Karena sering dibuli teman kampus hanya karena kutu buku dan berkaca mata tebal, Shindy memilih menyendiri dan menjalin cinta Online dengan seorang pria yang bernama Ivan di Facebook.
Karena sudah saling cinta, Ivan mengajak Shindy menikah. Tentu saja Shindy menerima lamaran Ivan. Namun, tidak Shindy sangka bahwa Ivan adalah Arkana Ivander teman satu kelas yang paling sering membuli. Pria tampan teman Shindy itu putra pengusaha kaya raya yang ditakuti di kampus swasta ternama itu.
"Jadi pria itu kamu?!"
"Iya, karena orang tua saya sudah terlanjur setuju, kamu harus tetap menjadi istri saya!"
Padahal tanpa Shindy tahu, dosen yang merangkap sebagai Ceo di salah satu perusahaan terkenal yang bernama Arya Wiguna pun mencintainya.
"Apakah Shindy akan membatalkan pernikahannya dengan Ivan? Atau memilih Arya sang dosen? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Dini hari di mana orang tengah enaknya tidur, tapi berbeda dengan pria yang baru masuk rumah dibukakan pintu oleh bibi.
Dia adalah Arkan, entah dari mana pria itu, begitu masuk dengan langkah pelan agar tidak berisik menganggu tidur sang mama. Sebab, kamar Adisty berada di lantai bawah.
Dengan wajah dingin ia melewati bibi begitu saja tanpa menyapa. Namun begitu, Arkan tidak bisa menghindari perasaan bersalah dan marah setelah pertengkaran dengan Shindy tadi pagi.
Ia ambil ancang-ancang lalu berlari menaiki anak tangga. Niat hati untuk tidak mengganggu tidur Adisty, tapi justru berisik suara yang ditimbulkan oleh sepatu, entah Adisty mendengar atau tidak.
Ia tiba di depan kamar membuka pintu dengan hati-hati. Gelap kamar tersebut perasaan tidak enak pun muncul. Jika ada Shindy pastinya lampu meja menyala, tapi jika gelap seperti ini entahlah.
Arkan menekan stop kontak, begitu lampu menyala pandanganya tertuju ke kasur lipat yang selama ini digunakan Shindy untuk tidur. Namun, masih dalam keadaan digulung.
"Kemana Shindy" ucapnya dengan wajah dingin mencoba menyembunyikan emosi yang masih membara di dalam hatinya.
Arkan duduk termenung memandangi kasur lipat yang bersandar di tembok. Selama menikah, ia memang belum pernah tidur bersama Shindy. Bukan tidak ada hasrat bagi Arkan, tapi ia masih ragu untuk memberi nafkah batin. Arkan belum yakin dengan perasaan sendiri, apakah sudah mencintai wanita yang ia nikahi empat bulan yang lalu itu atau belum.
Entah bodoh atau apa yang terjadi dengan Arkan, padahal hampir setiap hari selalu cemburu kepada pria yang dekat dengan Shindy. Seharusnya sudah menjadi bukti bahwa ia mencintai Shindy sangat besar.
"Biar saja, paling tidur sama Mama" Arkan berpikir begitu karena malam ini papa Alexander tidak di rumah hingga beberapa hari ke depan. Arkan menjatuhkan tubuhnya di kasur, hanya dalam hitungan menit langsung pulas.
Pagi harinya Matahari sudah masuk dari jendela kamar, tetapi Arkan masih pulas di tempat tidur. Tiba-tiba pintunya digedor dari luar. "Arkaaannn... cepat bangun sudah siang... kenapa kamu tidak mencari Shindy?"
Arkan langsung terbangun dan duduk di tempat tidur, tangannya menggosok-gosok mata. Ia melihat jam dinding terkejut. "Sudah jam delapan?"
Tidak menyapa Adisty yang sudah masuk berdiri membelakanginya, membuka jendela dan gorden. Arkan segera ke kamar mandi, tidak lama kemudian kembali sudah selesai mandi. Pagi ini ia akan ke kampus ganti dosen pembimbing. Rasanya sudah malas bertemu dengan Wiguna.
"Arkan, kenapa kamu tidak mencari Shindy?!" Adisty marah melihat Arkan santai seperti itu.
"Memang Shindy kemana, bukanya tidur sama Mama?" Arkan merasa khawatir juga mendengar pertanyaan Adisty.
"Kamu ini bagaimana, Arkan? Tidak lama kamu pergi, Shindy pergi juga. Awas kamu, jika tidak segera mencari dan minta maaf kepadanya kamu akan kehilangan Shindy!" Adisty ngomel-ngomel panjang lebar.
"Paling nanti juga pulang Ma, mau kemana lagi Dia, waktu itu juga minggat begini kok" Arkan menjawab enteng, ia yakin sebentar lagi Shindy akan kembali ke rumah ini. Sebab, mau tinggal di mana, bude Warni pun sudah tidak menerimanya.
"Mungkin Shindy pulang ke Jawa Timur Ar, handphone nya tidak aktif ini" Adisty semakin khawatir ketika Shindy tidak bisa dihubungi. Ia menyuruh Arkan mencari ke Jawa Timur.
"Shindy tidak mungkin pulang ke Jawa Timur Ma, karena saat ini sedang sibuk menyelesaikan skripsi" bantah Arkan. Setelah mengenakan sepatu, ia menemui dosen selain Wiguna.
Jam terus berjalan hingga 24 jam, Shindy tidak juga kembali, Arkan mulai panik.
"Aku mencari Shindy, Ma" pamit Arkan ketika ambil kunci motor.
"Makanya Arkan... Mama kan sudah nyuruh kamu dari kemarin" Adisty kesal melihat Arkan yang tidak sat set sejak kemarin.
"Iya Ma" jawab Arkan sambil berlalu pergi mencari Shindy. Yang pertama Arkan tuju adalah kediaman Dila.
"Tidak ada Arkan? Kenapa Shindy sampai pergi? Kamu bertengkar?" Cecar Dila ketika Arkan sudah berada di rumahnya. Walaupun sahabat, Shindy tidak pernah curhat kepada Dila tentang rumah tangganya. Namun, Dila menilai sendiri bagaimana keseharian Shindy dengan Arkan ketika di kampus, tidak ada hari tanpa bertengkar.
"Pertengkaran kecil Kak, biasa, masalah rumah tangga," Arkan menyembunyikan masalahnya. Padahal Pertengkaran kemarin pagi sudah tidak bisa dikatakan seperti itu.
Dila mengangguk lalu menghubungi Shindy, tapi panggilan telepon terdengar dialihkan.
"Tidak bisa dihubungi kan kak?" Arkan pun sudah berkali-kali telepon Shindy, tapi kasusnya seperti ketika Shindy pergi beberapa bulan yang lalu.
"Sebaiknya kamu cari ke kampus saja Ar" titah Dila, karena hari ini Shindy waktunya minta tanda tangan dekan. Shindy paling pertama menyelesaikan skripsi dibandingkan Dila dan Arkan sendiri yang baru mulai sudah bertengkar dengan pak Wiguna. Arkan dipastikan wisuda belakangan.
"Iya Kak" Arkan meninggalkan rumah Dila, menjalankan motornya ke kampus. Ketika melewati kediaman Warni, Arkan berhenti mencari Shindy di sana, tapi hanya jawaban 'tidak ada' dari art bude. Jika sudah demikian Arkan baru merasa bersalah, entah apa yang harus ia lakukan.
Tiba di kampus, Arkan mencari Shindy ke mana-mana, tetapi tidak menemukan istrinya itu. Bahkan dekan yang akan Shindy minta tanda tangan pun tidak ada di kampus. Dengan terpaksa, Arkan mengetuk pintu ruangan pak Gun.
"Untuk apa kamu menemui saya?!" Ketus Wiguna.
"Saya mencari Shindy. Shindy pasti Bapak sembunyikan!"
"Hahaha..." Wiguna tertawa lebar. "Bukanya kamu suami Shindy? Lalu kenapa bertanya kepada saya?"
...~Bersambung~...
Sabar Iya Shindy
terus suruh si ulat bulu yg merawatnya,,
biar nyaho tu si pelakor ngerawat suami yang dia rebut🤭🤭