Sagara begitu terluka dan sakit hati saat gadis yang baru saja dinikahinya beberapa jam lalu yang bernama Thania memintanya untuk menalaknya.Iya, Thania gadis yang dia cintai secara diam- diam sejak lama dan berhasil dia nikahi dengan cara dijodohkan oleh orang tua mereka, ternyata tidak mencintai Sagara. Dengan berdalih ingin melanjutkan kuliah, tepat di malam pertama Thania meminta Sagara untuk menceraikannya.
Apakah Sagara akan rela melepaskan Thania, gadis yang begitu dia cintai dan merupakan cinta pertamanya...? Yuk baca cerita selengkapnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Sudah Berpisah...?
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Shaina pergi ke ruang kerja Sagara dengan membawa berkas. Seperti biasa setelah mengetuk pintu Shaina masuk ke dalam. Shaina menghela nafas begitu melihat Sagara sedang duduk di meja kerjanya dan fokus ke layar laptop. Iya, Shaina nampak kesal dengan bosnya itu. Karena gara- gara dialah Shaina disalahkan oleh Fandi dan Thania.
Sagara lalu menoleh ke arah Shaina yang masih berdiri di belakang pintu.
"Ngapain kamu di situ...?'' tanya Sagara.
Shaina berdecak kesal, kemudian dia melangkah maju mendekat ke meja kerja Sagara.
"Ini berkasnya..." ucap Shaina dengan ketus.
Mendengar perkataan Shaina yang ketus, Sagara pun menatap wajahnya.
"Kau kenapa...?'' tanya Sagara.
"Nih...!'' ucap Shaina sambil meletakkan uang seratus ribu rupiah di atas meja kerja Sagara.
Sagara melihat ke arah uang seratus ribu tersebut kemudian beralih menatap Shaina.
"Ini uang apa...?'' tanya Sagara.
Shaina kembali menghela nafas.
"Tuan... tolong kasihkan uang ini kepada pak tua... Saya tidak mau berhutang..." jawab Shina.
Sagara mengerutkan dahinya tidak paham dengan apa yang dibicarakan oleh Shaina.
"Ini apa maksudnya...?'' tanya Sagara.
Lagi- lagi Shaina menghela nafas.
"Pak itu papahnya tuan kan...? Tuan Daniel Mandala pemilik perusahaan ini. Saya sudah tahu itu..." jawab Shaina lagi- lagi dengan ketus.
Sagara diam beberapa saat sambil menatap wajah Shaina yang terlihat kesal.
"Lalu apa hubungannya dengan uang ini...?'' tanya Sagara.
"Oh ya ampun... Saya malas untuk mejelaskannya. Semua orang menyebalkan tau nggak...'' jawab Shaina dengan dada naik turun.
"Hei gadis berandal kau ini kenapa...?'' tanya Sagara.
Shaina mendengus lalu mengalihkan pandangannya ke arah kaca jendela. Sagara lalu berdiri sambil terus menatap wajah Shaina. Dengan perasaan kesal Shaina menceritakan pada Sagara kalau tadi siang dia naik ojek on line dari gedung meeting. Dan akhirnya tuan Daniel lah yang membayarkan ojeknya ketika bertemu di lobby hotel karena tidak ada yang membantu Shaina meminjami uang untuk bayak ojek.
Mendengar cerita Shaina, Sagara pun tertawa. Dan Shaina dibuat semakin kesal karena ditertawakan oleh Sagara.
"Jadi itu alasan tadi siang kamu kalang kabut dan lari masuk ke lift ketika saya melihatmu...?'' tanya Sagara kembali tertawa.
"Ih..memang ada yang lucu apa...?'' sahut Shaina bertambah kesal.
"Makanya jadi orang itu jangan keras kepala. Saya kan sudah mengajak kamu naik mobil, tapi kamu malah menolaknya, ya itulah akibatnya. Hah... Bayar ojek saya tidak mampu..." Sagara malah mengejak Shaina.
"Itu semua kan gara- gara tuan yang membuat nona Thania cemburu. Nona jadi ngambek kan...? Tuan ini suami macam apa sih, bisa- bisanya tuan membuat istri sendiri cemburu dan tuan malah cuek... " sahut Shaina bertambah kesal.
"Gara- gara sikap tuan yang berlebihan itu, saya jadi disalahkan oleh semua orang...!" sambung Shaina dengan dada naik turun karena emosi.
"Memangnya apa yang saya lakukan kepadamu sehingga membuat Thania cemburu...? Hah...? Memangnya saya mencium kamu...? Memangnya saya tidur satu ranjang denganmu....? Tidak kan...?'' tanya Sagara.
"Oh ya ampun tuan...apa yang tuan katakan...? Tuan mesum sekali, bisa- bisanya bertanya seperti itu...! Hah...ini benar- benar gila...!'' sahut Shaina karena tuannya lagi- lagi membuatnya kesal.
"Hah...kau ini, itu kan hanya perumpamaan saja...'' jawab Sagara.
"Ya tapi jangan seperti itu dong, memangnya tidak ada kalimat yang lain yang lebih sopan...? Hah dasar laki- laki...!" sahut Shaina.
"Dengar ya tuan... Tuan itu bukan tipe saya, jadi tuan jangan dekat- dekat dengan saya ya. Apa lagi tuan sudah punya istri. Saya tidak suka dengan laki- laki beristri..." ucap Shaina.
"Apa kamu bilang...? Kamu pikir perempuan berandal sepertimu itu tipe saya...? Jangan kegeeran kamu... Hah...kau ini...!'' Sagara terlihat kesal.
"Tapi perlakuan tuan terhadap saya itu membuat orang- orang berpikiran lain. Disangkanya saya itu genit sama tuan. Saya bukan perempuan murahan ya tuan...! " sahut Shaina.
"Memangnya siapa yang menganggap kamu perempuan murahan...? Hah...!'' ucap Sagara.
"Sini kamu...!'' Sagara menggerakkan telunjuknya agar Shaina mendekat ke arahnya.
"Saya tidak mau...!" jawab Shaina dengan ketus.
"Oh astaga ... Sini mendekat...! " seru Sagara.
"Saya bilang saya tidak mau...!'' jawab Shaina.
"Kamu berani membantah...!'' sahut Sagara.
"Saya tidak mau tuan...! Tuan pasti mau menyentil dahi saya kan....! Saya tidak mau...! Memangnya tidak sakit ..!" sahut Shaina.
"Astaga...! Siapa yang mau menyentil dahimu...!'' seru Sagara.
Sagara menghela nafas, lalu menghembuskannya dengan kasar.
"Mendekatlah..." ucap Sagara dengan suara yang lebih lembut.
Shaina menggelengkan kepalanya.
"Kemarilah..." sambung Sagara.
"Tuan mau apa...?'' tanya Shaina.
"Sini... " jawab Sagara.
Shaina menghela nafas. Lalu perlahan dia mendekat ke arah Sagara. Mereka berdua pun berdiri sambil berhadapan. Sagara menatap wajah Shaina. Shaina yang ditatap begitu intens pun menjadi salah tingkah dan dia segera menundukkan kepalanya sambil mempermainkan jari- jarinya.
"Maafkan saya..." ucap Sagara sambil memegang kedua pundak Shaina.
"Hah...?'' Shaina merasa heran mengapa Sagara meminta maaf padanya. Shaina pun mendongakkan wajahnya lalu menatap wajah Sagara.
"Maafkan saya karena saya sudah membuatmu dalam posisi serba salah..." ucap Sagara.
Sagara lalu menghela nafas.
"Kamu tidak bersalah, dan kamu tidak pantas untuk disalahkan. Bahkan oleh Thania sekalipun. Dia tidak berhak untuk menyalahkanmu..." ucap Sagara masih memegang kedua pundak dan menatap wajah Shaina.
Iya, Sagara tahu jika tadi Thania marah pada Shaina di ruang divisi keuangan. Sekertaris Jo yang memberitahu Sagara soal itu.
"Ta....tapi tuan... Wajar kalau nona Thania marah... Dia istri tuan... Tuan sudah...
"Hei gadis berandal... '' Sagara memotong perkataan Shaina sambil menyentil pelan dahi Shaina.
"Saya sudah pernah bilang sama kamu kan, kamu jangan sok tahu... Karena kamu tidak tahu apa- apa tentang saya dan Thania..." ucap Sagara lalu melepaskan tangannya dari pundak Shaina kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Maksud tuan apa...?'' tanya Shaina.
Sagara menghela nafas.
"Apa yang kalian ketahui tentang saya dan Thania itu tidak.... Ah sudahlah..." Sagara tidak melanjutkan perkataannya.
"Tuan... Tuan mau bicara apa sih, tuan bikin saya bingung..." sahut Shaina.
"Dengar gadis berandal... Kamu tidak usah merasa bersalah pada Thania karena memang tidak ada yang perlu dipersalahkan. Saya dan Thania sudah.... Sudah berpisah...'' ucap Sagara.
"Hah....?'' Mulut Shaina terbuka lebar karena kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Sagara.
"Tidak usah seperti itu mulutnya, nanti kemasukan lalat...." Sagara menepuk mulut Shaina dengan telapak tangannya.
"iiiihh... tuan..." sahut Shaina.
Sagara lalu kembali ke meja kerjanya kemudian kembali duduk di sana.
"Jadi...tuan dan nona Thania sudah bercerai...? Hah.. Pantas saja mereka kelihatan seperti orang asing..." ucap Shaina dalam hati.
"Tuan..." ucap Shaina.
"Apa...? Kamu mau mentertawakan saya...? Hah...?'' tanya Sagara sambil menoleh ke arah Shaina yang berdiri di depan meja kerjanya.
"Ti... Tidak... Mana mungkin saya mentertawakan tuan...tuan yang selalu mentertawakan saya kalau saya lagi kesusahan..." jawab Shaina.
Sagara menghela nafas. Kemudian dia kembali fokus ke layar laptop.
"Tuan masih kerja...? Memangnya pekerjaan tuan masih banyak...?'' tanya Shaina.
"Iya... Dan kamu harus menunggu di sini sampai saya selesai mengerjakan pekerjaan saya..." jawab Sagara sambil terus fokus pada laptopnya.
"Hah...? Kenapa bisa begitu...?" sahut Shaina yang malas sekali harus menunggu tuannya.
"Itu sebagai hukuman kamu karena terlambat datang tadi siang..." jawab Sagara tanpa sedikitpun menoleh ke arah Shaina.
"Ya ampun...males banget deh..." ucap Shaina dalam hati sambil mengacak- acak rambutnya.
"Kenapa kamu...?'' tanya Sagara melihat rambut Shaina yang acak- acakan.
"Ah...ti..tidak..." jawab Shaina kembali merapihkan rambutnya.
Sagara menggeleng- gelengkan kepalanya kemudian dia kembali fokus dengan pekerjaannya.
"Tuan..." ucap Shaina.
"Ada apa...?" jawab Sagara.
"Pekerjaan tuan masih banyak...?'' tanya Shaina.
"Masih...'' jawab Sagara.
"Kira- kira selesainya jam berapa...?'' tanya Shaina.
"Malam..." jawab Sagara sambil mengetik.
"Hah...? Trus saya harus berdiri sampai malam...?'' tanya Shaina.
Sagara lalu menoleh ke arah Shaina.
"Itu kan hukuman kamu karena tadi siang kamu tidak mau naik mobil saya dan memilih naik ojek hingga akhirnya kamu terlambat kembali ke kantor. Ditambah lagi kamu keluyuran tidak jelas dan pekerjaan kamu terbengkelai..." jawab Sagara.
Shaina menghela nafas dan menghembuskannya dengan kasar.
"Kalau begitu berikan dulu tas saya... Kata sekertaris Jo, tas saya ada di tuan..." ucap Shaina.
"Tas kamu akan saya berikan setelah semua pekerjaan saya selesai...." sahut Sagara.
"Oh ya ampun..." sahut Shaina.
"Iih... Dasar bos menyebalkan..." ucap Shaina dalam hati lalu mendengus kesal.
Shaina melihat ke sekeliling ruang kerja Sagara. Mata Shaina tertuju pada Sofa yang tidak jauh dari meja kerja Sagara.
"Hah... Kalau saja aku diperbolehkan duduk di sofa itu, pasti enak sekali..." ucap Shaina dalam hati.
"Oh Ya ampun bete banget sih, mana kakiku pegal lagi...aarrrkkhh.... Dasar bos sialan..." lagi- lagi Shaina mengumpat dalam hati.
Tiba- tiba Shaina tersenyum sambil melihat ke arah Sagara yang fokus pada laptopnya.
"Tuan...." ucap Shaina.
"Hem...." sahut Sagara.
"Ehmmm... tidak jadi ah...takut tuan marah..." ucap Shaina.
"Apa ...?'' tanya Shaina sambil menoleh ke arah Shaina.
"Saya boleh nanya nggak...?'' Shaina balik bertanya.
"Tanya apa...?''
"Tapi janji tuan jangan marah ya..." ucap Shaina.
"Mau tanya apa...?'' tanya Sagara.
"Ehm... Kenapa tuan berpisah dengan nona Thania...?" tanya Shina.
Sagara terdiam sambil menatap Shaina.
"Mau tahu saja kamu..." sahut Sagara lalu kembali fokus ke layar laptopnya.
"Yang minta pisah duluan tuan, atau nona Thania...?'' tanya Shaina.
Sagara tidak menjawab.
"Hah.... Saya tahu, pasti tuan galak ya sama nona...? Sehingga nona tidak tahan sama tuan lalu dia minta pisah..."tanya Shaina.
"Mana ada saya galak... Saya tidak pernah galak pada perempuan kecuali kamu..." jawab Sagara dengan ketus.
"Ish tuan... Jadi saya satu- satunya perempuan yang sering digalaki sama tuan...?'' tanya Shaina.
"Ya tentu saja..." jawab Sagara sambil mengetik.
"Ish...kenapa tuan galak sama saya...?'' Shaian kesal.
Sagara kembali menoleh ke arah Shaina.
"Ya karena kamu berandal, makanya saya harus galak sama kamu...." jawab Sagara.
"Aisshh...." sahut Shaina. Sagara pun tersenyum puas.
"Hah...? Jangan- jangan tuan pisah dengan nona Thania karena tuan..... Oh ya ampun tuan..." ucap Shaina menutup mulutnya sambil membayangkan jika burung tuannya itu tidak bisa berdiri sehingga Thania minta pisah dari Sagara.
Iya, Shaina ingat dengan cerita tetangganya yang baru menikah beberapa hari,namun langsung bercerai karena sang suami burung suaminya tidak mau bangun.
"Hei....gadis berandal...! Kamu sedang membayangkan apa...! Otak kamu pasti sedang memikirkan hal mesum ya...! Dengar ya gadis berandal... Saya ini laki- laki normal...! Jadi kamu jangan berpikir macam- macam tentang saya...!'' Sagara terlihat kesal.
"Hah...? Ke...kenapa dia tahu apa yang sedang saya pikirkan...?'' Shaina menutup mulutnya ingin tertawa namun dia tahan.
"Hei... Hentikan pikiran mesum kamu itu...!'' ucap Sagara menunjuk wajah Shaina.
"Si...siapa yang berpikir mesum...? Saya ini masih gadis tuan, mana mungkin saya berpikir mesum seperti itu..." sahut Shaina.
"Hah... Kamu pikir saya tidak tahu apa yang ada di dalam pikiran kamu..." sahut Sagara.
"Ish... Tuan ini... Pikiran dan otak saya masih bersih , pacaran saja saya tidak pernah,mana mungkin saya berpikir mesum... " ucap Shaina.
"Ya saya percaya kalau kamu tidak pernah pacaran, tapi saya tidak yakin kalau otak kamu masih bersih..." sahut Sagara.
"ishh..." Shaina kesal.
"Angkat kakimu..." ucap Sagara.
"Hah...?'' sahut Shaina.
"Ayo angkat satu kakimu..." ucap Sagara.
"Bu...buat apa tuan...?'' tanya Shaina.
"Saya bilang angkat satu kakimu lalu kamu pegang kedua telingamu..." ucap Sagara.
"Hah... Ya ampun tuan...'' Shaina melalukan apa yang diperintahkan oleh Sagara yaitu mengangkat satu kaki dan memegang kedua telinganya seperti siswa yang sedang dihukum oleh gurunya.
"Itulah hukuman karena kamu tadi berfikir bahwa saya bukan laki- laki perkasa...'' ucap Sagara sambil tersenyum puas.
"Oh ya ampun tuan... Kenapa sih tuan selalu saja tahu apa yang ada di pikiran saya...? Memangnya tuan punya indra ke enam...?'' tanya Shaina.
Dan bersamaan dengan itu, sekertaris Jo datang ke ruang kerja Sagara. Melihat Shaina berdiri satu kaki sambil memegang kedua telinganya, sekertaris Jo mengerutkan keningnya.
"Sha.... Kamu lagi ngapain...?" tanya sekertaris Jo.
"Menurut sekertaris Jo saya lagi ngapain...? Apa sekertaris Jo tidak lihat saya sedang dihukum...?'' sahut Shaina bertambah kesal.
Sekertaris Jo menggeleng- gelengkan kepalanya lalu dia menghampiri Sagara.
"Tuan... Apa tuan sudah lupa kalau tadi siang tuan Daniel memberitahu tuan agar jangan menghukum gadis wonder women...?'' bisik sekertaris Jo di telinga Sagara.
"Ngapain mereka bisik- bisik...? Ah mesra sekali mereka...'' ucap Shaina dalam hati.
Sagara menghela nafas.
"Ya sudah suruh dia duduk..." ucap Sagara.
"Baik tuan..." jawab sekertaris Jo.
Sekertaris Jo lalu menghampiri Shaina.
"Shaina... Turunkan kakimu... Duduklah di sofa itu..." ucap sekertaris Jon menunjuk sofa panjang di sebelah kiri meja kerja Sagara.
"Hah...beneran sekertaris Jo, saya boleh duduk...?'' tanya Shaina tidak percaya. Sekertaris Jo pun mengangguk sambil tersenyum.
"Hah... Terima kasih sekertaris Jo... Sekertaris Jo baik banget...." ucap Shaian begitu senang sambil memegang lengan sekertaris Jo.
"Hei gadis berandal.... ! Lepaskan tanganmu....! Kamu ini perempuan... Jangan suka genit pegang- pegang laki- laki...! '' ucap Sagara nampak kesal.
"I...iya tuan...." jawab Shaina.
"Hah...? Kenapa tua kesal lihat aku pegang tangan sekertaris Jo...? Hah...? Jangan- jangan tuan cemburu sama sekertaris Jo....'' ucap Shaina dalam hati sambil menutup mulutnya.
Iya ,dalam bayangan Shaina, dia berpikir bahwa Sagara dan sekertaris Jo punya kelainan s*ks . Mereka punya hubungan special. Dan hal itu lah yang menyebabkan Sagara pisah dengan Thania.
"Oh ya ampun... Benarkah mereka seperti itu...?" Shaina lalu menutup mulutnya.
"Oh ya ampun jijiknya..." ucap Shaina sambil menggeleng- gelengkan kepala dan menutup kedua telinganya. Kemudian Shaina berlari ke arah Sofa dan duduk di sana.
"Apa yang dia pikirkan....?'' tanya Sagara kepada sekertaris Jo.
Sekertaris Jo pun menggelengkan kepala, dia juga heran dengan tingkah aneh Shaina.
Bersambung....
ta ttp aja jadi gosip orang ga ada yg tau kalau kamu mudah berpisah hemmmmm memang 1/2 ons susah ga mau upgrade 😂😂
ini juga tuan saga aja yg masih stuck di 1/2 ons 🤦🤦🤦
Dih dulu nolak Sekarang cemburu Thania...Thania..
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
eh, sekarang dia yg cemburu sagara dekat dengan shania .. tapi kalau memang sagara mulai ada rasa dengan shania, segeralah urus perceraian resmimu dengan thania biar dia nyesek telah menolak dirimu.