NovelToon NovelToon
Cinbarai (Cinta Dibalik Tirai)

Cinbarai (Cinta Dibalik Tirai)

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Keluarga / Romantis / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:379
Nilai: 5
Nama Author: kania zaqila

Alisya, seorang gadis muda yang lulus dari SMA, memiliki impian untuk melanjutkan kuliah dan menjadi desainer. Namun, karena keterbatasan ekonomi keluarganya, ia harus bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah keluarga kaya. Di sana, ia bertemu dengan Xavier, anak majikannya yang tampan dan berkarisma. Xavier memiliki tunangan, namun ia jatuh cinta dengan Alisya karena kepribadian dan kebaikan hatinya.

Alisya berusaha menolak perasaan Xavier, namun Xavier tidak menyerah. Orang tua Xavier menyukai Alisya dan ingin agar Alisya menjadi menantu mereka. Namun, perbedaan status sosial dan reaksi orang tua Alisya menjadi tantangan bagi keduanya.

lalu bagaimana dengan tunangannya Xavier ?

apakah Alisya menerima Xavier setelah mengetahui ia mempunyai tunangan?

bagaimanakah kisah cinta mereka saksikan selanjutnya hanya disini.

setiap masukan serta kritik menjadi motivasi bagi author kedepannya.

Author ucapkan Terimakasih bagi yang suka sama ceritanya silahkan berikan like dan komen.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kania zaqila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Masa Depan yang Cerah

Enam bulan telah berlalu sejak Alisya dan Max menikah. Yayasan untuk anak-anak yatim yang mereka dirikan bersama Rachel mulai berkembang, dengan program beasiswa, tempat tinggal, dan kegiatan kreativitas untuk anak-anak. Alisya merasa hidupnya penuh dengan tujuan, sementara Xia tumbuh menjadi balita yang ceria dan penuh rasa ingin tahu.

Suatu pagi, saat Alisya sedang menyiapkan sarapan, Max masuk ke dapur dengan senyum lebar, memegang koran di tangannya.

"Alisya, lihat ini," kata Max, suaranya antusias.

Alisya mengambil koran itu, melihat headline yang berbunyi: "Yayasan 'Cinta untuk Masa Depan' Terpilih sebagai Yayasan Terbaik Tahun Ini."

Alisya merasa dada nya berdesir, air matanya naik. "Max, ini... ini luar biasa!"

Max memelainya, memutar Alisya dalam pelukan. "Kamu luar biasa, Alisya. Xavier pasti sangat proud."

Alisya tersenyum, rasa haru yang campur dengan kebanggaan. "Kita semua berhasil. Rachel, kamu, aku... Xia."

Saat mereka sarapan, Lisa datang berkunjung, membawa kue ulang tahun untuk Xia yang genap berusia dua tahun. Alisya dan Max merencanakan pesta kecil, mengundang anak-anak dari yayasan dan beberapa teman dekat.

Pesta ulang tahun Xia berlangsung meriah di taman, dengan balon, kue besar, dan permainan anak-anak. Xia berlari dengan gembira, dikejar oleh Max yang berpura-pura jadi "monster". Alisya menonton, tersenyum, sementara Rachel duduk di sebelahnya.

"Alisya, aku tidak pernah berpikir aku bisa jadi bagian dari ini," kata Rachel, suaranya lembut.

Alisya memandang Rachel, rasa persahabatan yang tulus. "Kita semua butuh kesempatan kedua, Rachel. Dan kamu sudah membuktikan itu."

Rachel tersenyum, mata yang sedikit berkaca-kaca. "Terima kasih, Alisya. Untuk memaafkan aku."

Saat matahari mulai terbenam, Max membawa Alisya ke tempat yang sepi di taman, dengan lilin-lilin kecil di sekitar. Xia sudah tidur di gandengan Lisa.

"Alisya," kata Max, suaranya serius tapi penuh cinta. "Aku ingin bicara sesuatu."

Alisya merasa jantungnya berdetak lebih cepat, penasaran. "Apa itu?"

Max mengambil napas dalam-dalam. "Aku ingin kita adopsi anak lagi. Bersama. Xia butuh saudara, dan aku ingin kita jadi keluarga yang lebih besar."

Alisya merasa napasnya terhenti, rasa bingung yang campur dengan kebahagiaan yang tiba-tiba. "Max... aku..."

Max memegang tangan Alisya. "Aku tahu ini banyak, tapi aku rasa ini bisa jadi awal yang indah. Untuk kita, untuk Xia, untuk keluarga kita."

Alisya memandang ke arah Xia yang tidur, lalu ke Max. Ada rasa takut akan perubahan, tapi juga rasa cinta yang lebih besar.

"Ya," bisik Alisya, tersenyum. "Aku mau."

Max tersenyum lebar, menarik Alisya dalam pelukan hangat. Mereka berciuman di bawah bintang-bintang, dengan suara anak-anak yang masih bergembira di kejauhan.

Beberapa minggu kemudian, proses adopsi dimulai. Alisya dan Max menjalani wawancara, persiapan, dan akhirnya, mereka mendapat kabar bahwa ada seorang bayi laki-laki yang membutuhkan keluarga.

"Nama dia Aran," kata pekerja sosial, dengan senyum. "Usia dua bulan, sehat, dan manis."

Alisya dan Max bertukar pandang, rasa haru yang tak terkatakan. Saat mereka bertemu Aran di rumah sakit, Xia yang memegang tangan Alisya, langsung tersenyum.

"Adik!" seru Xia, mata yang berbinar.

Alisya memandang Max, lalu ke Aran yang mungil di pelukan perawat. "Selama-lamanya," bisik Alisya.

Max memelangi Alisya, tersenyum. "Keluarga kita, semakin lengkap."

Masa depan yang cerah terbentang di depan mereka, dengan cinta yang terus tumbuh, anak-anak yang penuh tawa, dan kenangan yang tak pernah berhenti dibuat. Alisya tahu, Xavier akan selalu ada, dalam hati mereka, menonton mereka bahagia.

Hari-hari pertama dengan Aran di rumah adalah campuran antara kebahagiaan yang meluap dan kelelengahan yang wajar. Alisya dan Max bergantian mengurus Xia yang kini berusia dua tahun dan Aran yang masih bayi, sambil mencoba menyesuaikan diri dengan dinamika keluarga baru. Rumah yang dulu terasa sunyi setelah kepergian Xavier, kini dipenuhi tawa, tangisan, dan hiruk pikuk anak-anak.

Suatu malam, saat Aran menangis tidak berhenti, Alisya merasa kelelahan mulai menghampiri. Max, yang baru selesai mandi, langsung mengambil alih, mengayun Aran dengan lembut.

"Kamu istirahat, sayang. Aku yang jaga," kata Max, suaranya menenangkan.

Alisya tersenyum lelah, memelangi Max sebelum pergi ke kamar untuk beristirahat. Saat dia berbaring, Xia yang sudah setengah tidur, merayap ke sampingnya.

"Mama, aku gak bisa tidur," bisik Xia, mata yang mulai berkedip.

Alisya memelangi Xia, menariknya dalam pelukan. "Tidak apa, sayang. Mama ada. Kita tidur sama-sama."

Xia memelangi boneka yang Rachel berikan, lalu tersenyum lembut. "Ayah Xavier lihat kita, kan?"

Alisya merasa dada nya bergetar, rasa haru yang tiba-tiba. "Iya, sayang. Ayah Xavier pasti sangat bahagia melihat kita sekarang."

Xia mengangguk, lalu perlahan tertidur di pelukan Alisya. Alisya memandang ke arah foto Xavier di meja samping, tersenyum dengan air mata yang tak jatuh.

Seminggu kemudian, yayasan mereka mengadakan acara besar untuk merayakan ulang tahun pertama. Alisya, Max, Rachel, dan anak-anak dari yayasan bekerja keras mempersiapkan acara itu. Saat hari H tiba, taman yayasan dipenuhi anak-anak, orang tua, dan relawan. Xia berlari dengan gembira, sementara Aran tidur nyenyak di stroller.

Saat acara puncak, Max memberikan sambutan, suaranya penuh semangat. Alisya, yang duduk di baris depan, merasa bangga melihat anak-anak yayasan tampil, menyanyi, menari, dan membagikan cerita mereka. Rachel, yang duduk di sebelahnya, menggenggam tangannya.

"Kamu melakukan hal yang benar, Alisya," bisik Rachel, tersenyum.

Alisya memandang Rachel, rasa terima kasih yang dalam. "Kita melakukan ini bersama."

Tiba-tiba, hujan mulai turun, tapi bukan hujan biasa—hujan yang deras dan tiba-tiba. Anak-anak berteriak gembira, berlarian di taman. Alisya tertawa, Max langsung mengambil payung besar, melindungi mereka semua.

"Kita lanjutkan di dalam!" seru Max, mengajak anak-anak berlindung.

Dalam kekacauan yang menyenangkan, Alisya memelangi Xia yang basah kuyup tapi tersenyum lebar.

"Aku suka hujan, Mama!" teriak Xia.

Alisya tertawa, memelangi Xia erat. "Aku juga suka, sayang."

Acara berlanjut di dalam gedung, dengan anak-anak bermain games, makan kue, dan membuat kerajinan. Saat malam tiba, Alisya dan Max duduk di ruang kosong, melepas sepatu yang basah, sambil menonton hujan di luar jendela.

"Kita berhasil, Max," kata Alisya, suaranya lembut.

Max memelangi Alisya, tersenyum. "Belum selesai, sayang. Kita baru mulai."

Mereka berciuman, hujan di luar semakin kencang, tapi di dalam, ada kehangatan yang tak tergantikan. Aran, yang terbangun, mulai menangis pelan. Alisya segera mengambilnya, memelangi bayi itu dengan cinta.

"Kita akan kasih Aran dan Xia masa depan yang cerah, Max," bisik Alisya.

Max mengangguk, memelangi Aran. "Dengan cinta, kita bisa."

Dan di tengah hujan yang membasuh kenangan, Alisya tahu—masa depan mereka tidak hanya cerah, tapi juga penuh warna, tawa, dan cinta yang tak pernah berhenti.

1
Shee Larisa
semangat thor💪💪
boleh mampir juga baca novel baru akuuu yaa🤭😄
kania zaqila: okey, Terimakasih yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!