Alseana, penulis muda berbakat yang masih duduk di bangku SMA, tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah hanya karena sebuah novel yang ia tulis. Cerita yang awalnya hanya fiksi tentang antagonis penuh obsesi, tiba-tiba menjelma nyata ketika Alseana terjebak ke dalam dunia ciptaannya dan menjadi salah satu tokoh yang berhubungan dengan tokoh antagonis. Saat Alseana masuk kedalam dunia ciptaannya sendiri dia menjadi Auryn Athaya Queensha. Lebih mengejutkan lagi, salah satu tokoh antagonis yang ia tulis menyadari rahasia besar: bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi dengan akhir tragis. Demi melawan takdir kematian yang sudah ditentukan, tokoh itu mulai mengejar Alseana, bukan hanya sebagai karakter, tapi sebagai penulis yang mampu mengubah nasibnya. Kini, cinta, kebencian, dan obsesi bercampur menjadi satu, membuat Alseana tak tahu apakah ia sedang menulis cerita atau justru sedang hidup di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga lain?
"Jangan menangis, gue gak akan apa-apain lo." Ucap Naren dengan mengelus pelan pipi Auryn sambil menyetir mobil yang ia bawa.
Auryn langsung menjauh dari tangan Naren, ia sangat ketakutan. Karena adegan selanjutnya inilah yang membuatnya sangat takut pada Naren.
Karena pada bagian bab ini, Naren mengunboxing Gisella setelah memenangkan balap liar ini. Dia tak tahu apakah Naren nanti akan membuatnya seperti Gisella atau malah diserahkan pada anggota inti lainnya dan digunakan oleh ramai-ramai.
Dia sangat ketakutan, bahkan ia menyembunyikan tangannya yang gemetar dibalik kakinya.
"Naren, apakah kita nanti ke markas? Apakah kita akan menginap?" Tanya Gisella dengan lembut.
Auryn hampir melupakan jika gadis itu juga berada di kursi belakang mobil tersebut, adegan ini sedikit berubah namun berjalan sesuai naskah. Jadi bagaimana nasibnya nanti? apakah ia akan digilir?
Ia mengutuk Fredo dalam hatinya, kenapa cowo itu tega sekali padanya padahal dia sudah ingin membantunya keluar dari nasib buruknya.
Dia masih menangis dalam diam, andai saja dia sekuat wanita-wanita di novel yang bertransmigrasi ke novel yang masih memiliki ilmu bela diri atau paling tidak sebuah sistem yang bisa membimbingnya di dunia ini.
Tapi dia hanya penulis biasa dan manusia yang umum seperti yang lainnya yang tidak terlalu pintar namun tidak bodoh juga.
Tapi ia berharap malam ini dia masih memiliki keberuntungan untuk bebas dari jeratan Naren.
Dia tak mungkin loncat dari mobil dengan kecepatan 120 kilometer per jam ini kan? Bisa masuk rumah sakit dan koma dia jika seperti itu.
Cittttttt!!!
Suara decitan ban mobil terdengar sangat nyaring akibat sang pengemudi mengerem mendadak kendaraannya.
Auryn bahkan sampai terbentur dashboard mobil dengan keras.
Auryn langsung melihat ke Naren yang sedang mengeraskan rahangnya kemudian dia melihat kearah depan.
Disana Auryn melihat mobil hitam yang sedikit familiar hingga seorang pria paruh baya keluar dari mobilnya dengan tegas dan wajahnya begitu suram.
Dia terkejut namun dia sedikit bahagia, tanpa menunggu lama dia membuka pintu mobil tersebut dan berlari ke arahnya.
"Om, bantu Auryn pergi dari sini om!!" Ucap Auryn dengan memohon bantuan tuan Maximilian tersebut sambil memegang lengan pria paruh baya tersebut dengan erat.
Tuan Cassian yang melihat Auryn dengan mata sembab dan wajah ketakutan semakin membuatnya murka. Dia melepaskan pegangan tangan Auryn dengan pelan dan menatap Naren yang keluar dari mobilnya.
Dengan langkah tegas ia langsung membogem wajah tampan Naren tanpa bisa cowo itu hindari.
"Berani-beraninya kau membuat putriku menangis!!"
Buugghh!
"Sialan! Bahkan aku saja tak berani membuatnya terluka tapi cecunguk bajingan sepertimu membuatnya ketakutan dan menangis!
Sialan!!!"
Tuan Cassian memukuli Naren dengan brutal bakal Auryn yang melihat itu sangat terkejut hingga menutup mulutnya tak percaya.
Dia ingin menghentikannya, namun ia memilih diam saja.
Biarkan tuan Maximilian tersebut memberikan tokoh utama pria itu pelajaran. Dia sudah tak peduli lagi dengan tokoh itu.
Rasa sakit hatinya pada Fredo membuat dia hilang respect pada siapapun, dia memilih untuk tak ikut campur bahkan ia akan pindah sekolah saja.
Dia akan membujuk sahabatnya untuk ikut bersamanya agar Erzabell bisa jauh dari nasib buruknya.
Setidaknya sahabatnya tidak terluka karena merekalah yang mau membantunya disini bukan orang lain.
Naren terlihat sudah terkapar dengan lemas, wajahnya babak belur hingga tuan Auryn menghentikan pukulannya lalu berbalik menatap Auryn dengan raut wajah yang berubah seratus delapan puluh derajat dari dingin dan kejam menjadi lembut dan lembut.
"Ayo kita pulang." Ajaknya dengan nada yang selembut mungkin.
Auryn langsung mengangguk dan mengikuti tuan Cassian yang membukakan pintu untuknya dan dirinya masuk ke dalam mobil mewah tersebut.
......................
"Turunkan gue!" Ucap Fredo pada petugas ambulan tersebut.
"Tapi anda membutuhkan perawatan segera tuan."
"Gue bilang turunkan gue!!"
"Lo kenapa Fre? Tenanglah, bentar lagi kita sampai di rumah sakit." Ucap Dax pada Fredo yang sejak masuk cowo itu terlihat tak tenang.
"Gue mau cari Auryn, turunkan gue!!" Ucap Fredo dengan dingin.
"Kenapa lo mau cari cewe itu? dia udah sama Naren, pasti dia juga sudah bersama cowo itu di hotel atau di markasnya buat digilir, lo tahu kan nasib seorang cewe taruhan gimana?gue udah tanya di awal buat lo yakinin tapi lo kayaknya yakin banget buat cewe itu jadi taruhan, seharusnya lo sewa jalang aja buat taruhan lo." Ucap Dax dengan jengah pada Fredo.
"Jaga mulut lo! Auryn gak akan diapa-apain sama mereka, maka dari itu turunin gue!" Ucap Fredo dengan tegas namun tak ada yang peduli malah diam-diam perawat pria yang berada di mobil tersebut menyuntikkan obat bius kepada Fredo hingga pria itu tak adarkan diri.
Namun setelah sampai di rumah sakit Dax tak menunggu Fredo selesai dirawat, namun ia pergi dari sana. Dia ingin mencari gadis yang dibawa oleh Fredo tadi, karena entah kenapa dia merasa gadis tadi mirip dengan sahabatnya namun sahabatnya hanya memiliki adik laki-laki tapi entah kenapa ia ingin sekali menolong gadis itu bahkan kalau dia tidak peduli pun ia tak mengalami kerugian apapun.
Tapi dia harus menolong gadis itu bagaimanapun caranya, karena ia tak ingin gadis yang sepertinya tak tahu apapun harus terjebak dengan kotornya dunia malam anak muda ini.
Fredo memang bodoh, tapi ia juga penasaran kenapa cowo itu seakan peduli pada gadis itu tapi malah membawanya ke tempat balap liar bahkan menjadikannya taruhan?
Bahkan sebajing-bajingannya dia, dia tidak pernah membawa kekasihnya ke tempat yang menjadi sumber pencariannya mencari uang tersebut.
Ia menghela nafas lalu masuk ke dalam taxi yang sudah ia pesan tadi.
......................
"O-om, itu bukan jalan ke rumahku." Ucap Auryn dengan sedikit takut.
Sebenarnya ia tak tahu apakah pria paruh baya tersebut baik atau jahat, namun dengan pria paruh baya tersebut memukuli Naren karena ia meminta tolong seharusnya pria itu baik.
"Kamu akan tinggal ke rumahmu yang asli sweety." Ucap pria itu dengan nada manis, namun membuat Auryn tak nyaman karena belum mengenal lebih dalam pria paruh baya tersebut yang sayangnya sangat tampan tersebut.
"T-tapi mama dan papa akan mencariku om, aku akan meminta mama dan papa untuk membalas kebaikan om." Ucap Auryn dengan yakin.
Tuan Cassian terkekeh mendengar penuturan Auryn.
"Tak ada balasan kebaikan untuk seorang anak sayang." Ucap tuan Cassian dengan lembut sambil melihat Auryn sekilas lalu kembali melihat jalan lagi karena ia sedang menyetir.
Auryn menaikkan alisnya bingung karena ucapan pria paruh baya tersebut, namun ia sedang tak ingin bertanya lebih jauh karena kondisinya yang sekarang sedang tidak baik apalagi badannya terasa remuk akibat tadi berlari lalu mengeluarkan tenaga berlebihan untuk menolong Fredo dan ditambah tangannya yang terluka akibat Haizar menusuk kukunya di pergelangan tangannya.
Entahlah malam ini adalah malam yang tak akan pernah ia lupakan dan akan ia hindari sampai kapanpun.
"Jangan pikirkan kejadian tadi, daddy akan melindungimu. Apa kau mau daddy pindahkan ke luar negeri saja? sekolahan papa mu itu sungguh sangat buruk untukmu." Ucap tuan Cassian dengan tenang seakan tanpa beban mengatakannya.
Namun Auryn tak menjawab ucapan tuan Cassian tersebut, ia memilih untuk diam dan melihat ke jalan.
Hingga mereka sampai ke mansion yang bahkan tiga kali lebih besar dari mansion mama dan papanya, namun ia tak heran dengan itu karena pria yang berada di sampingnya ini merupakan orang berpengaruh di dunia ini.
"Ayo keluar." Ucap tuan Cassian dengan lembut.
Auryn keluar dengan ragu sambil melihat kanan kiri bangunan mansion tersebut.
"Selamat datang di rumah barumu sayang, daddy juga sudah menyiapkan sebuah kamar untukmu yang seharusnya sudah sejak lama kau tempati. Dan sekarang umurmu sudah tujuh belas tahun dan sudah waktunya kau kembali bersama kami." Ucapnya sambil merangkul putrinya tersebut dengan lembut.
Bahkan Auryn merasakan jika pria paruh baya tersebut memegangnya dengan sangat lembut seakan dia takut akan menyakitinya.
"Apakah istri om tak masalah jika aku menginap disini semalam?" Tanya Auryn dengan takut.
Karena di bayangannya nyonya muda kaya pasti akan memiliki sifat arogan dan sangat sombong, Auryn sedang tak ingin mencari masalah dengan siapapun kali ini.
Tuan Cassian menaikkan alisnya sebelah, lalu tersenyum saat paham tentang maksud putrinya.
"Kata siapa kau akan menginap semalam? kau akan tinggal disini seterusnya mulai sekarang dan daddy tak menikah lagi, kau lah satu-satunya nona muda, nyonya dan bahkan ratu di keluarga ini."
Auryn yang mendengar itu membuat bibirnya sedikit berkedut, pria paruh baya ini sedikit aneh tapi ia tak terlalu takut karena entah kenapa pria paruh baya tersebut tak akan berbuat jahat padanya.
"Dad kau sedang berbicara dengan si-" Suara pria lain terdengar dari arah belakang Auryn, Auryn langsung berbalik menatap siapa yang sedang berbicara tersebut.
Dia tersenyum pada pria yang sepertinya berumur dua puluh tahunan keatas tersebut dengan senyum sopan, karena ia bisa menebak jika pria itu adalah anak tuan Cassian Zyon Maximilian tersebut.
"Dad apakah diaa???"
"Ya." Ucap tuan Cassian dengan singkat dan mengangguk dengan senyumnya yang tipis.
Tiba-tiba pria itu langsung berlari ke arahnya dan memeluknya dengan sangat erat hingga ia hampir sesak napas.
"Adik!!! my little princesss!!!! princesss Maximilian akhirnya kau pulang!!!" Ucap pria itu hingga memutar tubuhnya sambil memeluknya yang membuat Auryn pusing namun ia menahannya karena takut menyinggung kedua pria itu.
"Jangan melakukan itu! putriku bisa pusing nanti!!"
Raven langsung berhenti berputar dan menurunkan Auryn dengan pelan lalu melepaskan pelukannya dengan memegang kedua bahu Auryn dengan erat.
Auryn yang masih sedikit pusing akibat putaran tersebut menjadi sedikit linglung.
"Sweety, aku kakak keduamu!! kakak Raven, kamu harus memanggilku kakak!! Ayo ucapkan kakak!!" Ucap Raven dengan antusias.
Auryn yang mendengar itu sedikit meringis, ia menatap tuan Cassian dengan ragu. Namun pria paruh baya tersebut malah hanya tersenyum saja tanpa membantunya.
"Ayo katakan kakak!!" Ucap Raven sekali lagi dengan mata yang berbinar seperti anjing.
"K-kakak?" Ucap Auryn dengan ragu.
"Ya! ouhhh, adikku yang manis! sudah lama aku menunggumu kembali namun kau masih saja bersama keluarga Queensha. Daddy kita yang bodoh, bagaimana dia bisa membiarkanmu dirawat oleh mereka padahalkan kau adik kami!!" Ucap Raven dengan kesal.
Auryn hanya tersenyum simpul, karena tak paham akan situasinya sekarang.
"Tapi tak apa, sekarang kau sudah kembali. Aku akan membuatmu bahagia disini dan kau harus terus bersamaku dan lebih menyayangiku dibanding dengan daddy dan kakak sulung kita." Ucap Raven dengan serius.
"Jangan mencuci otak putriku! pergi sana belajar atau aku suruh Arudha untuk menambah tugasmu di perusahaan yang harus kau bangun!" Ucap tuan Cassian dengan dingin.
Raven hanya mencibir. Tuan Cassian menatap Raven dengan tajam hingga pria itu sedikit mundur menjauhi daddynya.
"My princess, kakak pergi dulu daddy kita sangat galak. Kau harus berhati-hati, dia pria yang sangat arogan!" Ucap Raven lalu ia langsung kabur karena melihat sang daddy sudah siap akan memukulnya.
Auryn melihat tingkah Raven bingung, namun ia cukup terhibur karena pria itu sepertinya sangat asyik jika diajak ngobrol.
"Sayang jangan hiraukan bocah tengil itu, ayo kita lihat kamar putri daddy yang sangat cantik ini."
Auryn mengangguk dan mengikuti pria paruh baya tersebut naik ke lantai dua mansion ini.
......................
"Tuan nona muda sedang bersama dengan keluarga Maximilian." Lapor Azfer melalui teleponnya.
Tuan Marava yang mendengar itu mengepalkan tangannya dengan sangat kuat dan mengeraskan rahangnya hingga otot di lehernya tercetak dengan jelas.
"Bagaimana bisa bajingan itu membawa putriku!!" Ucapnya dengan murka.
"Nona muda ternyata dijadikan taruhan oleh temannya tuan, dan tuan Maximilian menyelamatkan nona muda dari anak muda yang memenangkan taruhan. "Lapor Azfer sesuai dengan laporan informannya.
"Taruhan? putriku dijadikan taruhan??? apakah mereka ingin mati, haa?????"
"Siapkan pasukan, kita akan menjemput putriku malam ini juga!!!" Perintah tuan Marava pada Azfer yang merupakan tangan kanannya tersebut.
"Tapi tuan, sepertinya ini bukanlah hal yang bagus, nona muda masih sangat syok akibat dijadikan taruhan tersebut. Akan lebih baik nona muda berada di mansion Maximilian terlebih dahulu lalu kita akan datang besok agar keadaan nona tidak semakin terguncang." Ucapan dari Azfer ada benarnya, tuan Marava terdiam. Dia menghela nafasnya sejenak, sebenarnya ia sangat tidak rela membagi putrinya pada siapapun tapi sekarang ia harus sedikit merelakan putrinya tinggal bersama pria bajingan itu.
"Pantau terus keadaan mansion tersebut, jika ada suatu aktivitas yang mencurigakan segera laporkan padaku." Ucap tuan Marava dengan dingin.
"Baik tuan." Tuan Marava pun langsung mematikan teleponnya secara sepihak.
Ia langsung duduk di kursi kerjanya dan memijat pelipisnya yang terasa sakit akibat pusing.
Dia lalu melihat pigura kecil yang berada di meja kerjanya tersebut, ia melihat seorang bayi yang berada di gendongannya yang tengah tersenyum di depan kamera.
Putri kecilnya sangat cantik dan imut, dia merindukan masa-masa itu hingga tak terasa putrinya sekarang sudah beranjak dewasa.
"Papa sangat mencintaimu sayang, pelita papa, semangat hidup papa," Ucapnya dengan mengelus pelan pigura tersebut.
"Papa rela kehilangan segalanya kecuali dirimu."