NovelToon NovelToon
A Promise Between Us

A Promise Between Us

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:673
Nilai: 5
Nama Author: Faustina Maretta

Seorang wanita muda dengan ambisinya menjadi seorang manager marketing di perusahaan besar. Tasya harus bersaing dengan Revan Aditya, seorang pemuda tampan dan cerdas. Saat mereka sedang mempresentasikan strategi marketing tiba-tiba data Tasya ada yang menyabotase. Tasya menuduh Revan yang sudah merusak datanya karena mengingat mereka adalah rivalitas. Apakah Revan yang merusak semua data milik Tasya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari H

Langkah Tasya terasa berat saat memasuki rumah sakit. Suasana putih steril dan aroma obat-obatan membuat dadanya semakin sesak. Hari ini, sesuai anjuran Tante Bella, ia harus menjalani tes tambahan, biopsi sumsum tulang.

"Tenang, Sayang. Ini memang prosedur penting supaya kita tahu pasti apa yang terjadi di tubuhmu," ujar Tante Bella lembut, mencoba menenangkan sambil menggenggam tangan Tasya.

Tasya mengangguk kecil, meski wajahnya pucat. "Sakit, ya, Tante?" tanyanya pelan.

"Sedikit tidak nyaman, tapi hanya sebentar. Tante akan dampingi terus," jawab Tante Bella.

Perawat datang membawanya ke ruang tindakan. Tasya dipersilakan berbaring miring. Jarum khusus disiapkan untuk mengambil sampel sumsum tulang dari panggulnya. Jantung Tasya berdegup kencang, tangan dingin, dan matanya berusaha menahan air mata.

Rasa nyeri menyengat saat jarum menembus tulangnya, membuatnya refleks menggigit bibir. Tante Bella menepuk pelan bahunya, memberi kekuatan.

Tak lama kemudian, prosedur selesai. Sampel berhasil diambil dan dimasukkan ke dalam tabung khusus.

"Kamu hebat, Tasya. Sekarang kita tinggal tunggu hasilnya," kata Tante Bella sambil mengusap rambut Tasya.

Namun, jauh di lubuk hatinya, Bella tak bisa menyingkirkan kecemasan. Jika hasil biopsi ini mengarah pada leukemia, perjalanan Tasya baru saja dimulai.

---

Hari itu aula utama pusat perbelanjaan megah sudah dipenuhi keramaian. Panggung besar berdiri dengan layar LED raksasa yang menayangkan logo perusahaan, sementara lampu sorot berputar, membuat suasana semakin meriah. Tim marketing tengah mengadakan campaign besar-besaran, bekerja sama dengan beberapa influencer ternama yang hadir dengan penampilan memukau.

Untung saja kondisi Tasya hari ini cukup baik. Meski tubuhnya masih sering lemas, ia berusaha menampilkan senyum profesional saat berdiri di antara rekan-rekan kerjanya. Ia tahu acara ini penting bagi perusahaan, dan ia tak mau terlihat rapuh di depan banyak orang.

Di tengah hingar-bingar musik dan suara MC yang lantang, ada sepasang mata yang tak henti menatapnya, Revan. Sejak tadi ia berdiri tidak jauh, berpura-pura sibuk dengan tablet di tangannya, padahal fokusnya hanya pada Tasya.

Tasya bisa merasakan tatapan itu menusuk punggungnya. Setiap kali ia menoleh, mata mereka hampir bertemu, dan dengan cepat Tasya mengalihkan pandangannya. Ia memilih sibuk berinteraksi dengan influencer yang hadir atau pura-pura memeriksa rundown acara, seakan-akan Revan tidak ada di sana.

Namun akhirnya, Revan memberanikan diri melangkah mendekat. "Anastasya," panggilnya pelan.

Tasya menoleh cepat, sedikit terkejut. "Kamu … ngapain di sini? Bukannya kamu harus mantau jalannya acara?"

"Aku bisa bagi fokus. Aku cuma … mau pastiin kamu nggak kenapa-kenapa," jawab Revan sambil menatapnya serius.

Tasya menarik napas panjang, lalu menunduk. "Aku baik-baik aja, Revan. Kamu nggak perlu khawatir."

"Tapi wajah kamu pucat dari tadi. Kamu jangan maksa kalau capek," ucap Revan lagi, suaranya penuh khawatir.

Tasya tersenyum tipis, lebih seperti menahan diri. "Aku tahu batasanku. Jadi, tolong … jangan perlakukan aku seolah aku sedang sekarat."

Revan terdiam sejenak, tatapannya dalam. "Aku nggak pernah anggap kamu seperti itu, Sya. Aku cuma peduli."

Namun Tasya sudah melangkah menjauh sebelum ia bisa menambahkan kata lain. "Pedulimu nggak aku butuhin sekarang," gumamnya lirih, hampir tak terdengar di tengah riuh acara.

Acara akhirnya berjalan sukses. Sorak sorai penonton, lampu panggung yang gemerlap, dan wajah puas para influencer menandai berakhirnya campaign besar hari itu. Seluruh tim marketing, meski kelelahan, menghela napas lega.

Tasya juga begitu. Senyumnya tampak di depan banyak orang, tapi begitu semua selesai dan sorot kamera padam, tubuhnya langsung terasa berat. Ia hanya ingin pulang, merebahkan diri, dan melupakan tatapan intens Revan yang terus membayanginya sepanjang hari.

"Kerja bagus, Tasya," Aldo dan beberapa rekan setim menepuk bahunya.

Tasya membalas senyum kecil. "Kalian juga. Kita berhasil."

Revan sempat ingin menghampiri lagi, tapi Tasya cepat-cepat berpamitan. "Aku pulang dulu, ya?" Ia tidak memberi kesempatan untuk protes, langsung melangkah menuju parkiran.

Sesampainya di rumah, Tasya merebahkan tasnya di kursi dan berjalan ke kamarnya. Tubuhnya remuk, pikirannya pun lelah. Setelah berganti pakaian, ia masuk ke kamar tidur, lalu duduk di tepi ranjang.

Tangannya meraih segelas air di nakas, meneguk perlahan. Ia menarik napas panjang, berusaha mengusir semua rasa sesak yang menempel sejak tadi siang.

Saat hampir memejamkan mata, entah kenapa langkahnya membawanya ke arah jendela. Tirai tipis disibakkannya pelan.

Dan di sanalah ia melihatnya. Sebuah mobil hitam yang sangat familiar terparkir di depan rumahnya. Mesin tidak menyala, tapi bayangan seseorang duduk di balik kemudi jelas terlihat.

Revan.

Tasya terpaku, jantungnya berdetak lebih cepat. "Apa yang dia lakukan?" bisiknya sendiri, setengah kesal, setengah … bingung.

Ada kehangatan aneh yang menyelinap, meski pikirannya menolak. Bagian dari dirinya ingin turun dan menegur Revan, tapi sisi lainnya justru memilih menutup tirai, berpura-pura tidak melihat.

Namun bayangan mobil itu terus menari-nari di kepalanya, membuat tidur malamnya terasa semakin sulit.

---

Keesokan harinya, ponsel Tasya bergetar. Nama Tante Bella muncul di layar. Dengan hati yang langsung terasa berat, ia menjawab panggilan itu.

"Tasya, hasil biopsimu sudah keluar. Bisa datang ke rumah sakit sekarang?" suara Bella terdengar pelan tapi serius.

"Oke, Tante. Tasya ke sana sekarang sebelum ke kantor."

Perjalanan menuju rumah sakit terasa jauh lebih panjang dari biasanya. Setiap langkah Tasya seolah menyeret beban yang tak terlihat. Begitu tiba, ia disambut Tante Bella dengan senyum tipis, senyum yang justru membuat dadanya semakin sesak.

"Duduklah, Sayang," ujar Bella sambil menarik kursi di depannya.

Tasya duduk, tangannya bergetar. "Tante … hasilnya gimana?" suaranya lirih.

Bella menarik napas panjang, lalu menatap mata keponakannya dengan berat. "Tasya … hasil biopsi menunjukkan bahwa kamu mengidap leukemia."

Seolah dunia berhenti berputar. Kata-kata itu menggema keras di telinga Tasya. Pandangannya kabur, dadanya seperti diremas. "Leukemia… sama seperti Mama?" ulangnya pelan, sebelum akhirnya air mata tak lagi bisa ditahan.

"Tante tahu ini berat, tapi dengan pengobatan yang tepat—"

"Aku sakit parah, Tante… aku sekarat?" Tasya memotong, suaranya pecah. Ia menunduk, wajahnya basah oleh air mata. "Kenapa harus aku?" isaknya.

Bella segera meraih tangan Tasya, mengelus lembut punggungnya. "Sayang, kamu nggak sendiri. Tante akan selalu di sampingmu. Kita bisa lewati ini sama-sama. Tante nggak akan nyerah, jadi please ... kami jangan nyerah, kamu harus lawan penyakit ini."

Tasya menangis sejadi-jadinya, tubuhnya bergetar. Tangisan itu pecah, memenuhi ruangan yang seharusnya sunyi.

Yang tak ia tahu, pintu ruangan tidak tertutup rapat. Dari luar, Revan yang semula hanya berniat menunggu sang Ibu, mendengar jelas setiap kata yang terucap.

Saat nama penyakit itu disebut, darah Revan seolah berhenti mengalir. Tangannya mengepal, matanya berkaca-kaca. Melihat sekilas bayangan Tasya yang hancur di balik celah pintu, hatinya ikut runtuh.

Revan menunduk, menahan napas berat, berusaha menahan tangis. Tapi matanya tak bisa berbohong, air itu jatuh juga, sama seperti Tasya di dalam ruangan.

TO BE CONTINUED

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!