Cincin Hitam itu bukan sembarangan perhiasan.
Cincin itu adalah sebuah kunci bagi seseorang untuk merubah hidupnya dalam waktu yang sangat singkat.
karena cincin itu adalah sebuah kunci untuk mewarisi kekayaan dari seseorang yang teramat kaya.
Dan dari sekian banyak orang yang mencarinya cincin itu malah jatuh pada seorang pemuda yang mana pemuda itu akan jadi ahli waris dari kekayaan yang tidak terhingga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Di Persingkat Saja DPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Langsung menerobos markas musuh
Di depan restoran aku lanjut di marahi oleh perempuan yang aku temui dia kali di dalam lift.
Kami bahkan tidak pernah saling bicara atau saling menyapa tapi kenapa orang ini marah-marah dengan alasan tidak jelas.
"Kamu menguntitku dan kamu bilang salah kamu apa!?" Percaya diri sekali orang ini. Itulah yang aku pikirkan.
Mungkin dalam pikirannya semua cowok di satu dunia ini suka padanya kali ya?.
"Haahhh... Nona. Saya bukan penguntit dan saya sama sekali tidak tertarik pada anda jadi saya harap anda tidak ke-geeran!"
"Sejujurnya sekarang saya malah merasa geli dengan anda!" Setelah berkata begitu aku langsung pergi.
"Apa?!" Ia tersentak di tempat.
Ia menatapku untuk pergi dengan tatapan tak percaya kalau aku berkata begitu padanya.
Kemudian ia bergumam meyakinkan dirinya sendiri. "Paling cuma tak-tik yang sama. Aku mau lihat berapa lama kamu bisa bermain tarik ulur seperti ini!" Baru setelah itu ia pergi.
Tapi sebelum pergi ia tiba-tiba berhenti lagi karena baru sadar akan sesuatu.
"Bentar... Kan tadi aku di ancam dengan sebuah pistol tanpa alasan. Harusnya orang itu di tangkap polisi karena tindakannya itu?!" Ia pun mengambil sebuah telepon dan menghubungi pihak berwajib.
Pihak berwajib pun datang tapi... Yang di tangkap bukan antek-anteknya Mafia, melainkan si perempuan itu sendiri.
"Hah! Kok saya yang di tangkap!?" Ekspresinya penuh rasa terkejut.
Ia di bawa tapi bukan ke kantor polisi melainkan ke markasnya Mafia yang dia laporkan tadi.
Karena ia melaporkan kejadian tadi pada pihak kepolisian si Mafia jadi tidak senang dan marah.
Si perempuan di masukan ke dalam sel yang mana di dalam sel sendiri sudah ada cukup banyak perempuan yang cantik-cantik.
Kemungkinan mereka semua akan di jual.
Malam pun tiba.
Di jalan kecil di antara dua gedung aku dan rekanku yaitu Callian sudah berada dalam keadaan siap.
"Seperti biasa. Kau akan memantau sekitar dan membantuku dengan Sniper!" Aku berkata singkat kemudian pergi.
"Oke tuan!" Senyuman percaya diri terukir jelas di wajahnya... Pada awalnya.
Ketika aku pergi senyuman itu berubah jadi raut wajah yang muram seakan ia tidak punya emosi.
Markas antek-antek Mafia, di sudut tembok aku memantau para penjaga gerbang dari bayang-bayang yang gelap.
"Hanya ada dua orang?... Tidak mungkin!" Aku bergegas dengan hati-hati di antara kegelapan.
Perlahan tapi pasti aku menemukan beberapa penjaga yang bersembunyi di tempat-tempat yang tidak terprediksi.
Kalau ada yang menerobos masuk orang-orang yang bersembunyi itu akan langsung keluar dan memberikan serangan kejutan.
Karena posisi musuh sudah aku ketahui selanjutnya aku bisa bertindak.
Hal pertama yang aku lakukan adalah melemparkan sebuah bom asap.
"Hah!?... Ada penyerangan!!" Meskipun hanya bom asap tapi itu jelas membuat mereka sadar kalau ada yang menyerang.
Mereka langsung pada keluar dari tempat persembunyian mereka tepat ketika asapnya sudah menyebar menutupi pandangan.
Sringg!
Sringg!
Sringg!!
Crashh!!
Sunyi, cepat dan tepat. Itulah caraku dalam bertindak.
Tanpa ada suara sama sekali aku menghabisi semua orang itu di dalam kepulan asap tebal.
Di kejauhan, di tempat yang sangat tinggi terlihat Callian memantau dengan menggunakan sniper yang di lengkapi teropong khusus.
Intinya teropong itu memungkinkan Callian melihat dalam kegelapan hingga musuh yang ada di dalam kabut asap sekalipun.
"Seperti biasa. Tuan bertindak sangat cepat dan tanpa basa-basi sama sekali!" Ia bergumam dengan raut wajah yang serius.
Teropongnya terus mengikuti pergerakanku yang masuk ke dalam markas antek-antek Mafia.
Kembali padaku yang mana ketika aku masuk aku langsung di sambut oleh rentetan peluru yang sangat banyak.
Dor!
Dor!
Dor!
Situasi ini memang berbahaya tapi bukannya tidak ada jalan.
Lagipula selama tiga tahun yang aku alami keadaan seperti ini sudah jadi sesuatu yang biasa.
Dari balik jubah hitamku aku mengeluarkan sebuah granat dan tanpa banyak basa-basi lagi langsung aku lempar ke arah musuh setelah pemicunya di tarik.
"Awas! Ada granat!!" Yang lain langsung menghindar tapi beberapa ada yang kurang cepat menghindar jadi mereka langsung tewas.
Selanjutnya tinggal aku maju dan brantas mereka sekaligus.
Beberapa saat kemudian semua antek-antek yang datang sudah aku habisi.
Sekarang aku sedang jalan-jalan menyusur beberapa ruangan mana tahu ada sesuatu yang tersembunyi.
Satu pintu aku bukan dan isinya... "... Yah. Sudah biasa aku lihat yang seperti ini!" Yang ada di dalam adalah barang haram narkoba.
Aku abaikan itu karena nanti akan di urus oleh orang lain.
Lanjut aku berkeliling hingga tibalah aku di sebuah pintu yang sangat besar yang terbuat dari besi.
Beberapa saat aku tatap pintu itu sebelum masuk.
Ketika aku masuk ada lorong panjang yang mana di sekelilingnya ada banyak sekali sel penjara.
"Hm?..." Karena penasaran aku melihatnya.
Aku terkejut ternyata ada banyak sekali orang di sini yang mana kebanyakan itu adalah anak-anak dan perempuan.
'Penculikan?... Mungkin orang ini juga melakukan perdagangan manusia.'
Ketika aku berjalan semua orang yang ada di dalam sel melihat ke arahku dengan ekspresi penuh ketakutan.
Tak lama aku menemukan seseorang yang cukup familiar. "Loh!?..." Orang itu adalah perempuan yang ujug-ujug memarahiku di restoran waktu siang tadi.
"Hey! Apa yang kamu lakukan di sini!?" Aku bertanya padanya yang duduk meringkuk di pojok ruangan.
Ia langsung mengangkat kepalanya dan memandang ke arah.
Hal pertama yang muncul darinya tentu adalah rasa terkejut. "Kamu?..."
Kemudian ia berjalan menghampiriku.
"Apa kamu juga bagian dari orang-orang jahat itu!?" Penuh curiga ia bertanya padaku, tatapan matanya juga sangat tajam.
Aku tidak menjawab apapun di sini.
Aku hanya diam untuk sesaat memikirkan apa yang akan aku lakukan pada orang-orang yang ada di dalam sel ini.
Setelah beberapa saat aku pun mengambil keputusan.
"Hey! Kau dengar aku!?" Aku bicara pada Callian dengan alat kemudian yang aku sembunyikan di balik jubah.
"Ya tuan. Apa ada masalah!?" Jawab si Callian.
"Ada banyak orang yang aku temukan di sini, aku akan menyuruh mereka keluar jadi jangan tembak kalau nanti ada yang keluar!"
"Apa! Tapi itu di luar misi kita!?"
"Lakukan saja apa yang aku katakan, aku tuannya di sini!" Callian hanya bisa menghela nafas tanpa daya.
"Baiklah. Tapi nanti jangan salahkan aku kalau ada yang ikut kabur bersama orang-orang yang di culik itu!"
"Aku yang akan tanggung jawab!" Setelah itu panggilan di tutup.
Aku menekan sebuah tombol yang ada di pojok ruangan dan di saat bersamaan semua sel terbuka.
"Kalau kalian mau bebas segera pergi dari sini!" Setelah mengatakan hal itu aku langsung balik untuk lanjut mencari targetku.
Orang-orang itu tidak langsung keluar tapi celingak-celinguk penuh kebingungan.
Dengan ragu-ragu mereka keluar satu demi satu.
Mungkin mereka takut kalau semua yang aku lakukan hanya candaan untuk mempermainkan harapan mereka.
Tak lama semua orang yang di sekap tiba di tempat dimana di sana ada banyak orang tergeletak bersimbah darah.
Mereka pucat dan takut melihat orang-orang itu.
Tapi kemudian mereka sadar kalau mereka mungkin sedang di selamatkan jadi mereka langsung bergegas pergi.
Bahkan si perempuan juga ikut pergi meskipun sesekali ia melihat sekeliling dan bergumam. "Orang itu... Apa mungkin semacam agen rahasia?..."
Banyak sekali pertanyaan yang ia miliki pada saat ini namun ia coba abaikan dan fokus saja melarikan diri dan keluar dari tempat ini.