Setelah ditolak oleh gadis pujaan kampus, Rizky Pratama tiba-tiba membangkitkan sebuah sistem ajaib: setiap kali ia mendapat satu pengikut di siaran langsung, ia langsung memperoleh sepuluh juta rupiah.
Awalnya, semua orang mengira Rizky hanya bercanda.
Namun seiring waktu, ia melesat di dunia live streaming—dan tanpa ada yang menyadari, ia sudah menjelma menjadi miliarder muda Indonesia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apa aja 39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Vila Ini Diberikan Padaku
Dalam waktu singkat, sekretaris Haikal Prasetyo sudah menyiapkan kontrak jual beli vila.
Setelah kedua belah pihak menandatangani, transaksi resmi selesai. Yang tersisa hanyalah mengurus proses balik nama di kantor pertanahan.
Haikal menerima transfer sebesar Rp42 miliar ke rekeningnya, wajahnya tampak sumringah.
Ia menoleh sambil tersenyum lebar pada Rizky.
“ka Rizky, ada hal kecil yang ingin saya sampaikan. Tempat tidur di lantai atas dibuat khusus, dengan desain istimewa dan fungsi tambahan. Kalau sempat, cobalah nanti.”
Rizky mengangguk datar. “Baik. Kalau begitu saya tidak akan menahanmu lebih lama.”
Haikal pamit dengan wajah puas. Kini, di dalam vila besar itu, hanya ada Rizky dan melisa.
Melisa memandang sekeliling dengan mata berbinar, hampir berair karena terharu.
“Ka Rizky… jangan khawatir. Mulai sekarang, aku akan mendengarkanmu dalam segala hal.”
Ia mengepalkan tangannya, penuh tekad.
“Bukankah kamu pernah bilang, aku harus jadi streamer besar dengan jutaan penggemar? Tenang saja, aku akan berusaha keras. Aku ingin buktikan kalau aku layak mendampingimu.”
Rizky menatapnya dengan senyum tipis. “Bagus kalau kamu berpikir begitu.”
Melisa lalu menatapnya sambil menggoda. “Mas… barusan Pak Haikal bilang tempat tidurnya istimewa. Apa kamu mau coba?”
Ia mendekat, duduk di samping Rizky, suaranya dibuat manja.
Rizky mengangkat bahu santai. “Kalau kamu mau coba, ya silakan saja.”
Melisa terdiam. Apa dia benar-benar tidak paham maksudku? Atau pura-pura tidak paham?
Padahal, dia bukan tipe perempuan yang gampang jatuh hati. Banyak lelaki yang pernah mendekatinya, bahkan ada yang mengejarnya bertahun-tahun, tetap ia abaikan. Tapi entah kenapa, di hadapan Rizky ia benar-benar tidak berdaya.
Saat Rizky duduk santai di sofa, kaki disilangkan, wajah tampan dengan aura percaya diri yang memancar, nelisa merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Apalagi tadi, saat Rizky mengeluarkan kartu bank hitam dan langsung membeli vila Rp42 miliar tanpa tawar-menawar, pesonanya kian tak terbantahkan.
Dia terlalu luar biasa… batin melisa, semakin tak bisa menahan diri.
Namun sebelum ia sempat bertindak lebih jauh, ponsel Rizky tiba-tiba berdering.
Ia meraih iPhone barunya dan melihat layar. Ternyata ayahnya, Pak Surya, yang menelepon.
Rizky cepat-cepat memberi isyarat pada Melisa agar diam.
“Halo, Yah?”
Suara marah langsung terdengar dari seberang.
“Rizky, kamu di mana sekarang?”
Rizky tertegun. Setelah ragu sejenak, ia menjawab, “Aku di rumah, Yah.”
“Jangan bohong sama Ayah!” suara Pak Surya meninggi.
“Tadi Pamanmu, Andi, datang ke rumah. Dia bilang kamu menghamburkan ratusan juta buat beli ponsel, bahkan katanya kamu sampai menggadaikan sertifikat rumah untuk dapat uang. Kamu pikir Ayah nggak kaget?”
Pak Surya sempat ketakutan setengah mati. Untung setelah dicek, sertifikat rumah keluarga masih aman. Tapi tetap saja, pertanyaannya: dari mana anaknya yang baru lulus SMA bisa punya uang sebanyak itu?
“Ayah tanya sekali lagi. Kamu di mana sekarang? Ibumu ada di rumah, katanya kamu nggak pulang.”
Rizky mengusap pelipisnya. Ia tidak menyangka gosip dari sepupunya bisa sampai sejauh ini.
Akhirnya, ia menghela napas. “Sejujurnya, Yah… aku lagi di Permata Indah Residence, vila nomor 11.”
“Hah?!” Pak Surya terperanjat.
Kebetulan sekali, rumah kontrakannya hanya bersebelahan kompleks dengan kawasan elit itu. Sulit baginya percaya anaknya benar-benar ada di sana.
“Jangan bercanda sama Ayah. Ayah lagi ada di sekitar Permata Indah juga. Kalau berani, bilang jelas kamu di vila nomor berapa.”
“Nomor 11, Yah. Kalau mau, datang saja.”
“Baik, tunggu di situ!”
Telepon pun ditutup.
Di sisi lain, Pak Surya buru-buru berdiri. Di sampingnya, Andi langsung nyeletuk.
“Mana mungkin, Om. Anak kayak Rizky bisa masuk kompleks sekelas Permata Indah? Bahkan aku yang punya usaha aja belum tentu bisa beli vila di sana.”
Pak Surya terdiam sebentar, tapi ia mengenal anaknya. “Dia tidak akan berani bohong soal ini. Ayo kita cek langsung.”
Keduanya pun bergegas.
---
Sesampainya di gerbang kompleks, mereka sempat dihentikan satpam.
Namun setelah Rizky memberi izin lewat telepon, satpam langsung memberi hormat.
“Silakan, Tuan. Vila 11 ada di sebelah kanan.”
Pak Surya dan Andi melongo. Mereka tak menyangka benar-benar bisa masuk.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di depan Vila No. 11. Rizky sudah berdiri menunggu di pintu, dengan melisa berdiri anggun di sampingnya.
Andi melotot, matanya tak lepas dari sosok melisa. Gadis itu jauh lebih cantik daripada perempuan mana pun yang pernah ia kenal.
Namun Pak Surya tak peduli soal itu. Ia langsung maju, wajah cemas.
“Rizky! Jelaskan ke Ayah, kenapa kamu bisa ada di sini?”
Rizky menatap ayahnya tenang. “Yah, ini rumah yang aku beli. Jadi wajar kalau aku ada di sini.”
Pak Surya terkejut. “Kamu… kamu bilang kamu beli vila ini?”
Rizky mengangguk.
Andi terkekeh sinis. “Om, jangan gampang percaya. Vila termurah di sini aja harganya Rp40 miliar lebih. Mana mungkin sepupu saya ini mampu beli?”
Rizky hanya menghela napas. “Paman Andi, awalnya aku ingin hidup biasa saja tanpa menunjukkan siapa diriku sebenarnya. Tapi karena kalian selalu meremehkan, baiklah. Aku akan tunjukkan kartu as-ku. Aku ini seorang miliarder.”
Pak Surya dan Andi sama-sama melongo.
Beberapa detik kemudian, Andi malah tertawa terbahak. “Hahaha! Miliarder? Dari mana rupamu kayak gitu? Uang Rp10 juta aja kamu belum tentu punya di kantong!”
Rizky malas menanggapi. Ia hanya menyerahkan kunci vila pada ayahnya.
“Yah, ini kuncinya. Mulai sekarang, Ayah dan Ibu boleh tinggal di sini bersamaku.”
Pak Surya menatap kunci itu dengan ragu. Namun begitu ia coba, pintu vila benar-benar terbuka.
Andi yang tadinya tertawa langsung terdiam. Matanya membelalak tak percaya.
“Ini… mana mungkin?!”
Pak Surya melangkah masuk perlahan, wajahnya masih penuh kebingungan. “Rizky… kamu benar-benar membeli vila ini? Tapi darimana uang sebanyak itu?”
Rizky tersenyum tipis. “Sudah kubilang, Yah. Aku seorang miliarder.”
Andi mendengus. “Om, jangan percaya. Ini pasti hasil dari sesuatu yang ilegal. Mana ada anak muda bisa punya uang segitu banyak dengan cara wajar?”
Pak Surya memegang bahu putranya, wajah khawatir. “Nak, jujurlah sama Ayah. Kamu nggak melakukan sesuatu yang melanggar hukum, kan?”
Rizky menatap ayahnya lekat-lekat, lalu menarik napas panjang.
“Tenang saja, Yah. Aku tidak melakukan hal ilegal. Vila ini… diberikan padaku.”
---