TERJEBAK DI HALAMAN CINTA

"Ya aku gila, aku gila karna bahagia, " ujar Putra Mahkota Rui.

"Memang nya ada apa?" tanya Jun.

"Aku.. aku, aku akan menjadi seorang Ayah, " jawab Putra Mahkota Rui.

Bruk.. Jun terjatuh dari posisi menyerder nya, dia kaget akan ucapan teman sekaligus junjungan nya itu.

"Kau tidak berbohong kan?" tanya Jun meyakinkan pendengaran nya.

"Untuk apa aku berbohong, baca lah surat ini, " ujar Putra Mahkota Rui menyerahkan surat untuk di baca oleh Jun.

Kemudian Jun membaca surat itu, terlihat Jun tersenyum sambil membacanya, karna di dalam surat Jeng menceritakan tentang tingkah istri sahabat nya itu.

"Kenapa kau malah tertawa?" tanya Putra Mahkota Rui heran pada Jun.

"Tidak, tidak apa-apa, aku ikut bahagia atas kabar ini, selamat, selamat karna akhirnya teman es ku akan menjadi seorang Ayah, " ujar Jun.

"Terimakasih Jun, " ujar Putra Mahkota Rui murung.

"Hey.. wajah apa itu?kenapa kau tampak jelek? bukankah seharusnya kau bahagia seperti tadi, " ujar Jun.

"Aku bingung Jun, " ujar Putra Mahkota Rui.

"Bingung!! apa yang kau bingungkan?" tanya Jun.

"Aku bingung, apa yang harus aku lakukan jika kelak aku bertemu dengan nya, " jawab Putra Mahkota Rui.

"Kalian hanya tinggal hidup bahagia, apa susah nya, " ujar Jun.

"Kau tak mengerti Jun, malam itu aku menghina nya, memukul nya, berlaku kasar padanya, aku takut bertemu dengan nya, " ujar Putra Mahkota Rui, mendengar itu Jun pun terdiam, jika seperti itu, dirinya pun pasti akan merasa bingung juga.

"Untuk itu kita pikirkan nanti, sekarang lebih baik beri tahukan kabar ini pada Jendral Max juga pada Sam, " ujar Jun mengalihkan pembicaraan.

"Kau benar Jun, sekarang aku akan menemui mereka, " ujar Putra Mahkota Rui.

"Jendral, Putra Mahkota ingin bertemu dengan anda, " ujar Ang.

"Biarkan dia masuk Ang, " ujar Jendral Max.

"Selamat malam Jendral, " sapa Putra Mahkota Rui.

"Selamat malam Putra Mahkota, apa ada hal yang harus saya kerjakan Putra Mahkota?" tanya Jendral Max.

"Tidak ada Jendral, aku hanya ingin berbagi kebahagiaan bersama anda, " jawab Putra Mahkota Rui.

"Kebahagiaan seperti apa yang anda maksud? anda tau sendiri kan, peperangan belum selesai, malah semuanya semakin memanas, " ujar Jendral Max.

"Ini bukan masalah peperangan, " ujar Putra Mahkota Rui.

"Lalu tentang apa?" tanya Jendral Max.

"Bacalah, anda pasti akan merasakan kebahagiaan yang sama dengan ku, " jawab Putra Mahkota Rui lalu menyodorkan surat dari Mei Len pada Jendral Max.

Jendral Max menerima surat itu, kemudian dia kebacanya secara perlahan, detik berikutnya ekpresi nya berubah, Jendral Max bangkit lalu memeluk Putra Mahkota Rui.

"Aku akan menjadi Kakek, aku telah menjadi Kakek, " ujar Jendral Max gembira.

"Ya benar Jendral, kau akan menjadi seorang Kakek, " ujar Putra Mahkota Rui.

……………………………………

Waktu berjalan dengan cepat, hingga tak terasa enam tahun telah terlewati begitu saja, di Desa Hijau begitu banyak perubahan, dulu desa itu begitu kumuh, tapi kini desa itu tampak indah, dulu desa itu tampak kekeringan, dan di juluki desa tersusah, tapi kini desa itu tampak lebih subur.

Rumah-rumah yang dulu hanya gubuk jerami, kini berubah jadi rumah batu bata merah, sebagian nya batu bata lumpur, dulu banyak orang yang kesusahan mencari pekerjaan bahkan sebagian menjadi bandit, kini semuanya mempunyai pekerjaan tetap, mereka bekerja sebagai buruh di kediaman Mei Len.

"Dan pastinya rumah Mei Len adalah rumah termegah, Rumah yang mempunyai beberapa kediaman, juga beberapa rumah untuk para pekerja.

(Kalo gitu bukan rumah dong, lebih tepat jya istana🤣)

Dan di rumah itu begitu banyak Pengawal serta pelayan, setiap hari nya mereka selalu kewalahan dengan tugas yang di berikan Mei Len.

Bukan pekerjaan yang berat yang membuat mereka kewalahan, melainkan mereka harus dengan siap menghadapi kerusuhan yang di ciptaan oleh dua malaikat kecil Mei Len.

Ya Dua malaikat, karna Mei Len melahirkan sepasang anak kembar, satu laki-laki satu perempuan.

"Nona Muda anda dimana? "teriak pelayan kecil mencari keberadaan Nona muda nya.

"Ada apa lagi Naa, " tanya Chi lan.

"Maaf Bibi, Nona Rea Nii hilang lagi, " jawab Naa pelayan kecil yang selalu menemani Putri kecil Mei Len, yang di beri nama Rea Nii.

"Astaga.. sekarang kemana lagi dia?" ujar Chi Lan terkejut.

"Saya tidak tau Bibi, bahkan dari tadi saya sudah mencari nya, " ujar Naa meresa bersalah.

"Bibi.. Bibi Chi Lan, " panggil pelayan kecil pria yang selalu menemani Putra Mei Len, yang bernama Dun.

"Ada apa Dun, mengapa kau tampak gelisah?" tanya Chi Lan.

"Tuan Muda Rai chan menghilang, " jawab Dun.

"Apa!!???" tanya Chi Lan tampak prustasi.

"Ada apa Bibi? kenapa kamu berteriak-teriak seperti ini?" tanya Mei Len.

"Eemmm.. itu nona.. itu, " jawab Chi Lan kebingungan.

"Kenapa Bibi tampak panik? Naa, Dun, ada apa sebenarnya?" tanya Mei Len.

"Maaf Nyonya, itu.. emmm.. Tuan Muda dan Nona Muda menghilang lagi, " jawab Dun takut Mei Len marah.

"Selalu saja seperti ini, sekarang mereka pergi kemana lagi?" ujar Mei Len memijit pelipisnya.

"Kami sudah mencari di sekitaran istana, tapi mereka tetap tak ketemu, " ujar Dun.

"Tenang lah jangan panik, kalian jangan takut, aku tak menyalahkan kalian, anak-anak itu, seperti nya mereka harus ku hukum, " ujar Mei Len.

"Siapa yang akan kau hukum?" tanya seseorang yang baru hadir di istana Mei Len.

"Ayah.. " ujar Mei Len terkejut dengan kehadiran sang Ayah.

Jendral Max merentang kan kedua tangan nya, tanpa di pinta Mei Len memeluk tubuh Jendral Max, Ayah yang di rindukan nya selama ini telah kembali.

"Bagaimana kabar mu dan si kembar?" tanya Jendral Max.

"Aku baik Ayah, hanya saja.. mereka selalu berulah, " ujar Mei Len.

"Mereka hanya anak-anak, " ujar Jendral.

"Tapi mereka nakal, ahh iya, Ayah datang kesini dengan siapa?" tanya Mei Len.

"Ayah datang sendiri, kan Kakak mu Dan Putra Mahkota Rui sudah pergi lebih dulu, ohh ya sekarang mereka dimana?" jawab Jendral Max langsung menanyakan anak nya juga Putra Mahkota.

"Apa maksud Ayah? mereka tak ada kesini, " ujar Mei Len.

"Itu... itu tidak mungkin, mereka pulang lebih dulu, dan mereka bilang akan langsung datang kesini, " ujar Jendral Max.

"Sejak kapan mereka berangkat Ayah?" tanya Mei Len.

"Mereka berangkat dua minggu lebih awal dari Ayah, menurut perkiraan mereka akan sampai di hari kemarin, " jawab Jendral Max.

"Ya Tuhan... kemana mereka?" gumam Mei Len khawatir.

………………………………

"Koko.. Koko, apa kita boleh menolong mereka?" tanya Rea.

"Mereka terluka, jadi kita harus menolong nya, " jawab Rai.

"Tapi bagaimana kalau mereka jahat?" tanya Rea lagi.

"Seperti nya bukan, " jawab Rai.

"Tapi..

UDAHAN DULU YA NEXT TIME KITA KETEMU LAGI DI BAB SELANJUTNYA.