Calista Blair kehilangan seluruh keluarganya saat hari ulang tahunnya ke-10. Setelah keluarganya pergi, ia bergabung dengan pembunuh bayaran. Tak berhenti di situ, Calista masih menyimpan dendam pada pembantai keluarganya, Alister Valdemar. Gadis itu bertekat untuk membunuh Alister dengan tangannya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya.
Suatu saat kesempatan datang padanya, ia diadopsi oleh Marquess Everhart untuk menggantikan putrinya yang sudah meninggal menikah dengan Duke Alister Valdemar, sekaligus sebagai mata-mata musuhnya itu. Dengan identitasnya yang baru sebagai Ravenna Sanchez, ia berhasil menikah dengan Alister sekaligus untuk membalas dendam pada pria yang sudah membantai keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fatayaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri Lukisan
Malam ini, Ravenna berjalan-jalan di lorong mansion karena tidak bisa tidur, ia tidak sengaja melihat Chloe, pelayan pribadi Karina berjalan cepat di lorong sembari membawa baskom kecil berisi air.
“Kenapa kau buru-buru sekali?” tanya Ravenna penasaran pada Chloe yang akan lewat di depannya.
“Nona Karina demam tinggi nyonya, saya membawa air untuk mengompresnya,” ujar Chloe terlihat panik.
“Karina demam? Aku akan kesana melihatnya,” Chloe dan Ravenna berjalan cepat ke kamar Karina.
Sampai di kamar, wanita itu memegang dahi gadis yang terbaring lemah di ranjang, terasa panas saat tangannya menyentuh kulit Karina. Ravenna kemudian mengambil kain kecil kemudian merendamnya pada baskom air hangat lalu meletakkan kain itu ke dahi gadis itu.
“Bawa air hangat lagi,” perintah Ravenna pada Chloe saat air mulai dingin.
“Baik nyonya,” Chloe kemudian keluar menuju dapur untuk menghangatkan kembali air.
Ravenna menatap sekeliling ruangan yang lengang. Wanita itu kemudian beranjak dari kursinya dan berkeliling ruangan, hingga akhirnya ia berhenti di depan sebuah lukisan indah yang mengambarkan dua ekor angsa yang tengah berenang di danau. Entah mengapa ia merasa ada yang aneh dengan lukisan itu, wanita itu perlahan mendekatkan hidungnya pada lukisan di depannya.
Ravenna menjauhkan kembali dengan cepat setelah menyadari sesuatu, “Ini, tidak salah lagi, ada arsenik yang di campur dalam lukisan ini, siapa yang menaruh lukisan di tempat ini?” gumamnya sembari memegang hidungnya.
Ravenna bisa mengenali aroma racun itu, arsenik merupakan racun mematikan yang jika di konsumsi dapat menyebabkan kematian, namun racun ini bisa juga di campur dengan cat lukis untuk membunuh orang secara perlahan, dan jika orang itu menghirupnya dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan paru-paru sampai meninggal, orang yang membunuh orang lain dengan cara ini tidak akan ketahuan, karena memamang tidak ada bukti yang di tinggalkan.
Ravenna kembali berkeliling dan mengamati satu persatu lukisan yang terpasang di dinding, tidak hanya satu, namun hampir semua lukisan ini menggunakan cat beracun.
“Nyonya saya sudah membawa air hangat yang baru,” ujar Chloe berjalan masuk.
“Chloe, sejak kapan lukisan lukisan ini ada di sini?” tanya Ravenna mengalihkan pada gadis itu.
“Lukisan?” Chloe menatap lukisan di samping Ravenna dengan raut heran, kenapa tiba-tiba nyonya nya itu menanyakan lukisan, “Sejak nona Karina menetap di kediaman ini satu tahun yang lalu, nyonya. Setelah permaisuri meninggal, nona memutuskan untuk kembali ke mansion, dan Lukisan lukisan ini di berikan nyonya Mary sebagai hadiah untuk nona Karina, karena nyonya Mary tau kalau nona sangat menyukai lukisan, jadi dia sering memberi nona lukisan,” jelas Chloe, setelah kematian orang tuanya, permaisuri mengadopsi Karina karena hubungan dekatnya dengan keluarga Duke, jadi dia baru kembali ke mansion ini setelah permaisuri meninggal satu tahun yang lalu.
“Jadi begitu.”
“Memangnya kenapa nyonya, apa ada yang salah dengan lukisan ini?” tanya Chloe heran.
Ravenna menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku hanya penasaran saja, kemarikan airnya, aku akan mengompresnya lagi,” Ravenna mengambil baskom di tangan Chloe.
Karina membuka matanya perlahan, ia merasakan sesuatu yang basah di dahinya. Ia mengambilnya, rupanya itu adalah kain yang di gunakan untuk mengompres. Matanya kemudian melirik ke samping, ia mengernyitkan keningnya melihat Ravenna tengah tertidur di samping ranjangnya dalam posisi duduk, sedangkan kepalanya bersandar pada ranjangnya.
“Kenapa dia ada di sini?” gumam Karina heran.
“Nyonya, sudah pagi, saya akan menggantikan anda untuk menjaga nona Karina,” terdengar suara Chloe masuk ke dalam ruangan. Karina meletakkan kembali kain basah di dahinya kemudian pura-pura tertidur.
Mendengar suara Chloe, Ravenna seketika terbangun. Wanita itu mengucek matanya beberapa kali, kemudian mengalihkan pandangan kearah Karina yang saat ini masih belum bangun, ia kemudian mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi untuk meregangkan tubuhnya sembari menguap lebar.
“Sudah pagi ya, kalau begitu aku pergi dulu,” ucap Ravenna pada Chloe.
Saat Ravenna membuka pintu kamar Karina untuk keluar, disaat bersamaan Alister hendak masuk kedalam, membuat keduanya terkejut.
Pria itu menarik lengan Ravenna dengan kasar kemudian menutup pintu kamar kembali.
“Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau mau mencelakai Karina lagi?” tanyanya sembari mendorong tubuh wanita itu hingga punggungnya menabrak ke tembok.
“Siapa yang mau mencelakainya, kemarin dia demam, aku hanya menjaganya,” ungkapnya jujur.
“Bukankah sudah ku katakan untuk tidak melakukan hal tidak berguna!” ucapnya dingin, cengkraman tangan pada wanita itu semakin kuat.
“Lepaskan! sakit. Sudah ku katakan aku hanya merawatnya, bukankah sekarang dia adik ku juga,” ucap Ravenna menatap mata pria di depannya.
Alister mengangkat salah satu alisnya, “Adik? berhenti bertindak seolah kau bagian dari keluarga ini!” ucapnya tegas sembari melepaskan cengkramannya pada wanita itu. Pria itu kemudian melangkah masuk ke kamar, untuk melihat kondisi adiknya.
***
Ravenna turun dari kereta kudanya di depan sebuah restoran. Matahari begitu terik, ia membenarkan posisi topinya kemudian berjalan masuk ke dalam sebuah restoran yang ada di ibu kota, ia sengaja memakai topi agar wajahnya tidak terlalu mencolok. Seorang pelayan laki-laki kemudian mengantarnya setelah ia menyebutkan identitasnya. Wanita itu diantar ke sebuah ruangan pribadi tertutup yang sudah ia pesan sebelumnya. Saat ia memasuki ruangan, seorang pria dengan surai perak sudah menunggunya.
“Apa kakak menunggu lama?” tanya Ravenna kemudian menarik sebuah kursi yang ada di depan pria itu.
“Tidak, aku baru saja sampai, Ada masalah apa? Apa kau mengalami kesulitan di sana?” tanya Vincent kemudian.
“Tidak, aku baik-baik saja kak, tapi aku ingin meminta bantuan kakak untuk menyingkirkan Countess Mary,” pinta Ravenna.
“Countess Mary?” Vincent mengerutkan keningnya.
“Iya, selama ini, Alister menyerahkan semua urusan rumah tangga pada nyonya Mary, di kediaman itu posisi ku sangat lemah. Aku sudah menemukan celah untuk menyingkirkannya. Tapi, aku masih perlu bantuan,” Ravenna menjelaskan pada Vincent, kalau Mary memberikan lukisan beracun pada Karina hingga membuat gadis itu sakit parah, dia meminta Vincent untuk mencari tahu pelukis yang melukis semua lukisan itu dengan cat yang di campur bahan arsenik.
“Baiklah, aku akan membantu mu,” ujar Vincent menerima permintaan bantuan wanita itu.
“Terima kasih kak, aku sudah terlalu lama keluar, kalau begitu aku permisi dulu,” Ravenna beranjak dari kursinya untuk kembali pulang.
“Tunggu!” Vincent meraih tangan Ravenna sebelum wanita itu pergi.
Ravenna menengok kearah Vincent sedikit terkejut, karena tiba-tiba pria itu meraih lengannya.
“Apa Alister yang melakukannya?” tanya Vincent seraya menautkan alisnya saat melihat bekas kemerahan pada pergelangan tangan Ravenna.
“Tidak ini, aku baik-baik saja,” Ravenna menarik lengannya kembali, kemudian menurunkan lengan bajunya untuk menutupi bekas kemerahan disana.
“Kau hanya perlu bertahan sebentar lagi, setelah kau mendapat kelemahannya, aku akan memikirkan cara untuk melepaskan mu dari kediaman itu,” ucap vincent menyakinkan, Ravenna menatap heran kearah pria itu, kenapa dia begitu peduli padanya? Padahal mereka berdua tidak memiliki hubungan apapun.
***
Hari ini butiran salju mulai jatuh dari langit yang menandakan awal musim dingin telah tiba. Setiap tahun, para bangsawan di kekaisaran akan mengadakan sebuah tradisi pesta berburu untuk menangkap hewan musim dingin di salah satu hutan yang ada ibu kota, tak terkecuali Alister, pagi ini ia mempersiapkan beberapa pakaian dan peralatan berburu untuk beberapa hari kedepan.
Pagi ini Ravenna terlihat fokus menyulam sebuah sapu tangan, wanita itu meringis kesakitan saat jarumnya menusuk jarinya, entah sudah berapa kali ia tertusuk, namun itu tidak menghentikannya untuk terus menyulam sapu tangan itu.
“Nyonya, tuan Duke sebentar lagi berangkat,” ucap Lily setelah memasuki kamar Ravenna dengan tergesa-gesa.
“Baiklah, aku akan kesana,” wanita itu segera memotong tali benangnya kemudian melangkah pergi dari kamarnya sembari membawa sapu tangan yang sudah selesai ia sulam.
“Tunggu!” ujar Ravenna berhasil menghentikan langkah Alister saat akan menaiki kereta kuda. Wanita itu berjalan cepat menuruni tangga.
“Aku menyulam sapu tangan ini sendiri, aku harap kau membawanya bersama mu,” Ravenna mengulas senyumnya sembari memberikan sebuah sapu tangan dengan sulaman naga yang baru selesai ia buat.
Karina melipat kedua tangannya, “Benda seperti itu? Apa menurutmu kakak akan suka? Dengar ya, kakak akan memberikan ku bulu rubah putih yang akan ia tangkap, kau jangan berharap kakak memberikannya untuk mu,” ucapnya ketus.
“Aku membuat ini tidak mengharapkan apapun, aku hanya berharap Alister tidak terluka,” ucap Ravenna, senyuman di wajahnya perlahan memudar.
“Terluka? Apa kau meremehkan kemampuan kakak ku?” Karina menaikkan salah satu alisnya, kesal.
“Cukup! Berhenti bertengkar! Aku berangkat sekarang,” Alister mengambil sapu tangan itu dari tangan Ravenna kemudian melangkah masuk ke dalam kereta kuda, membuat Karina menatap tidak suka.