Menukar Permata Dengan Batu Kerikil

Malam ini Jasmine tidak bisa tidur dia terus terbangun dari tidurnya karena merasa khawatir sebab Pras tidak berada di kamarnya, dia pun mencoba untuk terus menghubungi Pras namun telponnya tidak jawab.

"mas Pras kemana sih, ini sudah hampir mau shubuh tapi dia masih belum pulang juga. Bagaimana kalau mama dan papa sampai sadar kalau mas Pras tidak ada, apa yang harus aku katakan pada mereka" ucap Jasmine merasa khawatir.

Jasmine pun mencoba menelpon Pras kembali siapa tahu kali ini Pras bisa menjawabnya, namun harapan Jasmine kandas sebab Pras tidak mengangkat telpon darinya. Akhirnya Jasmine pun mengirimkan pesan ke ponsel Pras untuk memintanya segera kembali ke villa malam ini juga, namun sialnya pesan yang di kirimkan Jasmine juga tidak dibaca apalagi di balas.

Jasmine akhirnya pasrah saja dengan apa yang akan terjadi nanti ketika papa dan mama mertuanya menanyakan sola Pras. Jasmine pun memilih untuk tidak terlalu peduli dengan urusan pribadi suaminya, dia pun kembali mencoba untuk merebahkan tubuhnya di ranjang untuk mencoba tidur kembali sampai shubuh tiba.

"ah.. Sudahlah mas, terserah kamu saja aku sudah mencoba untuk memperingati kamu namun semuanya kamu abaikan. Kamu tanggung sendiri saja semua akibat perbuatanmu ini, aku tidak akan ikut campur lagi soal kamu dan mbak Viona" ucap Jasmine dengan kesal lalu melanjutkan tidurnya.

Adzan shubuh pun berkumandang dan Jasmine pun akhirnya terbangun kemudian segera melaksanakan sholat, Jasmine pun sengaja untuk sholat di kamarnya agar tidak bertemu dengan Askara ataupun Rumi sebab dia tidak ingin kalau mereka tahu bahwa Pras tidak ada di villa. Selesai sholat Jasmine sengaja tidak keluar kamar dan meneruskan tadarus dan berdzikir pagi sampai jam 7 pagi.

Jasmine pun kemudian mencoba untuk menelpon Pras kembali dan berharap agar dia akan mengangkat telpon tersebut. Beberapa saat kemudian telpon pun tersambung dan Jasmine mencoba untuk berbicara dengan Pras.

"mas, kamu ada dimana?! Apa kamu masih bersama mbak Viona" tanya Jasmine di telpon.

"ada apa kamu telpon saya berkali-kali?! Kalau saya memang masih bersama Viona memangnya kenapa?! Dia juga istri saya" ucap Pras dengan datar.

"ya.. Aku tahu itu mas, tapi masalahnya disini ada papa dan mama. Bagaimana jika mereka curiga dengan hubungan kalian?! Ini sudah pagi mas, papa dan mama pasti akan menanyakan keberadaan kamu, lalu aku harus jawab apa jika mereka menanyakan kamu?!" tanya Jasmine dengan gelisah.

"bilang saja kalau aku sedang keluar atau aku ada urusan pekerjaan di luar. Lagipula aku tidak bisa meninggalkan Viona sendiri di hotel, keadaannya masih belum membaik sejak kemarin aku juga berencana akan membawanya ke rumah sakit untuk check up. Tolong kamu alihkan dulu perhatian mereka sebentar sampai aku kembali" pinta Pras pada Jasmine.

"tapi.. Mas, bagaimana aku bisa mengalihkan perhatian mereka sementara aku tidak bisa membohongi mereka. Aku pasti akan ketahuan jika aku sedang berbohong" jawab Jasmine.

"itu.. Terserah kamu, pokoknya kamu harus merahasiakan hal ini dari mereka jangan sampai mereka tahu kalau aku sedang bersama Viona" ucap Pras keras kepala.

Telpon pun di tutup secara sepihak oleh Pras tanpa sempat Jasmine menjawab kembali, dan hal itu tentu saja membuat Jasmine kesal dia pun kembali mencoba menelpon Pras tapi panggilannya di tolak. Di tengah kegelisahannya tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar pintu kamarnya, Jasmine pun tersentak kaget di buatnya lalu dengan cepat dia berjalan ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang. Ketika pintu sudah terbuka Rumi sudah berdiri disana dengan senyum hangatnya.

"sayang, kok kamu belum keluar dari kamar?! Ayo kita sarapan dulu, papa dan yang lainya sudah menunggu kamu di meja makan" ajak Rumi.

"oh.. I.. Iya ma, Jasmine siap-siap dulu nanti menyusul kalian ke meja makan" ucap Jasmine dengan gugup.

"ya.. Sudah, mama tunggu di ruang makan ya sayang" Rumi pun berlalu dari kamar Jasmine menuju ke ruang makan yang berada di villa tengah.

Sementara Jasmine kembali ke kamar untuk berganti baju dan bersiap-siap untuk menyusul Rumi.

...****************...

Sementara itu Pras menemani Viona untuk pemeriksaan di rumah sakit, sebab sejak kemarin kondisinya belum juga membaik. Viona masih saja muntah-muntah dan tidak bisa makan makanan apapun selain air sampai badannya menjadi lemah.

"bagaimana dok, apa yang terjadi dengan istri saya?!" tanya Pras dengan raut wajah panik.

"istri Anda baik-baik saja pak, mual dan muntah yang di alami oleh istri Anda adalah gejala umum yang biasa di alami oleh perempuan yang sedang hamil muda" jawab dokter Dina.

"jadi.. Istri saya hamil dok?!" tanya Pras memastikan.

"betul pak, saya ucapkan selamat atas kabar bahagia ini. Namun perlu di perhatikan bahwa kondisi kehamilan istri Anda ini masih rawan, jadi saya sarankan agar istri Anda lebih banyak istirahat dan kurangi stres berlebih, jangan sampai istri Anda terlalu capek dan stres sebab hal itu bisa mempengaruhi kondisi janin dalam kandungan" kata dokter memberi penjelasan.

"baik dok, akan saya ingat pesannya" jawab Pras dengan perasaan senang.

"dan untuk mengatasi mual dan muntahnya saya akan memberikan vitamin dan juga beberapa suplemen kehamilan untuk istri Anda" dokter Dina pun memberikan sebuah kertas resep pada Pras.

"ini resep vitaminnya pak, Anda bisa menembusnya di apotek rumah sakit" lajut dokter Dina.

Pras pun akhirnya membawa Viona keluar dari ruangan pemeriksaan menuju ke tempat apotek berada. Pras pun mendudukan Viona di kursi tunggu sementara Pras menebus obatnya. Setelah semua selesai Pras dan Viona kembali ke hotel agar Viona bisa beristirahat kembali dan meminum vitaminnya.

***

Sementara itu di villa Askara tengah menunggu kabar dari seseorang yang dia utus, setelah sarapan pagi ini Askara kembali ke ruangannya dan membuka pesan yang dikirimkan dari anak buahnya melalui dark email. Sejak semalam anak buahnya yang di perintahkan Askara untuk mengikuti Pras belum juga memberi kabar apapun padanya. Padahal sudah beberapa jam sejak dia memberikan perintah pada anak buahnya.

Sampai akhirnya sebuah pesan notifikasi email muncul dari ponselnya, Askara pun segera membuka notifikasinya pada laptopnya. Saat email itu di buka dan menampilkan beberapa foto serta pesan dari anak buahnya Askara pun menyeringai menampilkan senyum simpulnya.

"heh.. Kamu berani main-main sama papa Pras, maka bersiaplah untuk menerima hukuman papa yang lebih keras dari sebelumnya. Papa paling tidak suka dengan pengkhianat seperti kamu, perbuatan kamu ini sudah membangkitkan sisi kejam papa Pras. Maka jangan salahkan papa jika kamu harus menerima ganjaran atas semua perbuatan pengkhianat yang kamu lakukan" ucap Askara bermonolog.

Setelah menerima pesan itu Askara pun membalas dan memberikan perintah baru untuk anak buahnya. Kemudian dia pun keluar kembali untuk bergabung dengan keluarganya di halaman belakang villa.