Tentang Dukun Santet Legendaris — yang berjaya dalam Mengusir Belanda, Tiga Abad Silam.
Tapi nasibnya berakhir tragis: dibakar hidup-hidup hingga arwahnya gentayangan
Sampai tahun 2025..
Jiwa LANANG JAGAD SEGARA:
tiba-tiba tersedot ke dalam tubuh ADAM SUKMA TANTRA, seorang INTERPOL Jenius, Muda dan Tampan.
Syarat tinggal di tubuh itu: cari dalang di balik pembunuhan Adam.
Maka dimulailah petualangannya menyelidiki kasus-kasus kriminal dengan cara aneh: Lewat Santet, Jimat Ghoib, dan Mantra Terlarang yang tak sesuai zaman. Tapi, justru cara kuno ini paling ampuh dan bikin partnernya cuma bisa terpana.
“Lho, kok jimatku lebih nendang daripada granat?!” — ujar Lanang, si Dukun Gaptek yang kini terjebak dalam lumpur misteri masa lalu.
Sanggupkah ia mewujudkan keinginan Jiwa asli sang pemilik tubuh?
Atau jangan-jangan justru terhantui rasa bersalah karena ternyata, penyebab Matinya Adam masih....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuni_Hasibuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Goyah.
***
"Sialan! Waktuku untuk kembali ke tubuh Adam hanya tinggal sebentar. Cepat, kita harus segera mengejar Bryan!" seru Lanang, suaranya panik dan terdengar kalang kabut. Dia memaksa sang Entitas untuk segera membuka portal baru.
Namun, sang Entitas sepertinya punya kehendak lain. Alih-alih menuruti, ia malah mengendalikan kaki Lanang untuk naik ke atas bukit batu, melangkahi sosok-sosok berjubah hitam yang masih tertinggal dalam kebingungan. Lalu, tanpa disadari, tangan Lanang meraih pisau yang ditinggalkan Bryan.
"Wah... sudah lama aku tidak melihat pusaka sebagus ini. Ternyata mereka menyimpan barang bagus," ucap sang Entitas melalui suara Lanang, sambil mengamati pisau itu dengan penuh ketertarikan.
Sementara itu, para sosok berjubah hitam di sekitar mereka mulai mundur ketakutan.
"Wei... wei... Pisau Master terbang dengan sendirinya! Itu tandanya kekuatan sang Iblis masih ada di sekitar kita. Cepat, berlutut! Puja sang Iblis, kami hanyalah Sahaya-Mu!" celoteh salah satu dari mereka dan di turuti seluruh teman-temannya.
Pamandan itu membuat sang Entitas terkekeh geli.
"Dasar sampah! Lihat pisau terbang saja sudah ketakutan. Sudah begitu masih berani-berani memanggil Iblis? Orang-orang tolol, mereka tidak tahu bahaya seperti apa yang telah mereka undang," ujar sang Entitas sambil terbahak-bahak.
Tapi Lanang langsung memotongnya.
"Sudah selesai main-main? Ayo cepat, kita harus mengejar Bryan!" gerutunya, tidak sabar.
Tanpa membuang waktu lagi, tangan Lanang langsung membentuk segel kunci di udara. Tanpa disengaja, pisau itu ikut melayang tinggi, seolah siap menghujam siapa saja, membuat para sosok berjubah semakin ketakutan dan kabur. Sang Entitas makin terkekeh, tapi Lanang sudah tidak memedulikan mereka lagi.
Begitu portal terbuka, langkahnya mantap melompat ke dalamnya. Perjalanan di dalam portal kali ini terasa jauh lebih lama dari sebelumnya.
Lanang mulai was-was, sejauh apa Iblis itu membawa Bryan pergi? Ditambah lagi, waktunya semakin menipis. Jika dalam satu jam jiwanya tidak kembali ke raga Adam, dia bisa tersedot ke jalur Limbo, yaitu ruang hampa yang membutuhkan waktu sangat lama untuk ditembus.
Jika terlalu lama berada di luar, dampaknya akan berefek pada raga Adam yang mungkin mengalami gejala kematian di dunia nyata. Huh, itu sungguh tidak boleh terjadi.
"Sudah, berhentilah mengerutkan keningmu. Kepalaku ikut pusing dibuatnya," ucap sang Entitas, suaranya terdengar santai, seolah tidak sedang berada dalam tekanan waktu yang mendebarkan.
"Ini semua salahmu yang terlalu lamban! Lain kali, jangan harap aku akan membiarkanmu mengambil alih keputusan lagi," balas Lanang dengan nada kesal, frustrasi menumpuk di dadanya.
"Huh, berhenti mengomel. Temanmu itu sudah mendarat. Aku bisa merasakannya melalui getaran pisau ini," kata sang Entitas tiba-tiba, suaranya lebih fokus.
"Berarti kita juga sudah sampai?" tanya Lanang, harapannya mulai membuncah.
"Iya. Lihat ke depan, cahaya itu adalah pintu keluar," jawab sang Entitas singkat.
Lanang menatap cahaya itu dengan perasaan campur aduk—antara tidak sabar dan was-was yang makin menjadi.
"Tapi... jangan buru-buru keluar. Kumpulan dulu energi untuk mengusir setan. Serang Iblis itu dengan satu hantamannya yang terkuat. Kita harus mengejutkannya saat dia lengah. Baru kau bisa merapalkan Mantra pengusiran..." sang Entitas mulai merinci rencana dengan suara rendah namun penuh keyakinan.
"Wah, kenapa tidak dari tadi kau beri tahu cara seperti itu? Kenapa baru bilang sekarang?" gerutu Lanang, kesal karena merasa waktu yang berharga sudah terbuang.
"Dasar makhluk fana yang plin-plan! Kalau dari tadi aku pakai cara cepat, manusia-manusia di gua itu bisa mati semua. Memangnya kau mau mereka tewas? Kalau aku sih justru senang, akan tersedia banyak santapan lezat," sahut sang Entitas dengan nada sinis.
"Dasar makhluk edan! Sekali saja kau membunuh mereka dan menyedot jiwanya, nasibmu akan sama dengan mereka!" potong Lanang cepat, suaranya tegas dan tanpa kompromi.
Cahaya putih di depan semakin dekat dan terang. Lanang mengangkat kedua tangannya ke udara hampa, menyerap energi kilat yang berdesir di sekelilingnya. Energi itu mengalir pelan melalui urat nadinya, menghangatkan sekaligus menguatkan. Mulutnya mulai komat-kamit, merapalkan mantra pengusir setan dengan cepat dan penuh konsentrasi.
"Zein Thasarn—Shanu-shanu Kayastarm! Dayast Karastarm!"
"Vasarn drac'unis—Umbra solis!
K'tha nor asthar—Val'ark tir valtharn!"
"Shanu-shanu Kayastarm! Dayast Karastarm!"
Saat ia merasa sudah siap, gerbang portal mulai terbuka. Dari celah cahaya, ia melihat sosok Bryan tengah membelakanginya.
"Cepat, sekarang waktunya!" seru sang Entitas, suaranya mendesak dan lantang.
Dan...
Hap!
Lanang melompat, menerjang keluar dengan tangan terbuka.
Splash! Geladararrr!!!
Petir menyambar di udara, bertepatan dengan tangan Lanang yang mendarat tepat di kepala Bryan, persis seperti yang direncanakan.
Lanang terus melanjutkan ritual pengusiran setan, mulutnya komat-kamit merapalkan mantra dengan konsentrasi penuh. Suara mantra itu bergema, dipenuhi kekuatan yang semakin menjadi-jadi.
"Vasarn k'thular—Drael nor bethud!
K'yah fahlam na-astarn—Tor'ma thal b'tharn!"
Namun, di tengah proses itu, tubuh Bryan tiba-tiba berbalik menghadapnya. Yang lebih mengerikan, ia justru tertawa terbahak-bahak, suaranya dalam dan menggema seolah bukan miliknya.
"BWHA-HA-HA... Dasar makhluk pengecut! Beraninya menyerang dari belakang?" ucap Iblis itu melalui mulut Bryan, matanya memancarkan cahaya jahat.
"Jangan terpancing! Tetap fokus dan lanjutkan merapal Mantra!" sang Entitas membentak dari dalam pikiran Lanang, suaranya mendesak.
Dengan sekuat tenaga, Lanang melanjutkan rapalan mantranya, mencoba mengabaikan tatapan menusuk dari Bryan.
"Un'va deorum—Sanctus terra!
Exilia umbras—Infera h'terna!"
Tapi Iblis dalam tubuh Bryan semakin mengamuk.
"Bangsat! Dasar makhluk hina! Kau pikir bisa mengusirku dari tubuh ini?" raungnya, suaranya mulai bergetar, pertanda mantra mulai bekerja.
"K'vesh k'vosh dar'astarn—Mor'talis val'sharn!"
Lanang terus melanjutkan, mencoba memusatkan semua sisa kekuatannya. Tapi di ganggu lagi dengan perkataan menyakitkan.
"Anak setan! Kau yang menyebabkan Bopo dan Biyungmu mati! Kenapa kau masih hidup? Kau juga yang membuat Saloka tewas... Kenapa kau tidak mati saja? Pergi menyusulnya ke alam baka!"
...teriak Iblis itu, yang sudah membaca ketakutan dalam ingatan Lanang, ia sengaja menyentuh luka terdalam dalam hati Lanang.
Kata-kata itu seperti pisau yang memutar kembali kenangan pahit. Hampir saja Lanang goyah, hampir saja tangannya terlepas dari kepala Bryan. Wajah Bryan yang mirip Saloka membuat sakitnya semakin menjadi.
Tapi tiba-tiba, tangan Lanang justru ditangkap oleh Bryan. Tatapannya berubah, dari jahat menjadi penuh penderitaan. Suara yang keluar pun berbeda, lebih lemah, lebih manusiawi.
"Jangan berhenti, Lanang... Teruskan. Itu bukan salahmu. Mereka semua memilih mati untuk melindungimu. Jangan salahkan dirimu lagi..."
Itu suara Bryan. Benar-benar Bryan.
Mendengar itu, Lanang menarik napas dalam. Dia mengumpulkan sisa keberanian dan fokusnya, memejamkan mata erat-erat. Tubuhnya bergetar hebat, mengerahkan seluruh kekuatan dan pikirannya untuk merapalkan mantra terakhir.
"Zal'go n'beleth—Fa'tharn k'desharn!
Shanu-shanu Kayastarm! Dayast Karastarm!
Sswahhh!"
BHUMM!
Sebuah ledakan keras mengguncang udara, diikuti oleh keheningan yang tiba-tiba. Tubuh Bryan roboh ke tanah, lemas dan tak bergerak. Udara yang sebelumnya panas dan bergolak pun berubah menjadi tenang.
***
Thor ada nggak mantra yang bisa bikin cepat kaya???🤣🤣
seru dan menyeramkan.
tapi suka
semakin seru ceritanya