Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Acara pesta keluarga Mo
Mansion keluarga Mo dipenuhi lampu kristal yang menerangi ruangan megah itu. Para tamu undangan berdatangan—pengusaha, pejabat, dan tokoh keluarga terpandang di Macau.
Molly Mo, putri tunggal keluarga Mo, merayakan ulang tahunnya yang ke-23 malam itu.
Di antara keramaian, kehadiran seseorang langsung menarik perhatian.
Poppy muncul mengenakan gaun panjang dengan belahan samping yang anggun. Makeup-nya tipis, namun hasilnya begitu mewah—menonjolkan kecantikannya tanpa berlebihan. Sejumlah tamu pria meliriknya, beberapa bahkan menghentikan percakapan mereka.
Dari lantai atas, Leon meneguk minuman sambil melihat ke bawah.
“Bos,” ujar Vic sambil mengerling, “Nona Yun sudah tiba.”
Leon bergerak sedikit mendekati pembatas balkon, menatap Poppy tanpa ekspresi jelas.
Poppy mendekati Molly Mo dan memberi salam sopan.
“Selamat ulang tahun, Nona Mo.”
“Terima kasih sudah hadir. Tolong sampaikan juga kepada Paman Yun, aku berterima kasih untuk hadiah yang beliau kirim,” ujar Molly ramah.
“Sama-sama,” jawab Poppy sambil tersenyum kecil.
“Nona Yun, anggap saja rumah sendiri. Silakan makan, minum, jangan sungkan.”
“Baiklah.”
Poppy melangkah pergi menuju meja hidangan. Ia mengambil segelas minuman, lalu berjalan ke halaman belakang untuk menghindari keramaian.
Tak lama kemudian, Andy muncul bersama pacarnya. Mereka menghampiri Poppy dengan senyum sinis.
“Poppy, kau hanya datang sendiri?” tanya Andy pura-pura ramah.
Poppy menatap mereka sebentar, lalu memandang air kolam renang yang di hadapannya.
“Andy, siapa dia?” tanya wanita itu.
“Mantan tunanganku. Yang aku campakkan,” jawab Andy, seolah bangga.
Wanita itu mengerutkan hidung. “Ternyata dia cuma bekas wanitamu.”
Poppy tersenyum tipis, namun sorot matanya tajam.
“Apakah kau merasa sangat penting bagiku?” balas Poppy. “Pria yang suka makan sembarangan sepertimu tidak layak bersamaku. Jangan lupa, aku yang membuangmu. Bukan kau yang membuangku.”
“Poppy Yun, kalau bukan aku, siapa yang mau denganmu? Sifatmu keras kepala dan kasar. Kalau bukan karena ayahmu kaya, kau pikir aku mau melihatmu?” hina Andy.
Poppy tersenyum tipis. “Dan bagaimana denganmu? Kau memang anak orang kaya, tapi aku bahkan jijik melihatmu. Walau punya nama, tetap saja kau seperti barang murahan.”
“Kau… berani sekali menghinaku!” bentak Andy.
“Kau saja berani. Kenapa aku harus takut? Kau juga bukan barang berharga,” jawab Poppy.
“Poppy, jaga mulutmu!” bentak Andy.
“Jangan sombong. Kita sama-sama dari kalangan atas. Tapi kau malah menyentuh banyak makanan murahan,” sindir Poppy sambil menatap pacar Andy sinis.
“Aku tahu kau belum bisa melupakanku, Poppy Yun. Akui saja, kau cemburu,” ujar Andy meremehkan.
“Aku masih waras. Sampai kapan pun aku tidak akan menyukaimu,” balas Poppy dingin.
Tiba-tiba ponsel milik Andy bergetar.
“Sayang, tunggu di sini. Aku ke sana sebentar untuk menjawab panggilan,” kata Andy pada pacarnya, lalu melangkah menjauh.
Poppy menghela napas pelan.
“Poppy Yun, walaupun kau putri orang kaya, tetap saja… yang Andy pilih adalah aku,” sindir wanita itu dengan senyum penuh kemenangan.
“Bisa bersama dia bukan sesuatu yang pantas dibanggakan,” jawab Poppy, lalu berbalik hendak pergi.
Namun wanita itu tiba-tiba menarik tangannya.
“Hei, singkirkan tanganmu,” tegas Poppy.
Wanita itu justru menggenggam lebih erat sambil melirik ke arah Andy yang masih menelpon tak jauh dari sana.
“Lepaskan aku,” ulang Poppy dengan nada berbahaya.
Alih-alih melepaskannya, wanita itu malah menarik tangan Poppy lebih kuat, lalu menjatuhkan dirinya sendiri ke lantai tepat saat Andy menoleh.
Dari kejauhan, yang terlihat Andy hanyalah tangan Poppy seolah mendorong pacarnya.
“Anisa!” seru Andy, berlari menghampiri wanita itu.
“Pintar sekali berpura-pura…” gumam Poppy pelan.
“Anisa, kau tidak apa-apa?” tanya Andy cemas sambil membantu wanita itu berdiri.
“Andy… aku hanya ingin berbicara baik-baik dengan Nona Yun. Tapi dia tiba-tiba marah padaku…” ujar Anisa dengan suara bergetar.
“Poppy Yun, jangan keterlaluan!” hardik Andy. “Aku tahu ini caramu menarik perhatianku. Tapi ingat, aku tidak tertarik pada wanita kasar sepertimu!”
“Aku tidak menyentuhnya sama sekali,” jelas Poppy menahan emosi.
“Cepat minta maaf!” perintah Andy.
Di ambang pintu, Vic dan Leon menyaksikan kejadian itu.
“Bos, terjadi sesuatu,” hasil Vic.
“Kalau mudah ditindas, dia bukan Poppy Yun,” jawab Leon tenang, menatap ke arah Poppy. “Kita tunggu saja apa yang akan dia lakukan.”
