semenjak kematian sang ibu, Kayla harus menutup semua keunggulannya agar tetap bisa bertahan hidup dari siksaan ibu dan saudara tirinya.
sementara dibelahan dunia lain, Keyla tengah asyik dengan eksperimen gilanya untuk membuat sebuah program buatan guna mempermudah kehidupan manusia.
kecelakaan Kayla dan juga percobaan terakhir Keyla menyebabkan jiwa Keyla masuk ke tubuh Kayla yang meninggal.
" BHUAHAAAHAHAHA... aku mati? tapi tadi bunyi sistem kan? berarti aku berhasill !!!" ~
" Ibu, akhirnya aku akan menemuimu" ~
HEH.. Kayla siap dengan tubuh barunya.. ia bertekad untuk membalaskan dendam pemilik tubuh asli.
AYAH GADUNGAN? Mari kita Buang !
SAUDARI TIRI + IBU TIRI? Hempaskan saja!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bubun ntib, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Kayla menutupi wajahnya tipisnya dengan sebuah masker rapat dan tidak lupa mengenakan topi.
Kayla lari santai, sesekali ia menatap sekelilingnya untuk mengamati beberapa orang yang berlalu lalang.
Ini adalah sebuah pengalaman pertama bagi Kayla. Dimana biasanya ia hanya berpaku di laboratorium, berteman dengan segala alat dan instalasi dingin.
Penampilan Kayla yang cukup ... tertutup juga sedikit menarik perhatian orang. Bagaimana tidak? Ia berpenampilan seperti Artis saja. Begitu tertutup.
“ kenapa begitu ramai? Apakah manusia didunia ini memang seperti ini?” gumam Kayla di sela – sela jalan santainya.
“ TUAN, ANDA JUGA MANUSIA JIKA ANDA LUPA,”
“ DIAM kau!” geram Kayla. Sistem langsung Kicep.
“ Duhhhh, nggak kuat nggak kuat,” keluh Kayla sambil berhenti sambil terengah – engah. Ia setengah berdiri. Tangannya bertumpu pada lututnya.
Keringat bercucuran deras. Ini adalah pencapaian terbesarnya.
“ Li ... Lihat status misi,” ucap Kayla setengah terengah – engah.
“ MISI HARI INI
JOGGING 5 KM / 500 METER
PUSH UP 100/0
SIT UP 100/0”
“ Alamaaakkk, baru 500 meter? Rasanya sudah kayak melintasi lintasan balapan mobil,” tak tahan terus berdiri, Kayla duduk dibangku taman. Tangannya ia sampirkan di lengan bangku sementara wajahnya menengadah, melihat sinar matahari yang mulai naik perlahan.
“ Semua ini sungguh menyiksa,” gerutuan demi gerutuan terdengar dari mulut Kayla. Tetapi jelas sekali jika ia sama sekali tidak ingin menyerah.
Mulut kecilnya tidak henti berkomat – kamit. Beruntung baginya karena tertutup oleh masker. Jika tidak, ia akan dikira sebagai orang gila!
Tak jauh dari tempat Kayla duduk terlentang, ada sekelompok 3 orang pemuda seusia dengan Kayla yang juga tengah berjogging.
Dua diantaranya sedang berceloteh ria, seakan – akan ada banyak hal yang bisa dibicarakan oleh mereka.
“ Ken, apa kamu tahu kenapa ayah kita ingin kita mengikuti Atalaric ke negara ini?” tanya seorang pemuda dengan mata beriris biru. Ia tampak ceria dan supel. Terlihat dari tingkahnya yang sedari tadi tebar pesona.
“ Yaaa.. mungkin karena pekerjaan kita berkaitan erat dengan Atta. Lalu, memang sedari kecil kita selalu saja disandingkan dengan pemuda berhati es ini kan,” jawab pemuda yang dipanggil Ken oleh temannya.
“ Hmmmm, benar juga. Bahkan jika bisa dinalar, sedari masih kandungan para Mommy kita pasti berkumpul,” seloroh Bryan.
“ Ssstttttt.. Diam dasar bodoh!” Kenrich langsung menutup mulut Bryan yang lemes menyebut perihal orang tua.
Bryan yang sadar akan kesalahannya, segera menepuk mulutnya dan dengan takut – takut ia menoleh pada wajah pemuda tampan yang agak jauh dari mereka.
Pembahasan tentang orang tua adalah hal yang tabu untuk Atalaric. Ia sudah kehilangan kedua orang tuanya sejak usia 11 tahun.
Sejak saat itulah, kepribadian yang semua dingin dan pendiam menjadi semakin diam lagi.
Di Usia 11 tahun, Atalaric sudah harus memimpin perusahaan yang ditinggalkan oleh Ayah dan ibunya. Tidak ada keluarga lagi selain sang kakek yang juga sudah meninggal saat usianya 14 tahun, yaitu 2 tahun yang lalu.
Kini Atalaric hanya seorang diri, menyandang julukan pimpinan tertinggi termuda sepanjang perjalanan perusahaan SWAN yang berbasis pada pertambangan dan pengolahan perhiasan.
Atalaric tentu saja mendengar apa yang dibicarakan oleh kedua sahabatnya. Dan ia hanya diam. Baginya ia sudah ikhlas dengan takdir hidupnya. Meskipun terkadang ia merasa kesepian juga.
Tinggal di Mansion besar di negara A seorang diri. Beruntung sekali ia memiliki dua sahabat sedari kecil, Bryan dan Kenrich.
Keduanya memiliki sifat yang ceria dan mampu mengisi sedikit kesepian di hati Atalaric.
Kedatangan mereka, meskipun terasa sangat berisik dan mengganggu ketenangan Atalaric, tetapi tetap bisa diterima oleh pemuda yang diberi label pemuda berhati es oleh kedua sahabatnya.
Sedari tadi, perhatian Atalaric teralihkan oleh kedatangan kayla. Mulai dari ia setengah berdiri sambil memegangi lututnya. Hingga Kayla duduk terlentang sambil terus bergumam tidak jelas.
Mata Atalaric sedikit menunjukkan ketertarikan, bahkan seberkas senyum tipis tersungging di bibirnya yang juga tertutup masker hitam ketat.
‘ Siapa gadis itu,’ batin Atalaric.
“ .... Laric... Atta... Woi Atalaric SWAN!”
Panggilan disertai dengan toel – toel di lengan dari Bryan kembali menyadarkan Atalaric pada dunia sekitarnya.
Dengan ekspresi tenang terkesan datar, Atalaric mengarahkan pandangan intimidasinya kepada Bryan yang hanya bisa cengar cengir.
“ Hmm..?” gumam Atalaric sambil menaikkan alisnya. Tetapi bagi Ken dan Bryan mereka jelas sudah terbiasa dengan bahasa tubuh Atalaric yang ... singkat, padat, tidak jelas!
“ Apa rencana kita? Apakah paman sam sudah mengatur kepindahan kita ke sekolah disini?” tanya Ken menjelaskan kembali pertanyaan Bryan yang sepertinya tidak didengar oleh Atalaric tadi.
“ Hmm.. sudah. INTERNASIONAL HIGH SCHOOL. 1 Bulan lagi kita masuk di semester 2,” jawab Atalaric. Ujung matanya melirik ke arah Kayla, tetapi batang hidung gadis yang menurutnya aneh sudah tidak ada.
Atalaric sedikit merasakan kekecewaan yang dengan cepat menghilang. Ia sempat tertegun.. hei, kenapa dengan dirinya
“ Kita benar – benar harus bertingkah seperti siswa biasa? Dengan ekonomi yang biasa juga?” tanya Bryan dengan nada yang tertarik.
“ Tidak apa sih, justru aku malah ingin merasakan bagaimana kehidupan para remaja di negara ini,” lanjutnya lagi.
“ Laric. Bagaimana menurutmu?” tanya Bryan. Ia selalu senang merecoki sahabat dinginnya ini. Tetapi jika melirik tajam oleh Atalaric, Bryan langsung bersembunyi di belakang Ken.
“ Kita lihat saja nanti,” ucap Atalaric sambil melangkah pergi.
Ken dan Bryan segera bergegas mengikutinya.
“ Dimana kita akan tinggal? Apakah terpisah? Menurutku lebih baik kita 1 rumah saja,” tanya Ken. Bryan mengangguk setuju.
“ Penthouse di MALADEWA TOWER. No. 2,” untuk pertama kalinya, Bryan dan Ken mendengar nada bicara Atalaric yang sedikit berbeda.
“ No. 2? Bukan No. 1?” tanya Bryan. Biasanya jika harus ada perjalanan bisnis ke berbagai negara, mereka pasti akan menginap di Penthouse No. 1 atau fasilitas yang paling unggul. Ini malah No. 2?
Atalaric sebenarnya juga sedikit tertarik masalah ini. Ada orang yang lebih kuat yang bisa mendapatkan hak Penthouse No. 1 daripada dirinya?
( Buntib pakai urutan No. untuk bedain fasilitas apartemen yaaa.. semakin kecil nomor, semakin bagus dan banyak fasilitasnya)
...****************...
“ HOSH HOSH HOSH”
Entah sudah berapa kali Kayla beristirahat. Dan selalu dengan nafas yang terengah – engah. Sungguh benar – benar tubuh yang lemah.
“ Bukankah MALADEWA TOWER ada didepan sana?” tanya Kayla pada sistem ketika ia melihat sebuah bangunan yang menjulang tinggi di depan sana.
“ MENJAWAB TUAN RUMAH. BENAR TUAN,”
“ Haaaaaah akhirnya. Mari kita lihat progress Misi hari ini,” gumam Kayla.
“ MISI HARI INI
JOGGING 5 KM / 5 KILOMETER
PUSH UP 100/0
SIT UP 100/0”
“ Akhirnyaaaa... Haah, mari kita masuk ke unit terlebih dahulu. Rasanya sangat lapar. Kartuku sudah ada kan?” tanya Kayla sedikit bersemangat. Ia kemudian kembali berlari – lari kecil menuju pintu depan dan segera menuju resepsionis.
“ SUDAH SIAP TUAN, SAYA AKAN MENGIRIMKAN TEPAT DI SAKU JAKET ANDA”
Kayla memasukkan kedua tangannya untuk berdalih mnegambil kartu unit apartemennya.
“ Selamat siang, ada yang bisa kami bantu,” tanya gadis resepsionis dengan ramah.
Kayla tidak bersuara dan hanya mengulurkan kartu tanda kepemilikannya.
Resepsionis sempat tertegun sejenak sebelum akhirnya bersikap lebih ramah lagi.
“ Pelanggan yang terhormat, silahkan ikuti petugas kami,”