NovelToon NovelToon
Antara Kau, Dia Dan Kenangan

Antara Kau, Dia Dan Kenangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Bad Boy / Trauma masa lalu / Barat / Mantan
Popularitas:618
Nilai: 5
Nama Author: Yellow Sunshine

Ketika cinta pertama kembali di waktu yang salah, ia datang membawa hangatnya kenangan sekaligus luka yang belum sembuh.
Nora tak pernah menyangka masa lalu yang sudah ia kubur dalam-dalam muncul lagi, tepat saat ia telah memulai kisah baru bersama Nick, pria yang begitu tulus mencintainya. Namun segalanya berubah ketika Christian—cinta pertamanya—kembali hadir sebagai kakak dari pria yang kini memiliki hatinya.
Terjebak di antara masa lalu dan cintanya kini, sanggupkah Nora memilih tanpa melukai keduanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yellow Sunshine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kencan Pertama yang Manis

Pagi ini aku terbangun dengan perasaan paling ringan yang pernah kurasakan. Rasanya seperti ada seikat balon helium yanh terikat di dadaku, membuat langkahku melayang, dan sebuah senyuman tak bisa hilang dari wajahku. Begitu membuka mata pagi ini, kenangan semalam bersama Nick langsung menyeruak—tatapan matanya yang hangat, suaranya yang menggetarkan hati saat ia bilang mencintaiku, dan ciuman pertama kami yang terasa begitu hangat dan lembut, seperti cahaya matahari yang menyentuh kulit di musim semi.

Aku mengangkat ponsel, membuka layar—ternyata ada satu pesan dari Nick.

'Pagi, Nora! Sebenarnya hari ini aku ingin mengajakmu pergi untuk kencan pertama kita. Tapi, sayangnya aku harus pergi bekerja di bar hingga sore. Maaf.'

Sebenarnya aku juga berharap hari ini akan pergi bersama Nick, lagi. Hatiku rasanya sudah dipenuhi oleh kehadirannya. Padahal baru semalam kami bertemu, tapi rasanya aku sudah merindukannya saja. Namun, aku tidak ingin menjadi kekasih yang egois. Jadi, aku akan membiarkannya pergi bekerja hari ini.

Hari ini kebetulan hari libur kuliah. Sejak beberapa menit yang lalu, Sarah sudah ada di kamar kami, membantu Nina menata rambut keritingnya untuk pergi berkencan. Ya, beberapa hari yang lalu Nina sudah menerima pengakuan dari James, tentang perasaannya. Dan, mereka memutuskan untuk berpacaran.

"Girls, sebenarnya... aku dan Nick sudah berpacaran... sejak semalam.", kataku tiba-tiba. Membuat Nina dan Sarah langsung menoleh ke arahku dengan ekspresi terkejut. Butuh waktu beberapa detik bagi mereka untuk lepas dari keterkejutannya.

"Noraaaa! Aaaaaaaah!", pekik Nina dan Sarah bersamaan. Mereka langsung melompat ke arahku, lalu memelukku.

"Baiklah, sekarang kamu harus menceritakan semuanya, Nora! Bagaimana? Dimana?", tanya Nina.

"Berapa detik ciumannya?", sahut Sarah, sambil tersenyum, menggodaku.

"Cepat, ceritakan, Nora! Aku sudah tidak sabar mendengarnya.", kata Nina, lagi. Mengguncang-guncang lenganku seperti anak kecil yang tengah merengek minta dibelikan mainan.

Aku tertawa sambil menceritakan semuanya kepada mereka. Dimulai dari saat Nick menungguku di depan asrama, lalu kami pergi ke sebuah danau yang sangat indah, piknik malam di tepinya ditemani lampu-lampu yang menggantung dengan cahaya remang-remang, pengakuan Nick yang manis, hingga ciuman pertama kami yang begitu hangat di bawah langit malam.

"Astaga, Nora! Itu manis sekali. Seperti di film.", komentar Sarah, sambil memegang kedua pipinya dan tersenyum.

"Lalu, setelah berciuman kaliaaaaaan...", sahut Nina, menggantungkan akhir kalimatnya.

"Nina!", potongku, sambil melempar bantal kecil ke arahnya. "Bukan seperti itu!"

"Ya. Mungkin semalam belum. Tapi, suatu hari nanti kalian pasti...", katanya setengah berbisik.

"Nina!", seruku, lagi.

Kami semua tertawa keras. Aku merasa penuh. Penuh oleh cinta, kebahagiaan dan rasa bahwa untuk sekali ini, semesta memihakku.

Setelah Sarah selesei membantu Nina menata rambutnya, dan Nina berangkat untuk kencannya, aku yang sedang berada di kamar asrama sendirian pun tiba-tiba teringat Jenny. Aku belum memberitahu Jenny tentang hubunganku dan Nick. Aku yakin, dia pasti senang mendengarnya.

"Hai, Nora!", serunya antusias, seperti biasa.

"Hai, Jenny!", balasku, gagal menyembunyikan perasaan senangku yang meledak-ledak.

"Hei! Ada apa, Nora? Kamu terdengar... sangat bahagia. Jangan-jangan kamu dan Nick...?", kata Jennya langsung bisa menebaknya.

"Ya. Kami berpacaran, sejak semalam, Jenn.", kataku, tak punya pilihan lain, selain membenarkan tebakan Jenny.

"Waaaaaaaaaah! Noraaaaaa! Akhirnya...", teriak Jenny kegirangan.

"Ya, Jenn. Akhirnya, aku benar-benar bisa meninggalkan kenangan masa lalu itu, dan membuka lembaran baru.

"Apa sekarang kamu merasa bahagia, Nora?", tanya Jenny.

Aku terdiam sejenak, lalu dengan jujur aku menjawab. "Ya. Sangat."

"Aku ikut bahagia mendengarnya, Nora.", kata Jenny, membuat kedua mataku berkaca-kaca. Bahkan air mata mulai meluncur dari pelupuk mata. Aku menangis, bukan karena sedih, melainkan bahagia dan bersyukur.

Aku dan Jenny mengobrol hampir satu jam lamanya—tentang Nick, kampus, kehidupanku yang sekarang, kehidupan Jenny di sana, juga kekasih badboynya yang bernama Stefan—bahkan aku tidak menyangka Jenny masih bersamanya, mungkin penilaianku tentang Stefan salah—kupikir dia hanya mempermainkan Jenny dan tidak serius dengannya, namun nyatanya Jenny masih bersamanya, yang artinya Stefan berhasil membuat Jenny merasa nyaman—sebab, sepanjang aku mengenal Jenny, ia tidak pernah bisa bersama pria dalam waktu yang lama—bukan karena Jenny mudah bosan dan seorang playgirl, hanya saja kepribadian Jenny terlalu menarik—jadi, ini adalah rekor waktu paling lama dalam hubungannya.

Setelah puas mengobrol dengan Jenny lewat panggilan telepon, Sarah menghampiriku untuk mengajakku mengunjungi kafe baru di sudut kota. Dan, karena aku juga tidak memiliki kegiatan lain selain rebahan, jadi aku mengiyakan.

Seharian ini aku menghabiskan waktu bersama Sarah. Kami mencoba minuman lavender latte yang ternyata aneh tapi menarik, di kafe baru itu. Kami juga pergi ke taman kampus untuk berfoto—tertawa melihat ekspresi lucu masing-masing. Hingga akhirnya sebuah pesan masuk membuat ponselku bergetar. Ternyata itu Nick.

'Aku akan menjemputmu pukul 7. Bersiap-siaplah untuk kencan pertama kita.'

Aku membaca pesan dari Nick dengan hati yang berdebar-debar.

Kemudian, saat waktu sudah menunjukkan tepat pukul tujuh, aku sudah siap—menunggu pesan atau panggilan dari Nick di dalam kamar asrama. Tidak lama kemudian, Nick menghubungiku dan memberitahuku bahwa ia sudah tiba di halaman depan asrama. Jadi, aku menghampirinya.

Nick, berdiri di samping mobilnya—mengenakan sweater berwarna hitam dan celana jeans, yang tampak sempurna di tubuhnya. Ia menyambut kedatanganku dengan senyuman yang begitu hangat, indah...memabukkan.

"Hai, Nora!", sapanya.

"Hai!", balasku, tersenyum malu-malu.

"Kamu selalu terlihat cantik. Tapi, malam ini kamu terlihat...sempurna.", kata Nick, menatapku dengan mata yang tampak berbinar.

Aku hanya bisa tertawa canggung, sambil menatap dashboard.

"Aku baru tahu kalau kamu pandai merayu.", candaku, mencoba menghilangkan rasa gugup di hatiku.

"Aku sedang tidak merayu, Nora.", katanya, tertawa kecil.

"Hmm. Baiklah. Jadi, kita akan pergi kemana untuk kencan pertama kita?", tanyaku.

"Kamu akan tahu nanti. Ayo!", ajak Nick, ia membukakan pintu mobil untukku, lalu berjalan ke sisi lainnya untuk masuk dan duduk di balik kemudi.

Mobil sedan milik Nick melaju dengan kecepatan sedang, melintasi jalanan kota yang tampak cukup ramai. Tidak heran, hari ini memang hari libur. Pasti banyak pasangan yang sedang pergi berkencan, seperti yang kami lakukan.

Sekitar dua puluh menit kemudian, kami tiba di sebuah bioskop kecil di pusat kota—tampak seperti sebuah teater tua, tapi nyaman dan hangat.

"Jadi, kita akan menonton film?", kataku.

"Ya. Kamu tidak menyukainya?", tanya Nick, tampak sedikit khawatir.

"Tentu saja aku suka...selama denganmu.", kataku, yang mungkin terdengar seperti sebuah rayuan. Dan, Nick pun tersenyum lebar mendengarnya.

Aku dan Nick duduk di barisan tengah—sekotak popcorn di salah satu tanganku, dan tangan Nick menggenggam lembut tangan lainnya yang bebas. Kami menonton sebuah film bergenre drama romantis berjudul It Ends With Us. Awalnya aku sama sekali tidak tahu tentang film itu—kami hanya kebetulan memilihnya karena jam tayang yang sesuai. Namun begitu aku mencoba untuk mencarinya sekilas di internet, ternyata film tersebut diadaptasi dari novel best seller karya Colleen Hoover. Ya, itu adalah penulis yang sama dari novel berjudul 'Ugly Love' yang pernah kubaca. Jadi, aku merasa bersemangat sekali menontonnya.

Saat film baru saja di mulai beberapa menit, tiba-tiba perhatianku teralihkan oleh sepasang kekasih yang duduk tepat di depan kami, yang mulai... ehm, terlalu menikmati momen, sepertinya. Mereka berciuman, bukan yang manis dan cepat. Melainkan penuh dengan suara dan... gerakan. Aku sontak menoleh ke arah Nick yang ternyata juga menoleh ke arahku. Sepertinya, ia juga menyaksikan pemandangan yang tidak biasa di depan kami. Kami saling menatap, lalu meledak tertawa pelan.

"Haruskan kita pindah?", bisiknya.

Aku menggelengkan kepala. "Kurasa tidak perlu. Biarkan saja! Aku hanya perlu fokus menonton film, dan mengabaikan mereka.", bisikku.

Nick tertawa lagi. Lalu, dengan lembut ia menarik tanganku yang digenggamnya, menciumnya sambil tersenyum menatapku. "Baiklah.", katanya.

Sepanjang film, Nick terus menggenggam tanganku, dan sesekali aku mencengkeram jemarinya makin erat. Kami menonton film sambil sesekali berkomentar pelan. Terkadang aku mendengar detak jantungku sendiri, entah karena cerita filmnya yang sangat menyentuh, atau karena sikap Nick yang begitu manis dan lembut.

Sepulang dari bioskop, kami tak banyak bicara. Namun, kesunyian yang tercipta di antara kami terasa hangat. Nick memarkirkan mobilnya di halaman depan asrama, lalu turun dari mobil dan mengantarku hingga tepat di depan beranda asrama yang tampak mulai sepi.

"Terimakasih untuk malam ini, Nick"

"Terimakasih juga karena sudah memberi kesempatan untuk hatiku, Nora.", balas Nick.

Kami berdiri di depan pintu masuk. Lampu-lampu di sekitar kami, menciptakan siluet lembut di wajah Nick. Nick memandangku, lalu menciumku—lembut, manis... dan lebih lama dari ciuman pertama kami.

Namun, suara langkah kaki dan tawa kecil sontak mengejutkan kami.

"Ehem... maaf. Kami tidak bermaksud mengganggu. Silahkan lanjutkan!", ucap seorang perempuan yang berjalan pelan, melewati kami.

"Nina! Sarah!", pekikku. Menatap mereka dengan pipi memerah. Nina dan Sarah baru saja kembali dari minimarket...sepertinya. Masing-masing membawa kantong belanja di tangannya—menatap kami sambil berusaha menahan senyuman yang jelas tak bisa ditahan. Lalu, masuk ke dalam asrama.

"Maaf. Mereka pasti akan menggodamu habis-habisan setelan ini.", kata Nick, sambil tersenyum.

Aku tertawa kecil dengan semburat merah memenuhi kedua pipiku. "Hmm, ya. Aku harus bersiap-siap."

"Aku sebaiknya pergi, sebelum mereka semakin menggodamu. Selamat malam, Nora!", ucap Nick, mengecup keningku singkat lalu beranjak pergi.

Begitu sosok Nick sudah menghilang bersama mobilnya, aku masuk ke dalam asrama. Dan, tepat seperti dugaanku. Di dalam kamar asrama, Nina dan Sarah menungguku—menantikanku bercerita tentang kencan pertama kami. Aku pun tidak punya pilihan lain, selain menceritakan semuanya.

Nina menatapku sambil tersenyum lembut. "Aku senang kamu bahagia, Nora. Kamu terlihat...utuh."

"Ya. Kalian berdua terlihat sangat...sempurna.", sahut Sarah.

Aku terdiam sejenak. Lalu mengangguk dan tersenyum.

Beberapa saat kemudian, saat Sarah sudah kembali ke kamarnya, dan Nina tampaknya sudah terlelap dalam tidurnya, aku pun berbaring di atas tempat tidur—menatap langit-langit kamar. Aku menyadari sesuatu, bahwa cinta bukan hanya tentang momen dramatis atau pelukan di bawah hujan. Tapi, juga tentang duduk bersebelahan di kursi bioskop, menertawakan hal yang sama, berbagi popcorn, dan merasa bahwa dunia ini...tidak lagi terasa asing.

Sebab, ada seseorang yang menggenggam tanganmu dan tak ingin melepaskannya.

1
Yellow Sunshine
Halo, Readers? Siapa disini yang kesel sama Alice? Angkat tangan 🙋‍♂️🙋‍♀️. Author juga kesel nih sama Alice. Kira-kira rencana Alice untuk menggoda dan mengejar Nick akan berlanjut atau berhenti sampai sini ya? Coba tebak 😄
Arass
Lanjutt thorr🤩
Yellow Sunshine: Siap. Semangat 💪🫶
total 1 replies
Yellow Sunshine
Hai, Readers? Siapa nih yang nggak sabar liat Nora sama Nick jadian? Kira-kira mereka jadian di bab berapa ya?
Aimé Lihuen Moreno
Wih, seruu banget nih ceritanya! Jangan lupa update ya thor!
Yellow Sunshine: Thanks, Reader. Author jadi makin semangat nih buat update 😍
total 1 replies
Melanie
Yowes, gak usah ragu untuk baca cerita ini guys, janji deh mantap. 😍
Yellow Sunshine: Thanks, Reader. It means a lot 😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!