Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan? Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: Setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah dari Riko
Setelah mereka berdua telah bediri normal kembali.
"Ah, maaf ... Aku tidak sengaja." -Laras
"Tidak apa-apa." -Riko
Kemudian, mereka melanjutkan melihat-lihat permainan berikutnya. Banyak sudah permainan yang telah mereka berdua coba. Seperti; mesin capit, dance bersama, dll. Laras merasa sangat senang hari ini karena banyak mencoba hal baru bersama Riko. Kebahagiaan itu terukir indah di wajah Laras.
Hingga kini, mereka tidak sengaja sedang melewati toko sebuah perhiasan. Karena Laras tidak pernah mau mampir ke tempat-tempat seperti ini, Riko menahannya, untuk melihat beberapa perhiasan.
"Laras! Tunggu sebentar ..." -Riko
Langkah Laras terhenti. Ketika Riko menahan tangan yang terus di genggam-nya. Mereka kini tengah berdiri di depan sebuah etalase mewah. Di isi dengan deretan perhiasan-perhiasan cantik dan mahal.
"Apa kamu ingin mencoba ini?" -Riko
Melihat dan mendengar itu, membuat Laras merasa sungkan. Ia bukan tipe wanita yang senang memakai sebuah perhiasan. Laras menggeleng-gelengkan kepalanya. Hingga suara dari penjaga toko itu bersuara.
"Selamat siang Tuan dan Nyonya ... Ada yang bisa kami bantu?" -Karyawan
Riko terdia dan sedang melihat-lihat beberapa pilihan kalung yang menurutnya pantas untuk Laras. Ketika Laras hendak ingi pergi karena merasa tidak enak. Ia tahu bahwa Riko pasti akan membelikan kalung ini. Riko menahan dan tidak melepaskan tangan Laras.
"Coba saya mau lihat yang itu." -Riko
Sebuah kalung dengan liontin kecil di tengah-nya sedang karyawan itu ambil. Dan ketika melihat itu, Riko merasa ini adalah sebuah hadiah yang sangat cocok untuk Laras pakai.
"Permisi ..." -Riko
Ketika tangan Riko sedang mengenakan kalung di leher Laras, tiba-tiba ia merasa tersipu malu. Laras menunduk tidak memandang Riko.
"Lihat aku Laras." -Riko
Ketika kalung yang indah itu sudah Laras pakai. Riko tersenyum melihat kecantikan sempurna yang ada di hadapan-nya saat ini.
"Cantik-nya ..." - Riko
Kalimat benar-benar membuat Laras semakin malu. Ketika di puji oleh pria yang berumur di bawah-nya. Laras lebih mirip seperti seorang remaja SMA saat ini.
"Aku mau yang ini." -Riko
Karyawan itu mengarahkan Riko untuk menuju kasir. Mengurus masalah pembayaran yang akan ia lakukan untuk kalung liontin tersebut.
"Silahkan menuju kasir yang berada disana, yaa pak." -Karyawan
Laras tetap merasa sungkan. Ia merasa tidak pantas untuk memakai kalung seindah ini. Dan ini, memang niat awal Riko mengajak Laras berjalan-jalan di mall ini. Dan ia merasa tidak keberatan.
"Tidak apa-apa Laras ... Anggap saja itu sebagai hadiah." -Riko
"Tapi ..." -Laras
Tanpa menunggu Laras lagi, Riko berjalan melewatinya untuk mengurus masalah pembayaran di toko tersebut.
Beberapa jam kemudian.
Setelah bersenang-senang seharian ini bersama Laras dan Riko. Mereka 'pun sedang menuju pulang mengantar Laras dengan mobil Riko. Di dalam mobil, Riko terus memperhatikan Laras yang semakin cantik menurutnya.
"Terimakasih yaa ..." -Laras
Riko tersenyum. Memegang tangan Laras dan tidak melepaskan-nya sampai mereka tiba di tujuan. Setelah sampai di depan perumahan Laras, ia turun dari mobil. Riko menunjukan senyuman-nya sebelum berpisah.
"Aku pulang ..." -Riko
"Hati-hati." -Laras
Senyuman itu di sambut hangat oleh Laras ketia ia melihat mobil Riko yang akhirnya pergi. Setelah semua-nya selesai, sekarang Laras harus bertemu dengan Maya. Untuk membuat alasan jika nanti-nya akan di tanya Mas Andi.
Sebuah telepon masuk, berbunyi dari ponsel yang Laras bawa. Dan panggilan itu berasal dari Maya.
"Dimana La? Gua udah sampai di cafe yang lu bilang. Tapi, gua nggak lihat ada lu?" -Maya
Laras langsung membuat alasan agar Maya mau menunggu-nya sebentar. Karena jarak untuk pertemuan mereka, hanya beberapa menit dari perumahan Laras tinggal.
"Iyaa-iyaa, tunggu sebentar ... Gua nggak bawa mobil, dan mobil online yang gua pesan terjebak macet sore ini." -Laras
"Yaudah, jangan lama-lama." -Maya
"Oke~!" -Laras
Beberapa waktu kemudian.
Kini Laras dan Maya tengah duduk bersama. Menikmati makanan dan minuman yang telah mereka pesan di cafe tersebut.
"Ada apaan, sih La? Tumben lu ngajak gua makan gini ..." -Maya
"Nggak apa-apa, gua cuma lagi pengen makan aja sama lu." -Laras
"Dina mana? Gaikut?" -Maya
"Dia lagi main sama Ayah-nya." -Laras
Selama mereka makan dan sambil mengobrol santai. Maya merasakan keanehan terhadap sifat Laras. Dan dari penampilan Laras juga sedikit ada yang menarik perhatian-nya.
"Lu beli kalung La?" -Maya
Ucapan Maya yang tiba-tiba membuat Laras yang lagi minum tersedak.
Uhuk!
Karena, Maya yang paling paham banget, kalau Laras bukan tipe wanita yang senang memakai perhiasan. Dan hari ini, Laras lupa mencopot kalung pemberian dari Riko itu. Laras memegang dan melihat kalung yang Maya maksud.
"Oh, ini ... Iya, gua beli. Bagus nggak?" -Laras
Maya mengangguk-angguk dan tetap merasa keanehan terhadap Laras.
"Bagus sih ... Gua kira dari Andi. Emang belum rukun secara emosional?" -Maya
"Sedikit. Tapi kita sekarang udah saling bicara lagi." -Laras
"Serius?! ... Wah, itu sih kemajuan besar La! Gua seneng dengar-nya." -Maya
"Yaa ... Gitu, dah." -Laras
Obrolan dengan Maya itu terus berlanjut. Obrolan yang dimana Laras harus tetap menjaga rahasia dan tidak membuat sahabat satu-satunya ini merasa curiga kepadanya.
Bersambung ...