Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya
Sinopsis:
Cassia, adalah artis cantik A-class. Semua project film, drama,iklan bahkan reality show nya selalu sukses dan terkenal. Namun, menjadi terkenal tidak selalu menyenangkan. Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya. Maka dari itu ketika mendapatkan kesempatan terlahir kembali, Cassia mulai menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis. Ia ingin menikmati hidup yang dulu tak sempat ia lewatkan, dengan caranya sendiri. Bonusnya, menemukan cinta yang menyembuhkan dari CEO tampan, si sponsor utama dalam karirnya.
Ayo klik dan baca sekarang. Ikuti terus kisah Cassia, si aktris kuat ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 - Diangkat Atau Tidak?
...Enjoy the story...
...🌻🌻🌻...
Felix terdiam, tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari petugas receptionist.
Rahangnya mengeras, ”Apa maksudmu bertanya seperti itu? Biasanya juga kalian mengantarkan aku ke atas, kan?!” sorot matanya tajam penuh ketidaksabaran.
Petugas receptionist itu tetap membungkuk sedikit, menjaga sikapnya tetap sopan dan profesional, ”Maaf, pak. Benar, biasanya kami bantu pak Felix untuk akses naik keatas.”
Ia berhenti sebentar, lalu melanjutkan dengan nada halus yang terasa seperti pukulan telak bagi Felix.
”Namun tadi pagi, nona Cassia menitip pesan, karena kondisi pribadinya hanya tamu yang memiliki janji yang dijinkan naik. Apakah... anda sudah membuat janji? Karena kebetulan nama pak Felix tidak ada dalam pesan yang disampaikan..” Suara ramah dan sikap sopan petugas itu justru semakin mempermalukan Felix lebih dalam.
Felix mengepal tangannya, mengumpat semua orang dalam hatinya. Rasa frustasi hampir menelan semua kesombongan yang tadi masih ia tunjukan.
Tidak mungkin. Ia sudah datang sampai sini, tidak boleh gagal bertemu dengan Cassia. Ia harus bertindak, begitu pikirnya.
Akhirnya—Felix merogoh ponselnya dan mencoba mengubungi Cassia.
.
.
Sedangkan suasana di dalam apartement Cassia jauh berbeda dengan di lobby.
Tenang, dan kedekatan antara sepasang manusia yang belum jelas statusnya ini terasa hangat.
Max dan Cassia duduk berdampingan di sofa panjang ruang tamu. Tangan besar Max dikalungkan di bagian atas sofa, posisinya hampir menyentuh dan seolah memeluk ruang di bahu mungil Cassia. Cukup dekat untuk membuat detak jantungnya tidak stabil.
Cassia sedikit memiringkan badannya, lebih condong ke arah Max agar bisa mengobati bibir Max dengan lebih leluasa.
Selama berhadapan, Cassia sangat berusaha tidak memandang balik mata Max yang dengan teduh memandangnya. Ia hanya berfokus menempelkan kapas kecil dengan obat antiseptik ke sudut bibir Max yang memerah.
Cassia melakukannya dengan hati hati, hingga sedikit menahan napas.
Jangan lihat matanya. Jangan lihat matanya, batin Cassia memohon ke diri sendiri.
Max sendiri betah memperhatikan wajah wanita pujaannya dari jarak sedekat ini. Sepertinya hari ini kontrol diri CEO tampan ini akan diuji kembali, sama seperti saat mengembalikan lipstick beberapa bulan lalu.
”Kenapa.. kamu serius banget sih, butterfly.“
Suara bariton Max terasa semakin jelas dalam jarak sedekat ini, terdengar dalam dan menggema lembut di telinga Cassia, membuat dirinya meremang.
Cassia yang masih berfokus ke arah ujung bibir yang luka dan menjawab, ”Karena luka, kata orang harus langsung diobatin biar ga infeksi.”
Ia merasakan sudut bibir Max tertarik keatas, Max tersenyum tipis. ”Kalau luka segini, kamu tiup sedikit saja mungkin sembuh,”
Ucapan yang membuat Cassia refleks menatap ingin protes, “Max!”
Namun saat mata mereka saling bertemu, ia langsung menunduk lagi karena merasakan pipinya memerah lagi. Max yang melihat reaksi manis Cassia tertawa kecil—membuat Cassia tambah salah tingkah
“Aku suka lihat kamu begini. Perhatian ke aku.” suaranya hampir seperti bisikan.
Cassia merasakan dadanya ingin meloncat keluar ketika jemari Max menangkup ringan tangannya yang sedang memegang kapas kecil, dan membawa tangannya ke wajah Max yang tampan.
Gerakan yang pelan dan hati hati dari Max, seolah meminta Cassia melihatnya tanpa harus bicara.
Mau tak mau mereka jadi kembali bertatapan. Tatapan Max penuh kelembutan, memberikan sensasi aneh di hati Cassia. Campuran takut, senang, canggung, dan berbunga.
Di sisi lain, Max tersenyum melihat kekikukan Cassia. Hatinya senang, merasa tembok pertahanan Cassia yang biasanya tinggi perlahan terbuka untuknya.
”Padahal kamu yang sedang sakit, tapi malah aku yang mendapatkan perawatan manis seperti ini.” Max menempelkan keningnya ke kening Cassia, seakan mampu mengecek suhu wanita itu dengan cara yang Max lakukan ini.
”Kamu masih demam, butterfly. Sini gantian, aku yang ngerawat kamu.” Max bicara sambil menempelkan obat plester penurun demam di kening Cassia.
Cassia bekedip cepat, terkejut, panas di pipinya menjalar entah karena demam atau karena perlakuan Max barusan.
“..Terima kasih. Tapi kenapa kamu bisa luka kaya gini? Siapa yang mukul kamu?" Cassia bertanya, selain ingin mengalihkan topik, juga karena penasaran.
”...Pria yang sama yang mengganggumu semalam, dia memukulku di depan lobby."
Jadi benar dia datang semalam, eh, tunggu sebentar...!
”Maksudmu Felix yang memukulmu seperti ini?” Cassia terperanjat kaget.
Max menatap dengan mata sendu seperti anak kecil yang mengadu, ”Dia yang mulai, tapi aku tidak balas. Karena aku tahu kamu tidak suka laki laki yang memakai kekerasan. Tapi... aku jadi dapat bonus perhatianmu seperti ini. Sepertinya aku tidak menyesal dipukul oleh pria itu.”
Cassia seperti kehabisan kata kata. Gemetar halus menyusup sampai ke ujung jarinya yang masih memegang kapas kecil. Sepertinya obat plester penurun demam itu tidak efektif, karena rasanya panas diwajahnya justru semakin naik.
Max pria dengan seribu rayuan, berhasil membuat drama queen seperti Cassia membeku.
Max memiringkan kepalanya, bicara lagi dengan nada menggoda, “Kenapa? Kok kamu diam saja? Kamu makin manis kalau malu seperti ini.“
Cassia benar benar ingin menutupi wajahnya dengan bantal sofa. Tepat di momen itu, tiba tiba ponsel Cassia berdering
Dari layar ponsel yang menyala, nama Felix muncul.
Cassia hanya diam menatap layar ponselnya, sedangkan Max ikut melirik. Lalu tatapannya berubah menjadi lembut dan protektif. Bagai seseorang yang paham dan tidak ingin menekan.
”Cassia, kamu angkat saja tidak apa. Aku mengerti.” suara Max lembut.
Cassia merasakan sesak, antara cemas sekaligus kesal.
Memang dia sendiri yang memutuskan untuk membuka jalur komunikasi dengan Felix lagi, hanya untuk membalas dendam ke pria jahat itu. Jadi seharusnya ia mengangkat telepon Felix ini.
Namun dari banyaknya waktu, kenapa harus sekarang Felix menelponnya? Entah kenapa ia jadi merasa bersalah ke Max, jika ia mengangkatnya saat ini. Rasanya seolah sengaja menyakiti perasaan pria yang tulus padanya.
Sekali lagi, Cassia menatap layar ponselnya, bimbang: diangkat atau tidak?
.
.
Maura masih kesal karena rencananya menjatuhkan Cassia melalui foto gagal total. Ia duduk di meja kerjanya, mengusap wajahnya yang kusut dengan sedikit frustasi.
”Pikirkan lagi cara lain, Maura. Pasti banyak hal yang bisa dilakukan untuk menjatuhkannya.” gumamnya pada diri sendiri.
Di saat itulah, ada pesan masuk di dalam ponsel Maura.
Ping.
Alis Maura terangkat melihat nama pengirim dan isi pesannya. Petugas kebersihan Apartement, orang yang ia suap untuk selalu melaporkan siapa saja yang kira kira menemui Cassia di apartement. Bahasa lainnya, Maura meminta petugas kebersihan itu menjadi CCTV berjalannya, alias mata mata.
Maura membuka pesan tersebut yang berisi video durasi beberapa menit.
Dalam rekaman itu, ada dua pria bersama beberapa orang lainnya di kawasan apartement Cassia. Video yang merekam kejadian saat Felix meninju Max di depan lobby.
Maura diam sejenak, lalu tersenyum licik setelah terpikirkan ide lain untuk menggunakan hal ini sebagai rencana menjatuhkan Cassia berikutnya.
”Cassia, rupanya takdir membantuku untuk bisa menjatuhkanmu. Jangan harap kamu lolos kali ini.”
Bersambung
...🌻🌻🌻...
Menurut kalian Cassia bakal gimana sama teleponnya Felix?
Dan lagi, Maura ini kenapa sih kekeuh banget mau jatuhin Cassia 🫠
Thanks for staying with Cassia's story