SEDANG DALAM PROSES REVISI
Pasangan suami istri yang menikah bukan karena perjodohan, melainkan kesalahpahaman. Karena adanya ikatan pekerjaan hingga mengharuskan mereka terjebak dalam ikatan pernikahan. Panji yang sudah memiliki calon istri, terpaksa harus menggagalkan rencana pernikahannya dengan sang kekasih, karena harus menikahi seorang perempuan yang bernama Rizka.
Selamat membaca readers.
Tidak update setiap hari tapi di usahakan secepatnya.
Apabila terdapat nama dan pekerjaan karakter yang mirip ini hanyalah fiktif belaka. berdasarkan hayalan author yang dituangkan kedalam novel.
Terimakasih, selamat membaca :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hilangnya Mahkota
Selesailah mereka makan malam, jam menunjukkan pukul 21.15. Rizka membereskan meja makan dan mencuci piring. Setelah selesai semuanya, Rizka membuka kulkas dan mengecek stok bahan makanan.
banyak yang udah habis, besok harus belanja.
Saat hendak kembali ke kamar, Rizka melihat Panji duduk bersandar di sofa sambil melihat layar ponselnya. Rizka pun ikut duduk disebelahnya.
"Bang, pakaian dinas kamu besok udah disiapin?" Tanya Rizka.
"Udah, bentar lagi diantar sama petugas laundry." Jawab Panji.
"oh baguslah kalau begitu, kirain belum disetrika, soalnya adek mau nyetrika baju buat besok, bentar ya Bang." Jawab Rizka sambil bangkit dari sofa menuju ke ruang belakang.
"iya, jangan lama-lama ya sayang." Ucap Panji sambil menepuk pelan pinggul Rizka yang bahenol.
Sebenarnya Rizka hendak mengulur-ngulur waktu, dia takut benar-benar 'diterkam' oleh suaminya malam ini.
Sambil menyetrika bajunya, dengan perasaan resah dan gelisah.
Ya Allah, hamba harus bagaimana? Ucapnya dalam hati. Dia masih terlalu malu untuk melakukannya, namun tiba-tiba ia teringat akan paerkataan Ibunya, jika suami meminta haknya, tidak boleh ditolak.
Akhirnya sambil melamun dan berfikir, Rizka pun selesai menyetrika setelan kerjanya besok. Dia berjalan ke kamar dan meninggalkan ruang belakang, tidak lupa mematikan setrika dan lampu.
"Udah?" Tanya Panji.
"Udah bang, ayo kita tidur, besok harus bangun pagi." Rizka masih mencoba mengelak.
Rizka segera berbaring di ranjang dan menarik selimutnya sampai ke dada. begitu juga dengan Panji.
Panji mengeluarkan tangan kanannya dari selimut dan mulai membelai rambut Rizka, Rizka memejamkan matanya pura-pura tidur.
"Kamu jangan pura-pura tidur sayang..." Bisik Panji ditelinga Rizka, kali ini bibirnya benar benar menyentuh telinganya, membuat Rizka merinding dan geli.
"Maaf Bang." Ucap Rizka singkat, sepertinya malam ini benar-benar akan terjadi, percintaan mereka yang sempat tertunda beberapa hari yang lalu.
Panji sudah berada diatas Rizka, dan mereka berdua masih didalam selimut. Satu tangan Panji memegang tangan Rizka, ia arahkan ke atas. Istrinya itu menyambut genggaman tangan dengan mesra. Mulai mencium keningnya, pipi hingga bibir. Rizka yang awalnya tidak bisa melakukan apapun, kini mulai membuka bibirnya lebih, hingga sang suami bisa lebih leluasa untuk mengeksplore bibir dan lidahnya didalam sana. Bibir menyatu, berpagut mesra, ternyata nafsu Panji benar-benar tidak bisa tertahan lagi.
Rizka hanya bisa pasrah dan memejamkan mata, baju tidur yang ia kenakan kini sudah benar-benar terbuka, menampilkan permukaan kulitnya yang putih mulus, serta bagian tubuh khas wanita yang kini masih tertutup kain berenda. Panji melepaskan ciumannya dan tersenyum penuh arti saat menatap pemandangan itu.
Mulai meninggalkan kecu*pan-kecupan disana, jejak merah kebiruan pun ia tinggalkan. Rizka terbaring pasrah, menutup mulutnya dengan tangan. Dirinya mulai merasakan sentuhan-sentuhan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.
"Kamu siap kan sayang?" Tanya Panji dengan penuh harap. Tanpa Rizka sadari, kini ia sudah tidak mengenakan apapun di tubuhnya. Begitu juga dengan Panji, tubuh mereka sama-sama polos. Berkali-kali Rizka mencoba menutup bagian bawah tubuhnya karena sangat malu, meski yang ada dihadapannya kini adalah suaminya. Dan tentu saja usaha Rizka sia-sia, justru Panji malah membuka kedua kakinya semakin lebar untuk melihat dan menjamah sesuatu yang sangat indah disana.
"Iya Bang, silahkan. Malam ini Adek milik Abang." Jawab Rizka sambil membuka matanya, pandangannya langsung tertuju pada kepemilikan sang suami yang sudah sangat siap untuk memasukinya sekarang.
"Cuma malam ini aja? di malam lain kamu milik siapa?" Dalam suasana begini, Panji masih sempat-sempatnya bercanda.
Rizka hanya tersenyum malu dan tidak menjawab lagi pertanyaan konyol suaminya itu, dan Panji melanjutkan apa yang seharusnya ia lakukan sejak awal pernikahan.
Hingga akhirnya Rizka berteriak histeris, bukan karena kenikmatan yang datang. Justru rasa perih dan nyeri di pusat inti tubuhnya saat Panji berhasil masuk. Air disudut mata Rizka pun mengalir. Berulang kali Panji mengecup keningnya, membelai pipi dan mengusap air matanya. Namun tak juga melepaskan penyatuan mereka dan justru terus bergerak-gerak dibawah sana, hingga menyemburkan benih-benih yang akan menjadi Panji junior nantinya.
“Maaf, sayang.. Maaf.” ucapnya. Tapi Rizka menggeleng pertanda tidak masalah, toh ini memang sudah menjadi kewajibannya sebagai istri.
Malam itu menjadi malam yang panjang bagi mereka berdua yang sedang dilanda cinta.
Begitu besar hasrat Panji malam itu untuk mengulang lagi, namun rasa iba dan tidak tega pun menghampiri. Masih ada hari lain, akan masih ada malam-malam indah lainnya seperti ini. Batinnya.
Panji mengecup lagi kening Rizka sangat lama saat sudah melepaskan penyatuan mereka Kamu milik aku, malam ini dan selamanya.
***
Alarm Rizka berbunyi dengan suara yang keras hingga membuatnya terbangun, tepat jam 05.00 subuh. Badannya terasa sangat sakit dan pegal-pegal, setelah pertempuran tadi malam bersama suaminya tercinta. Entah jam berapa mereka selesai, yang jelas Rizka merasa tidurnya sangat kurang, membuatnya malas beranjak dari ranjang. Apalagi ia merasa bagian bawahnya yang masih sakit dan perih.
Rizka bangun dengan tubuh polos dan mulai mengutip satu persatu pakaiannya yang berserakan dilantai karena Panji membuangnya ke sembarang arah. Kemudian mengenakan lagi pakaian tidurnya tanpa memakai dalaman.
"Harus mandi cepet nih, duh nggak pernah aku keramas sepagi ini." Rizka berjalan perlahan karena merasakan seseuatu yang tidak biasa dibagian bawah tubuhnya, kemudian mengambil handuknya, masuk ke kamar mandi, mulai menghidupkan shower.
Selama Rizka mandi, Panji pun terbangun dengan wajah yang bahagia. Sama juga dengan Rizka, Panji merasa badannya sakit semua. Ia tak menyangka bahwa ia akan seganas itu malam tadi. Berkali-kali Rizka mengatakan untuk berhenti karena sakit hingga wanita itu pun menangis akibat ulahnya. Mungkin semalam ia terlihat begitu egois karena tetap melanjutkan meski istrinya merasakan sakit.
Lima belas menit kemudian Rizka keluar dari kamar mandi melihat Panji duduk di tepi ranjang.
"Bang cepetan mandi, sholat subuh!" Ucap Rizka.
"Iya sayang, kok gak ngajak-ngajak sih mandinya?"
"Udah cepetan sana mandi." Rizka menarik tangan Panji agar dia segera bangun dari duduknya, namun Panji malah kembali menariknya, hingga Rizka pun sekarang berada dalam pelukan Panji. Dengan hanya berbalut handuk, Rizka khawatir Panji akan mengulangi lagi perbuatannya tadi malam.
"Bang, lepasin ih Adek udah mandi, nggak mau mandi dua kali." Ucap Rizka sambil mendorong tubuh Panji.
"haha, kamu kira abang mau gelutin kamu lagi ya, enggak kok sayang, Abang cuma mau bilang, makasih ya?" Jawab Panji sambil membelai rambut Rizka yang masih basah.
"Iya bang sama-sama, Adek senang akhirnya bisa melaksakan kewajiban." Jawab Rizka.
"Tapi kalau kamu mau lagi, nanti malam yah?" Ucap Panji menggoda Rizka.
"ih.. .apa sih Bang? mungkin itu maunya kamu." Ucap Rizka sambil melpaskan pelukannya dari Panji.
"Tau aja kamu, kita harus sering-sering melakukan aktifitas bahagia seperti tadi malam, biar makin saling cinta." Sambil berdiri lalu mengecup sekilas rahang Rizka.
Panji menuju kamar mandi, untuk segera membersihkan diri karena matahari sebentar lagi akan terbit, namun belum melaksanakan sholat subuh.
Setelah selesai sholat Rizka membereskan tempat tidur, dan mulai merapikan sprei. Namun Rizka terkejut karena ada noda bercak darah di sprei berwana abu-abu tersebut.
wah gimana ini. Dengan cepat Rizka membuka sprei tersebut dan membawanya ke ruang cuci di belakang.
"Nggak mungkin cuci sekarang kan, udah nggak sempat lagi, ntar sore aja deh." Rizka berbicara sendiri.
Rizka pun menuju dapur, untuk membuat sarapan kilat karena takut terlambat ke kantor.
Panji selesai mandi, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Panji melihat ada ssesuatu yang beda dari tempat tidurnya.
Loh, mana spreinya? gumamnya.
Sekilas ia juga melihat ada noda merah di tengah-tengah tempat tidur, walau hanya sedikit, noda tersebut jelas terlihat di kasur berwarna putih tersebut.
Panji tersenyum melihatnya, karena merasa puas sudah 'mengambil' mahkota berharga milik istri tercinta.
***
Sampai disini dulu ya readers up nya, semoga terhibur dengan cerita yang author tulis. Jangan lupa untuk vote, like dan koment ya 😊😊😊
terimakasih ❤