Sequel : Aku memilihmu.
Rega adalah seorang arsitek muda yang tidak hanya berbakat, namun dia juga menjadi CEO muda yang sukses di bidangnya. Dia memiliki tunangan bernama Rhea yang seorang dokter muda, pertunangan mereka sudah berjalan hampir satu tahun.
"Maaf, Rhea. Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan kita,"
"Baiklah! Silahkan kak Rega katakan pada kedua orang tua kita," jawaban Rhea membuat Rega terkejut, alih-alih marah padanya. Rhea justru dengan mudah menyetujui untuk membatalkan pernikahan keduanya yang tinggal dua minggu.
Apa yang terjadi dengan keduanya setelah itu? bagaimana kisah mereka dan pada siapakah akhirnya Rega maupun Rhea akan melabuhkan hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan kakak-adik
“Hallo! Maaf ini siapa?”
Rega hanya diam tidak menjawab pertanyaan perempuan yang ada diseberang telepon, bukankah dia dari pagi uring-uringan karena tidak tahu kabar Rhea? Lalu entah kenapa saat mendengar suara Rhea diseberang sana justru Rega diam membatu, sungguh satu kata yang tepat untuk Rega. Aneh!
“Hallo! Bisa tolong katakan ini siapa?” Rhea kembali bertanya dan lagi Rega hanya diam mendengarkan suara Rhea, karena tak juga ada suara akhirnya Rhea mematikan panggilan tersebut.
Rega menghela napas, entahlah kenapa tiba-tiba dia cosplay menjadi boneka salju yang diam membeku. Rega kemudian menatap nanar ponsel milik Fatur. “Maaf Rhea. Ternyata aku sudah sangat melukaimu, masih adakah kesempatan untukku? Semoga semua belum terlambat,” monolognya dalam hati.
Rega kemudian kembali duduk dan mengembalikan ponsel milik Fatur, si pemilik hanya diam menerima walau sebenarnya dia amat penasaran karena ekspresi Rega yang tidak biasanya gelisah seperti itu.
“Mbak Rhea tidak mengangkat telepon, pak?” tanya Aldo.
“Dia angkat,” jawab Rega singkat.
“Lalu kenapa pak Rega tadi hanya diam saja? Padahal pak Rega menunggu kabar dan suara mbak Rhea dari tadi pagi,” Aldo kali ini bingung dengan Rega, seharian gelisah dan uring-uringan karena Rhea. Justru saat mendengar suara Rhea, dia malah mendadak cosplay jadi olaf.
“Untuk sementara itu cukup, Do. Dia pasti akan memblokir nomor yang menghubunginya kalau tahu itu aku,” jawab Rega yang terlihat sangat menyesal.
Fatur dan timnya heran melihat hal tersebut, dia melirik Aldo dengan mengerutkan dahinya.
“Pak Rega dan tunangannya sedang break heart,” lirih Aldo yang bisa terbaca oleh Fatur dan tim, mereka mengangguk dan tidak bertanya lagi. Ternyata penyebab mood buruk bos mereka adalah karena masalah percintaan, namun Fatur salut karena Rega masih bisa mengedepankan profesionalitasnya.
“Aldo, Fatur. Segera kita selesaikan semua, MOU dan juga revisi rancangan! Aku harus segera kembali ke Indonesia,” pinta Rega, sepertinya dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Firasatnya mengetakan kalau Rhea kali ini sudah ada diambang batas kesabarannya. Dia juga tidak mungkin minta tolong pada mama Indah, sudah pasti sang mama tidak hanya akan mengoceh tujuh hari tujuh malam. Bisa jadi justru mama Indah akan mencarikan pria lain untuk dijodohkan dengan Rhea.
“Baik pak. Saya usahakan dengan maksimal,” jawab Fatur yang paham kondisi bosnya tersebut.
Mereka kemudian melanjutkan makan malam yang tertunda karena ulah Rega.
Sementara itu di Bandung, Rhea menatap ponselnya bingung. Nomor tidak dikenal beberapa kali menghubunginya, dia tidak mendengar panggilan telepon karena tadi masih didalam kamar mandi.
Begitu dia selesai mandi, dia mendengar ponselnya berbunyi dan segera mengangkatnya. Takutnya ada panggilan mendadak dari UGD atau dokter senior menghubunginya. Namun saat dia mengangkat panggilan telepon tersebut, justru tidak ada suara dari sana hingga dia bertanya dua kali.
Rhea langsung memutus sambungan telepon saat untuk kedua kalinya dia bertanya dan tidak ada jawaban. “Dasar aneh. Orang iseng atau bagaimana sih?” Rhea meletakkan ponselnya kembali pada nakas dan bergegas merapikan rambut dan mencari hijab bergo.
“Sepertinya besok harus beli hijab,” monolognya karena memang Rhea hanya punya beberapa hijab, dia mengambil hijab bergo warna hitam dan memakainya.
Selesai membersihkan diri, Rhea kemudian keluar kamar. Masih sekitar jam setengah sembilan, dia menuju ruang keluarga. Di sana masih ada Axel, Rena dan baby Aretha.
“Baby belum mau tidur kak?” tanya Rhea saat melihat kakak iparnya menimang putri kecilnya.
“Sepertinya nungguin kamu, Rhe. Biasanya Cuma merem, dengar suara kamu jadi melek. Kayaknya dia pengen lihat wajah aunty yang cantik,” jawab Rena.
Rhea terkekeh, dia duduk disamping Rena. “Udah mulai ngantuk dia kak. Tangannya udah gera-gerak nyentuh mata gitu,” ucap Rhea.
“Kamu mau gendong sebentar?” tanya Rena diangguki Rhea.
Rena kemudian menyerahkan baby Aretha untuk digendong Rhea dengan hati-hati, tentu Rhea sudah ahli dalam hal teersebut. Karena dia juga sering berhadapan dengan bayi-bayi saat di UGD, meskipun tidak setiap hari.
Rhea menimang baby Aretha, Rena tersenyum melihat hal tersebut. Dia menyandarkan kepalanya pada dada Axel. “Aku senang ada Rhea disini, sayang. Aku jadi ada teman,” ucap Rena.
“Kita punya dua bayi,” jawab Axel yang masih merasa bersalah karena baru sekarang bisa menemukan Rhea, andai saja dia lebih cepat bertemu dengan sang adik. Mungkin saja hidup Rhea akan jauh lebih baik, dia juga tidak harus mengalami patah hati.
“Bagaimana kalau Rhea pindah saja ke Hasafa, sayang?”
“Itu yang akan aku bicarakan nanti dengan Rhea, sayang. Masalahnya Rhea saat ini akan mengambil spesialis juga,” Axel mengecup kening Rena.
Melihat adegan romantis tersebut, Rhea langsung protes. “Lihat deh! Papa dan mamamu sedang mempertontonkan kemesraan mereka, kamu tidak diajak. Makanya kamu dikasih ke aunty,” Rhea mengajak ngobrol baby Aretha yang tidak mengerti apa maksud ucapan sang aunty.
Axel dan Rena terkekeh, perasaan hangat menyelimuti mereka bertiga. Biasanya mansion hanya akan ada mereka berdua, namun sekarang bertambah dua personil baru yang membuat Rena dan Axel merasa bahagia.
“Dia tidur kak,” Rhea memberikan Aretha kembali pada Rena.
Rena mengambil Aretha dari gendongan Rhea. “Aku bawa Aretha kekamar dulu, mas! Kamu mau bicara dengan Rhea, kan?”
“Iya sayang. Aku susul kekamar setelah selesai bicara dengan Rhea,” jawab Axel, dia mendaratkan kecupan di kening Rena dan juga kening Aretha. Rhea tersenyum melihat momen tersebut.
Rena berlalu meninggalkan Axel dan Rhea yang masih ada di ruang keluarga, dia bersama Aretha menuju kamar untuk istirahat.
“Ikut kakak keruang kerja,” titahnya pada Rhea.
Rhea mengangguk dan dia mengekori sang kakak untuk masuk keruang kerja.
***
Rhea dan Axel duduk di sofa yang ada diruangan tersebut, mereka berdua duduk saling berhadapan.
“Ada apa kak?” tanya Rhea pada sang kakak.
“Kakak dengar kamu mau ambil spesialis, Rhea?”
Rhea mengangguk. “Iya kak. Sudah waktunya mengambil spesialis, karena itu aku bilang pada kak Axel dan kak Rena. Aku tidak bisa tinggal lama disini, karena sebentar lagi pendidikan spesialisku akan dimulai.”
“Maafkan kakak karena terlambat menemukanmu, Rhe. Kalau saja kakak menemukanmu lebih cepat...mungkin kamu akan lebih baik dari saat ini,” sorot mata penuh penyesalan itu menguar dari netra Axel.
Rhea menggeleng. “Kak Axel tidak terlambat, hanya sedikit kurang cepat. Jangan menyalahkan diri kakak, aku bisa mengerti apa yang kakak rasakan. Bisa bertemu dengan kakak saja aku sudah bahagia, apalagi saat ini bisa tinggal bersama kak Axel, kak Rena dan baby Aretha.”
“Selesaikan spesialismu dan kembalilah pada kami. Rena ingin kamu membantunya dirumah sakit Hasafa, dia bukan dokter tapi harus mengambil alih rumah sakit yang ditinggalkan papanya. Rena berharap setidaknya kamu bisa membantunya karena kamu lebih tahu tentang rumah sakit,” Axel sebenarnya berharap sang adik bisa merubah keputusannya.
“Aku tidak bisa menjanjikannya kak. Tapi aku usahakan,”
Axel mengangguk. “Mengenai keluarga angkatmu...” Axel menjeda ucapannya, dia ingin melihat ekspresi Rhea.
Rhea meremat kedua tangannya dan Axel menyadari hal tersebut. “Aku sudah jarang dengan mereka, kak. Mereka baik, hanya saja aku yang memilih tinggal sendiri diapartemen. Hari ini aku bertemu dengan anak bungsu keluarga mereka untuk menyerahkan beberapa hal sebelum aku berangkat,” ucap Rhea tidak ingin membuat sang kakak semakin merasa bersalah saat tahu tentang hidupnya dimasa-masa sebelumnya.
Axel mengangguk, dia tidak bertanya lebih lanjut. Pun soal Rega, dia tidak ingin melihat sang adik bersedih. Lagipula Axel sudah mengetahui semuanya, jadi biarkan saja dia yang mengurus mereka nanti. Terutama soal Rega, Axel tahu saat ini Rega masih berada di Singapura. Dia justru berharap Rega tidak akan sempat bertemu dengan Rhea saat kembali ke Indonesia, karena Axel tahu lima hari lagi Rhea akan berangkat ke tempat dia menempuh pendidikan spesialisnya.
“Jangan ragu minta apapun padaku, Rhea. Ijinkan kak Axel menjadi kakakmu sepenuhnya, kakak yang akan menjaga dan melindungimu. Biarkan kakak menebus semua waktu kita yang hilang,” Rhea adalah satu-satunya amanah yang mama Alana dan papa Huan titipkan, dia tidak perduli dengan A&A properti sekarang menjadi milik siapa dan berganti nama menjadi siapa.
Axel hanya akan perduli pada Rhea, siapapun tidak akan bisa menyentuh atau menyakiti Rhea lagi selama ada Axel.
“Pasti. Seperti kak Axel bilang, aku adalah bayi besar kak Axel dan kak Rena. Aku pasti minta semua yang aku inginkan,” jawab Rhea dengan senyum simpulnya.
Rhea juga berharap sang kakak tidak mengetahui hubungan rumit antara dia dan Rega. Dia takut sang kakak akan merasa sangat bersalah nantinya, jika tahu kalau dirinya batal menikah.
“Ya sudah, tidur sana! Kakak mau lihat baby Aretha, sudah kangen. Keponakanmu itu menggemaskan sekali,” Axel berdiri dari sofa.
“Kak Rena masih nifas kak. Ingat itu,” ledek Rhea.
Axel terkekeh. “Aku tahu,” dia menepuk puncak kepala Rhea dengan lembut.
Mereka berjalan keluar ruang kerja Axel dengan Rhea yang memeluk sang kakak dari samping. “Terimakasih kak Axel sudah kembali padaku, ditambah bonus dua kesayangan. Kak Rena dan baby Aretha,” ucapnya pada Axel.
Axel mengecup puncak kepala sang adik. “Terimakasih sudah bertahan sampai sejauh ini, Rhea. Selanjutnya bergantunglah pada kakak,”
Rhea mengangguk, dia kemudian pergi kekamarnya untuk istirahat. Ruang rindunya pada sang kakak mulai terobati pelan-pelan, walaupun setelahnya dia akan tinggal jauh dari Axel untuk beberapa waktu. Namun Rhea tetap merasakan bahagia, karena dia sekarang punya orang-orang yang akan sangat dia rindukan saat nanti berjauhan. Akan ada yang dia hubungi selain Almira dan Alya, baby Aretha yang akan dia rindukan.
asekkkkk 💃💃💃💃
itu kata terahir lupa diri maksudnya apa ga mudeng aku
aku penasaran tuh rega ma tuan Damian kesepakatan apa