🌹🌹🌹🌹
Karena ingin terlepas dari jerat kemiskinan, Sena dan Felli memutuskan untuk menjual kesucianya. Melewati 1 malam penuh Dosa.
"Fel, pokoknya aku mau yang seperti Om Rudi, walaupun sudah tua tapi masih terlihat tampan," pinta Sena sang adik sepupu.
Felli terkekeh.
"Ada yang mau menggunakan jasamu saja sudah untung, hahaha," akhirnya Felli tertawa terbahak.
21+
✍🏻 revisi typo 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MY SUGAR 33 - Tubuhmu Sudah Ku Nodai
"Pergilah, tapi tunggu aku menjemputmu. Aku akan datang saat aku sudah layak jadi suamimu."
Tanpa permisi, air mata Sena mengalir lagi.
Hanan mendekat, lalu mencium kening wanitanya yang menangis dengan gamang.
"Ingat satu hal Sen, tubuhmu sudah ku nodai. Jadi jika masih ingin memiliki harga diri, jangan berhubungan dengan pria lain lagi." Setelah mengatakan itu, Hanan kemudian berlalu meninggalkan Sena, sendirian di dalam apartemen.
Sengaja ia mengatakan kalimat yang terdengar menyakitkan, hanya agar Sena tak meninggalkan dirinya, meskipun Sena akan memilih untuk pulang ke Palembang, Sena akan tetap jadi miliknya.
Terdengar bunyi pintu yang tertutup, tangis Sena langsung pecah.
Sementara Hanan terus berjalan dengan langkah besar, sumpah demi apapun saat ini emosinya sedang tidak stabil. Hanan sangat yakin, Lora mengetahui tentang Sena dari saudaranya sendiri, Hanaf.
Sampai di dalam mobil, Hanan memukul kemudinya dengan keras. Hatinya terus mengutuk atas semua perbuatan Hanaf padanya. Hanan benar-benar tidak tahu dimana letak kesalahannya, hingga saudaranya itu begitu membenci dirinya.
Selama ini, Hanan selalu menutupi, seolah tidak tahu apa-apa. Tapi kini tidak lagi, Ia tak ingin hidupnya kembali hancur gara-gara Hanaf dan Lora.
Tanpa pikir panjang, Hanan segera mengambil ponselnya dan menghubungi Yoana.
"Apa masih belum cukup semua barang bukti yang sudah terkumpul?" tanya Hanan langsung tanpa mengatakan hal apa yang ingin ia bicarakan, sesaat Yoana bingung. Namun ketika mengingat jika kini mereka hanya mencari bukti tentang korupsi dan kecurangan sang presdir, Yoana langsung sigap mejawab.
"Maaf Pak, tapi buktinya belum cukup kuat. Terlebih kita tidak tahu dimana keberadaan pengacara itu," terang Yoana apa adanya. Pengacara almarhum sang ayah tiba-tiba menghilang setelah membacakan surat wasiat kala itu. Surat yang diyakini Hanan adalah palsu, ia ingat betul detail tanda tangan sang ayah yang nampak tegas, tapi dalam surat wasiat yang ia lihat, tanda tangan itu nampak bergetar.
"Lakukan apapun Yo, aku ingin ini segera tuntas,"
"Pak, boleh saya beri saran?" ucap Yoana dengan ragu, ia cukup tahu banyak tentang apa yang dialami oleh sang Tuan. Kelicikan saudaranya sendiri, istrinya ataupun tentang Sena.
"Lebih baik kita selesaikan satu persatu, mulai dari ibu Lora baru pak Hanaf," terang Yoana karena Hanan hanya terdiam. Sebagai tangan kanan, Yoana memang selalu memberikan saran.
Sejenak, Hanan terdiam. Ucapan Yoana mungkin ada benarnya. Awalnya, ia memang ingin membuat Lora dan Hanaf mendekam dipenjara secara bersamaan, namun sepertinya kini rencananya berubah. Ia akan memenjarakan Lora terlebih dahulu.
"Baiklah," jawab Hanan, lalu memutus sambungan teleponnuya.
Selesai dengan Yoana, Hanan memutuskan untuk menghubungi Bagas. Meminta tangan kirinya ini untuk segera mencari seorang mata-mata, yang akan selalu mengawasi Sena. Kemanapun Sena pergi, Hanan ingin mata-mata itu selalu mengikuti, meski keujung dunia sekalipun.
Dan Bagas, menyanggupi perintah tuannya dengan patuh.
Hingga 20 menit kemudian, ada seorang wanita bertubuh tegap dan menggunakan setelan baju berwarna hitam mengetuk kaca mobil Hanan.
Hanan membuka kaca mobil itu dan sang wanita menunduk hormat.
Wanita ini adalah mata-mata Sena yang dikirimkan oleh Bagas untuknya, bernama Riska. Wanita yang ahli dalam bela diri dan bersembunyi. Bagas segaja mencarikan seorang mata-mata seorang wanita, demi menjaga privasi sang calon Nyonyanya.
"Lalukan tugasmu sekarang."
"Baik Pak," jawab Riska patuh dan segera berlalu menuju lantai 20. Semua keterangan tentang Sena sudah ia kantongi, Kini Riska hanya tinggal mengawasi, serta melindungi dari jarak jauh.
Setelah dirasa cukup, Hanan segera melaju menuju ke rumah sakit, melihat keadaan Lora yang sedang melahirkan. Mau tidak mau, anak yang dikandung Lora memang benar darah dagingnya.
20 menit perjalanan, Hanan sampai di rumah sakit.
Tak butuh waktu lama, ia sudah sampai di ruangan Lora, lengkap dengan bayi kecilnya yang sudah lahir.
Hanan melihat sekilas pada bayinya, seketika dadanya terasa bergetar kala melihat mahluk kecil tanpa dosa itu. Namun secepat kilat ia berpaling.
Melihat Hanan yang datang dengan wajah mengeras, bahkan tak bergerak sedikitpun untuk menyentuh anaknya, Lora berdecih.
"Untuk apa Mas kesini? ingin menceraikanku?" tanya Lora dengan senyum menyeringai, tenaganya memang belum seutuhnya pulih, namun melihat Hanan yang nampak ingin memarahinya gara-gara jalaang itu, membuat ia geram.
"Sampai kapanpun, aku tidak akan mau bercerai denganmu Mas," ucap Lora, iapun membalas tatapan Hanan tak kalah sengitnya.
Mendengar itu, Hanan malah terkekeh.
"Aku tahu, karena itu aku tidak ada niat sedikitpun untuk menceraikanmu," jawab Hanan setelah tawanya mereda.
"Lagipula ada atau tidaknya dirimu dan anak itu, tidak akan merubah apapun dengan hidupku. Aku kesini hanya ingin memberitahumu satu hal, urus anak itu baik-baik, jangan sampai merepotkanku, apalagi sampai mengganggu semua kesenanganku," timpal Hanan dengan begitu tega.
Air mata Lora jatuh juga ketika mendengar kata-kata itu, betapa kejamnya pria yang menjadi suaminya ini. Bahkan setelah ia melahirkan pewarisnya, hati Hanan tak tergerak sedikitpun.
"Iblis kamu Mas," balas Lora dan Hanan tak peduli, ia segera pergi dari ruangam itu dan menutup pintu dengan cukup keras.
Hingga membuat anaknya sendiri terbangun dan menangis.
Mendengar tangisan bayi itu, malah membuat Lora berteriak frustasi. Suara jeritan Lora dan tangis bayi memenuhi seisi ruangan ini.
Begitu gaduh tak terkendali.
Dan untunglah, tak butuh waktu lama ada seorang perawat yang datang. Perawat itu lalu menenangkan si bayi, dan memberikannya susu dalam botol.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sampai di area parkiran rumah sakit, Hanan menghentikan langkah di samping mobilnya. Ponselnya bergetar dan dilihat ada beberapa pesan masuk daru Riska.
Riska emngiriminya beberapa foto, tentang Sena.
Nampak jelas dalam foto itu, Sena yang pergi ke kantor menggunakan jasa ojek.
Lalu difoto yang lain, nampak Sena yang sudah keluar dari dalam gedung ExstraFood itu.
Nona Sena memberikan surat pengunduran diri pada pak Surya. Terang Riska dalam pesannya.
Namun ada satu hal yang mencuri perhatian Hanan, dalam setiap foto yang dikirimkan Riska, selalu ada seorang pria bertopi tak jauh dari Sena.
Seolah pria itu selalu mengikuti kemanapun Sena pergi.
"Sial!" umpat Hanan geram, ia yakin 100 persen, orang itu adalah suruhan Hanaf.
Hanan dapat melihat dengan jelas, malam itu Hanaf menunjukkan ketertarikkannya pada Sena.
"Badjingan kamu Han," gumam Hanan geram. Andaikan bukan karena sang ibu, Nadia dan kedua keponakannya. Sudah sejak lama ia membongkar kebusukan sang kakak. Tapi apalah daya, Hanan tak kuasa melihat orang-orang terdekatnya tersakiti, apalagi hanya karena seorang Hanaf.
Karena itulah, Hanan memilih cara lain untuk menghentikan Hanaf, tanpa menyakiti orang-orang terdekatnya.
Tak mengulur waktu, Hanan segera menghubungi Riska dan memerintahkan untuk membuat mata-mata Hanaf itu tak bisa berjalan lagi.
Riska patuh, tugas itu bisa ia laksanakan semudah membalikkan telapak tangan.
Memutus sambungan teleponnya, Hanan segera melaju dengan cepat, kembali ke apartemen. Ia yakin, kini Sena pun menuju kesana.
pdhl.mau baca gmn respon sanaf manta istrinya nikah lagi..sama.brondong pula😌
bonchap dong🤧
lagiam lu ngaku nadia ttp jadi istri lu karma 15 thn kemudian lu udah tuirr, miskin lagi. cw mana yg mau😏