku di taman tersebut, dan di sana masih tercipta suasana yang sama seperti dulu
"Kamu masih ingat tempat ini kan?"
"Ga ada yang perlu di ingat lagi kak, semuanya sudah berakhir" tersenyum getir sambil memandang jauh ke depan
Dion menggenggam tangan Ara sambil menatap ke arah Ara
"Aku mau minta maaf sama kamu"
"Kamu ga perlu minta maaf kak, kamu memang ga salah apa-apa" menarik tangannya
"Aku salah, aku orang yang paling bersalah saat itu. Seharusnya aku orang yang ada di samping kamu saat itu, aku seharusnya orang yang peluk kamu saat itu"
"Ga perlu di sesalin kak semuanya sudah terjadi, sekarang aku dan kak Dion sama-sama memiliki kehidupan masing-masing. Selamat ya atas pertunangan kak Dion dan Nana, aku doakan semoga kalian bisa selamanya bahagia" tersenyum
"Ga Ara itu cuma sebuah kesalahan di dalam hidup aku, ga pernah ada Nana di dalam hati aku"
"Kesalahan ya kak, kesalahan seperti apa yang membuat seorang laki-laki harus bertunangan dengan seorang perempuan?"
"Setiap manusia pasti pernah membuat sebuah kesalahan kak, tinggal bagaimana caranya kita bertanggung jawab dan memperbaiki atas kesalahan yang sudah kita perbuat"
"Aku ga bisa" menundukkan kepalanya
"Aku yakin kak Dion laki-laki yang bertanggung jawab, jangan buat aku kecewa dengan kak Dion"
"Apa sama sekali ga ada kesempatan buat aku perbaiki hubungan kita?"
Ara pun memberikan senyuman terbaik yang dia bisa
"Karena memang semuanya sudah berakhir kak, ga ada yang bisa kita perbaiki lagi"
"Aku rasa sekarang ga ada yang perlu kita bahas lagi kak, aku pergi dulu ya kak"
Ara pun mulai bangkit dari duduknya dan dengan cepat Dion memegang tangan Ara
"Tolong Ara aku ga pernah sedikit pun bisa lupain kamu selama ini, aku benar-benar merasa bersalah sama kamu"
"Mungkin sekarang memang sudah saatnya kakak belajar mencintai Nana dan lupain aku kak, kak Dion ga perlu merasa bersalah dengan apa yang terjadi sama aku. Karena sekarang aku bahagia kak dengan kehidupan aku"
"Ok aku paham, tapi kita tetap bisa jadi teman kan?"
Ara hanya menjawab dengan anggukkan kepalanya
"Karena sekarang kita sudah jadi teman, tolong aku mau tau tentang kejadian malam itu Ara" dengan wajah serius
"Buat apa kak? aku sudah belajar untuk melupakan itu semua"
"Apa status aku sebagai teman kamu tetap ga bisa bikin kamu cerita? jujur Ara masalah itu membuat aku merasa bersalah sampai saat ini"
Ara pun kembali mendudukkan dirinya dan mulai menceritakan semua kejadian pada malam itu, terlihat Dion mengeraskan rahangnya karena merasa kecewa terhadap dirinya sendiri
"Mulai sekarang ga perlu salahkan diri sendiri lagi kak, sekarang kita cukup jalani hidup kita masing-masing dengan baik"
"Ya sudah kamu mau kemana biar aku antar?"
"Ga usah kak, aku balik ke kantor sendiri aja. Aku duluan ya kak"
Ara mencoba tetap tersenyum dengan tulus walaupun jauh di dalam lubuk hatinya bak teriris, Ara tak ingin menjatuhkan air matanya di hadapan Dion dia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Dion di sana seorang diri. Sedangkan Dion hanya bisa menatap punggung Ara hingga menghilang di balik keramaian
"Aku memang ga pantas berada di samping kamu Ara, karena aku orang yang menambahkan luka di hati kamu di saat kamu memerlukan sebuah kepercayaan dari aku"
Ara mengirimkan sebuah pesan kepada Arman untuk meminta izin bahwa dia tak akan kembali lagi ke kantor pada hari itu, karena dia benar-benar butuh sebuah ketenangan pada saat itu. Ara terus berjalan mengikuti langkah kakinya tanpa ada arah tujuan, di sebuah tempat yang terbilang sepi akhirnya Ara pun mulai menjatuhkan air mata yang sedari tadi sudah dia tahan
"Aku sudah berusaha persiapkan hati aku dan ternyata tetap terasa sakit, cuma kamu orang yang waktu itu aku harapkan percaya sama aku kak. Saat aku benar-benar rapuh kamu kemana kak?"
"Dari sekian banyak wanita kenapa harus Nana kak? apa kak Dion ga sedikit pun merasakan keanehan dari kejadian malam itu?"
Air mata Ara pun mengalir dengan derasnya, akhirnya segala kekecewaan yang selama ini dia rasakan terhadap Dion tersalurkan melalui air matanya saat itu. Setelah merasa lebih tenang Ara pun menghubungi Vira
"Vir..."
"Kamu kenapa? kenapa suara kamu begitu? kamu habis nangis ya?"
Mendengar suara sahabatnya yang memberikan rentetan pertanyaan membuat Ara dapat tersenyum tipis
"Aku ga apa kok Vir"
"Jangan kebiasan bilang ga apa, kamu itu cuma manusia biasa Ara"
"Aku ketemu kak Dion tadi di kantor Vir"
"Kamu di mana? aku ke sana sekarang" panik
"Aku butuh waktu sendiri Vir, aku cuma mau minta tolong sama kamu"
"Kamu mau minta tolong apa?"
"Hari ini aku titip Daffa ya, aku buruh waktu menenangkan diri Vir"
"Ya kamu tenang aja biar nanti malam aku Vira Daffa tidur, tapi ingat kamu harus kuat ya. Ingat sekarang kamu punya Daffa yang membutuhkan kamu"
"Iya aku tau kok, makasih ya Vir"
"Kalau ada apa-apa kamu langsung hubungi aku ya"
"Ya Vira sayang, udah dulu ya. Bye..."
"Ya" Vira pun memutuskan sambungan teleponnya
"Aku harap Ara akan menemukan kebahagiaan dia suatu saat nanti, aku harap akan ada seseorang yang selalu membuat dia tersenyum"
Cukup lama juga Ara berdiam diri di sana dan entah bisikan dari mana tiba-tiba saja Ara mulai bangkit dan memutuskan untuk pergi ke suatu tempat, sedangkan di tempat yang berbeda Adit sudah berkali-kali mencari alasan untuk melihat meja kerja Ara yang tetap kosong tanpa penghuni
"Kemana aja sih dia? kenapa dia belum balik juga ke kantor? kalau aku hubungi dia sekarang dan masih sama Dion kan nanti jadi ga enak. Akh!! bisa stres sendiri gw kalau begini"
Adit yang sudah mulai tidak sabar langsung mendatangi meja kerja Arman
"Masih belum balik dia?"
"Ara sudah meminta izin tidak kembali lagi ke kantor pak"
Adit langsung menatap tajam ke arah Arman
"Saya lagi yang kena"
"Katanya dia merasa tidak enak badan jadi dia izin untuk langsung pulang pak"
"Dari jam berapa dia kasih kamu kabar?"
"Sudah dari tadi pak"
"Kenapa kamu ga bilang ke saya?"
"Apa masalah seperti ini harus saya laporkan juga ke bapak?"
"Pokoknya mulai sekarang semua yang berurusan dengan Ara harus segera kamu laporkan ke saya"
"Baik pak"
smgt trs
tapi jgn terlalu baik.sb klau lemah dgn mudah nya kamu di tindas. jadi lah wanita yg kuat di mata mereka. aku sbgai wanita ibu tunggal akan mendukung mu. smgt thor
1 malam bersama dan berdekatan wajah pun gk tau. waktu berciuman psti kan ttp wajah nya. dunia novel mmg nyleneh. smgt ae thor